Kecelakaan yang menimpa Nasya bersama dengan calon suaminya yang menghancurkan sekejap kebahagiaanya.
Kehilangan pria yang akan menikah dengan dirinya setelah 90% pernikahan telah disiapkan. Bukan hanya kehilangan pria yang dia cintai. Nasya juga kehilangan suaranya dan tidak bisa berjalan.
Dokter mengatakan memang hanya lumpuh sementara, tetapi kejadian naas itu mampu merenggut semua kebahagiaannya.
Merasa benci dengan pria yang telah membuat dia dan kekasihnya kecelakaan. Nathan sebagai tersangka karena bertabrakan dengan Nasya dan Radit.
Nathan harus bertanggung jawab dengan menikahi Nasya.
Nasya menyetujui pernikahan itu karena ingin membalas Nathan. Hidup Nasya yang sudah sepenuhnya hancur dan juga tidak menginginkan Nathan bisa bahagia begitu saja yang harus benar-benar mengabdikan dirinya untuk Nasya.
Bagaimana Nathan dan Nasya menjalani pernikahan mereka tanpa cinta?
Lalu apakah setelah Nasya sembuh dari kelumpuhan. Masih akan melanjutkan pernikahan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Hari-hari Di Swiss
"Baiklah! kalau begitu sekarang kamu setuju untuk istirahat di kamar ini dan aku akan di kamar lain. Bibi akan membantu semua keperluan kamu, aku sudah mengatakan kepada Bibi bagaimana kamu dan dia akan mencoba memahami kamu," ucap Nathan.
"Apa maksudnya bagaimana aku? Apa dia sedang mengatakan bahwa aku wanita yang tidak baik. Lalu Bibi yang akan membantu semua keperluanku dan sudah aku duga jika dia memang sengaja membawaku ke tempat ini untuk lari dari tanggung jawab," batin Nasya kesal.
"Aku juga lelah dan mau istirahat. Kita akan lanjutkan mengobrol nanti untuk mengatur jadwal pengobatan kamu dan juga dengan siapa orang yang akan membantu kamu tetapi. Kamu istirahatlah!" ucap Nathan yang tidak mengatakan apa-apa lagi dan langsung pergi keluar dari kamar itu.
Nasya membuang napas perlahan ke depan dan kembali melihat isi kamar tersebut.
"Apa mungkin aku bisa sembuh dan bagaimana dengan dia. Apa dia akan tetap membantu pengobatan," batin Nasya.
"Nasya mungkin memang ini adalah takdir yang sudah digariskan untukmu. Apa yang bisa kau lakukan. Kau bukan menjerat seseorang. Tetapi justru dirimu yang terjebak atas semua ini. Kau tidak bisa berbuat apa-apa. Kau tidak bisa bicara dan juga berjalan. Jadi kau harus terbiasa dengan kekuranganmu,"
**
Nathan dan Nasya mulai menjalankan hari-hari baru mereka di Swiss. Nathan juga sudah menjelaskan tentang pengobatan kepada Nasya. Jika itu di Indonesia maka Nasya akan protes dan posisinya saat ini sama sekali tidak bisa protes dan hanya bisa patuh kepada Nathan.
Padahal jika dia juga komplain makan Nathan akan mempertimbangkan semuanya dan mungkin Nasya tidak berani komplain karena takut jika Nathan akan meninggalkannya di tempat itu dan tidak peduli padanya.
Nasya hari ini melakukan terapi bersama dengan dua orang, satu pria dan satu wanita. Pria tersebut terlihat tua dengan memakai kacamata dan kepalanya juga botak. Dari wajahnya terlihat sangat pintar dan mungkin memiliki pengalaman atau mungkin sudah sebagai seorang profesor.
Setelah melakukan perkenalan singkat tadi pagi yang akhirnya dua orang tersebut mulai melakukan terapi kepada Nasya. Wanita yang bersama pria itu sekitar berusia 30 tahunan yang menjadi asisten pria tersebut yang juga banyak membantu Nasya.
Tidak sesuai dengan dugaan Nasya, ternyata Nathan tetap menemaninya terapi. Nathan yang terlihat duduk di sofa sembari membaca buku. Jarak Nasya dan Nathan hanya sekitar beberapa meter saja yang sesekali Nathan bisa melihat bagaimana istrinya itu menjalani terapi.
Sama halnya dengan Nasya dalam terapinya yang ternyata sesekali curi-curi pandang kepada Nathan yang tampak begitu fokus dengan wajahnya yang sangat dingin. Bahkan Nasya sedikit melamun sampai mendapatkan teguran dari pria tersebut untuk tetap fokus.
Dalam terapi berjalan Nasya harus berkali-kali jatuh. Orang yang memang membantu Nasya sedikit tegas tidak seperti di Indonesia yang mungkin masih banyak menuruti keinginan Nasya.
***
Nasya dan Nathan malam ini yang berada di meja makan dan terlihat Bibi yang menyiapkan makanan untuk pasangan suami istri yang duduk berhadapan itu.
