kisah tentang kehidupan Kanaya yang terpaksa menjadi single mom ketika masih belia. Dia menjadi korban ambisi karyawan ibunya yang ingin menjebak ayah tirinya.
Kanaya terpaksa hidup terpisah dari orang tuanya, untuk menyembunyikan ketiga anak kembarnya. Ia berhasil hingga akhirnya menjadi istri seorang pengusaha sukses dan kaya raya.
Cobaan seakan tiada henti menerpanya, ketika ia sudah bahagia, hantaman terberat dalam hidupnya adalah ketika ia harus kehilangan salah satu putra tercintanya.
Bagaiamanakah Kanaya menjalani hidupnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arnesh Yadha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjaga Jarak
Alarm berbunyi, mengembalikan kesadaran Kanaya dari tidur sesaatnya. Kembali kilasan peristiwa semalam hadir diruang ingatannya.
Bulir air mata kembali membasahi pipinya. Dia merasakan hembusan nafas hangat menerpa pipinya. Dia memalingkan wajahnya, pandangannya jatuh diwajah seorang pria yang tengah lelap dalam tidurnya. Wajah tenang dan damai seolah tak ada apapun yang terjadi semalam.
Tangisnya kembali pecah kala dia merasakan tangan kekar pria itu berada diatas perutnya. Sekujur tubuhnya masih terasa sakit, bahkan area kewanitaannya terasa sangat perih dan tidak nyaman, seolah ada sesuatu yang mengganjal disana.
Suara isakan kay menarik kesadaran zio dari alam mimpinya. Matanya mulai terbuka, dan samar dia melihat bayangan seorang wanita sedang menangis dan terbaring didepannya. Dia kembali mengerjapkan matanya kemudian memutar badannya dan menyalakan lampu meja di atas nakas. Dia merasa asing dengan tempatnya tidur saat ini. Dia langsung bangkit ketika melihat foto besar terpampang didinding kamar itu. Matanya terbelalak kala melihat seorang gadis terisak disampingnya. Perlahan dia mengintip kedalam selimut nya, seketika matanya membola menemukan tak ada sehelai benangpun yang melekat ditubuhnya. Dia mengusap wajahnya dengan kasar sambil berulang kali istighfar.
" Kay.... "
" Appa jahat... Hiks.. Hikss... Appa.. Tega... Hiks.. Hiks.. "
" Kay... Maafkan appa Kay.. Appa... Arrghhh..." Ucapnya frustasi sembari menghantam angin. Dia tak tau harus berbuat apa, otaknya belum bisa berpikir. Kanaya menarik selimut membungkus tubuhnya dengan erat, masih lekat diingatannya, betapa brutal dan buasnya lelaki yang kini duduk satu ranjang dan satu selimut dengannya. Jujur dia masih takut jika pria itu kembali menggaulinya.
" Kay mohon pa... Kay mohon.. Hiks.. Appa keluar sekarang... Hiks.. Hiks.. "
Zio tak bisa berkata apapun dia pun turun dari ranjang dan berjongkok meraih tuxedonya lalu melilitkan dipinggangnya untuk menutupi area terlarangnya, kemudian berjalan keluar sambil memunguti pakaiannya yang tercecer di lantai akibat ulahnya semalam. Dia merutuki betapa bodohnya dia menjadi budak nafsunya sendiri. Kenapa semalam dia harus memaksakan diri kekamarnya, seharusnya dia masuk saja kekamar tamu yang tersedia di lantai bawah. Seharusnya dia bermain solo disana menuntaskan hasratnya dibawah kendali obat terlarang itu. Kini hanya sesal yang menjalari hatinya.
Dibawah kucuran shower, zio terisak menyesali kebodohannya sendiri. Dia sangat menyesal karena telah menghancurkan seseorang yang seharusnya dia lindungi. Dia meninju tembok dengan keras meluapkan emosinya, darahpun mengalir dari punggung jarinya. Setelah beristighfar beberapa kali dia pun menyudahi ritual mandinya, bergegas mengambil wudhu lalu keluar menuju Walk in Closed untuk berganti pakaian. Suara adzan subuh berkumandang, zio melangkahkan kakinya menuju masjid di sekitaran kompleksnya untuk melaksanakan ibadah sekaligus mengadukan kebodohannya semalam.