"Bibi sangat berharap. Nona Nasya menyukai masakan Bibi," ucap Bibi yang memang baru pertama kali memasak untuk Nasya karena saat mereka sampai mereka tidak makan dan saat sarapan hanya sarapan roti saja dan baru ini Bibi siapkan makan malam untuk mereka berdua.
"Tapi Bibi jangan terlalu berkecil hati, jika dia menolak masakan Bibi. Dia terlalu manja dan banyak mau, mungkin saja dia sekarang menginginkan masakan Bunda nya," sahut Nathan yang berbicara begitu santai yang lagi-lagi memberikan sindiran kepada Nasya.
Nasya menatap horor Nathan yang rasanya ingin sekali mencabik-cabik mulut Natan agar diam.
"Benarkah! Tidak apa-apa. Mana mungkin semua orang harus memiliki selera yang sama. Memang masakan seorang ibu itu jauh lebih enak. Tetapi Bibi hanya berharap Nona Nasya bisa menerima dan jika ada yang kurang. Tidak apa-apa di katakan pada Bibi saja agar Bibi bisa mengoreksi masakannya," ucap Bibi dengan tersenyum.
Nasya sama sekali tidak merespon.
"Baiklah! Kalau begitu Bibi kedapur dulu," ucap Bibi yang langsung pergi.
"Jangan melihatku seperti itu makanlah!" titah Nathan yang mulai makan.
Nasya yang tiba-tiba saja mengetik di ponselnya dan menunjukkan kepada Nathan.
"Kenapa kau begitu jahat sekali kepadaku. Kau sengaja melakukan semua ini. Kau membalasku yang sejak kemarin terus saja memberikan sindiran kepadaku?" tanya Nasya.
"Aku jahat. Aku bahkan tidak tahu apa yang aku lakukan. Sehingga kamu bisa mengatakan aku jahat," ucap Nathan.
Nasya terdiam yang tidak merespon hal itu lagi.
"Nasya. Kita menjalani semua ini dengan terpaksa. Aku meladeni keinginan kamu karena kamu yang menginginkannya dan aku bukan dirimu yang harus membalas dendam," ucap Nathan.
Nasya yang tidak mengatakan apa-apa lagi yang tetap terlihat kesal dan melanjutkan makannya.
"Makanlah dan terus protes atau menganggap aku terlalu jahat kepadamu," ucap Nathan yang kembali melanjutkan makannya.
***
Proses terapi yang terus berlanjut dengan sangat rutin yang sudah dijalankan beberapa hari dan sepertinya Nasya nyaman-nyaman saja dengan proses terapi tersebut, kalau sedikit menggebu-gebu dan membuatnya terkadang sangat cepat sekali lelah.
Nasya terapi seminggu 4 kali. Walau tidak melakukan terapi, tetapi Dokter tersebut menyarankan untuk terus berlatih berjalan dan juga berusaha untuk mengeluarkan suara dengan teknik-teknik yang sudah diajarkan agar Nasya terbiasa dan tidak mengharapkan dari terapi saja.
Nasya lagi-lagi sangat penuh dan mengikuti semua saran dari Dokter. Walau hari ini bukan jadwal terapi dan Nasya yang berada di teras rumah mencoba untuk terapi sendiri.
Sementara Nathan yang baru saja turun dari tangga dan berpapasan dengan Bibi.
"Apa Nasya sudah bangun?" tanya Nathan.
"Sudah tuan dan sedang berada di luar. Di sana!" Bibi yang menunjuk membuat mata Nathan menoleh ke arah objek tersebut yang mana istrinya sepertinya ingin belajar berjalan yang sudah berhasil turun dari kursi roda dan mencoba berjalan menggunakan Walker.
"Tuan belum sarapan. Mau saya buatkan sarapan?" tanya Bibi.
"Boleh," jawab Nathan yang masih melihat ke arah Nasya. Bibi yang tidak mengatakan apa-apa lagi yang langsung pergi dari hadapan Nathan.
Nathan menghela nafas dengan kedua tangan yang dilipat di dada dan memperhatikan Nasya yang sedang belajar berjalan dan tiba-tiba saya Nasya yang kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
Kaki Nathan bergerak begitu cepat yang ingin membantu Nasya dan tiba-tiba saja dia tidak jadi melakukan hal itu. Nathan yang membiarkan saja bagaimana Nasya berusaha untuk bangkit.
Mungkin memang Nathan tidak perlu membantu agar Nasya bisa mandiri dan mempercepat proses kesembuhannya.
Hhhhhhh, suara nafas Nasya yang tampak kesakitan saat terduduk dan apalagi telapak tangannya menyentuh lantai yang ternyata cukup sedikit kasar dan sampai membuat telapak tangan itu tergores.
"Kenapa begitu sulit sekali untuk berdiri," keluhnya di dalam hati yang menahan rasa sakit dan tetap berusaha untuk berdiri dengan pegangan Walker tersebut.
Nasya melakukan semua itu dengan proses dan ternyata tidak juga mampu untuk berdiri, malah Nasya terlalu kuat menarik Walker tersebut yang akhirnya ingin jatuh kepadanya dan untung saja tiba-tiba Nathan sudah datang dan mencegah hal buruk terjadi.
Bersambung .....