Setelah zio keluar Kay menangis dengan sejadi-jadinya hingga suaranya serak. Dia masih takut dengan apa yang dialaminya semalam. Rasa sesak merebak didadanya. Perlahan dia bangkit dari tempat tidurnya dan menyeret tubuhnya yang terbungkus selimut ke kamar mandi ,dia melepaskan selimut itu didepan pintu kamar mandinya. Dibawah guyuran shower dia masih menangis pilu mengingat apa yang dialaminya semalam. Tak lama dia menyelesaikan ritual mandinya dan bergegas mengganti baju dan melaksanakan sholat dikamarnya. Dia kembali mengeluarkan air matanya disela doa terakhirnya. Dia mengadukan semuanya kepada Rab nya berharap ikhlas dengan semua cobaan yang menerpannya.
Rasa sesak yang masih membungkus hatinya, membawanya kembali terlelap diatas sajadah panjang berbalut mukenah. Dia kembali terbangun kala terpaan hangat mentari menyapa wajah sembabnya. Dia segera bangkit berganti seragam sekolahnya, menyapukan make up tipis untuk meyamarkan sembab dan pucat di wajahnya. Lalu menggulung seprai dan selimutnya dibawa kebawah.
Di tempat pencucian baju, dia hendak memasukkan selimut dan seprai kotornya kedalam mesin cuci namun dilarang oleh mbok yem.
" Jangan non, biar mbok aja.. "
" Tak apa mbok, ini ada darahnya mbok, maaf aku semalam tembus.. " Ucapnya berbohong
" Oalah non ndak papa... Pasti non sedikit stres ya hingga lupa tak pakai tampon? " Ucap mbok yem terkikik.
" Ah si mbok ah aku kan jadi malu... "
" Lho non, non Kay sakit ya kok mukanya agak pucet? "
" Enggak kok mbok.. Mungkin kurang tidur aja soalnya semalam banyak banget tugas dari sekolah dan hari ini harus dikumpulkan " Kilahnya lagi dan lagi-lagi dia harus berbohong. Ketika dia hendak meninggalkan tempat itu, dia bingung karena bagian intinya akan terasa sakit dan mengganjal ketika dipakai jalan, dia takut mbok yem curiga jika melihat dia jalannya ngangkang. Akhirnya dia meminta mbok yem untuk menyiapkan bekalnya saja daripada dia ketahuan.
" Eemmmm... Mbok, siapin aku bekal ya, aku mau bawa bekal aja, lagi males makan dikantin... "
" We ladalah.. Kok ga dari tadi non ngomongnya, yawes tak siapin dulu ya, non tunggu aja sambil sarapan.. "
Kanaya hanya mengangguk dan menuju ke ruang makan ketika mbok yem sudah kembali sibuk didapur. Dia jalan dengan pelan dan sedikit ngangkang karena rasa sakit dan nyeri masih ia rasakan. Zio pun datang dan bergabung dimeja makan. Hening sesaat, zio nampak canggung karena berhadapan dengan Kanaya. Kanaya mengacuhkan keberadaan appanya. Dia tengah meneguk susunya buru-buru.
" Mbok... Bekalnya sudah apa belum, aku udah hampir telat nih... "
" Ini non bekalnya... "
" Makasih mbok... "
" Kay.. Kamu appa antar ya, soalnya pak tomo lagi cuti.. "
" Kay... Bawa mobil sendiri aja appa... "
Kanaya pamitan tanpa mencium tangan appanya seperti biasanya, dia nampak mulai menjaga jaraknya. Dia berlari keluar sambil sesekali meringis menahan sakit nya.
*
*
*
Sesampainya disekolah dia berusaha berjalan seperti biasa walaupun sulit karena semakin ditahan maka semakin terasa nyeri dan perih. Berulang kali dia harus meringis menahannya. Dia merasa lega ketika telah sampai di kelasnya. Pelajaran jam pertama ternyata jamkos, sehingga mereka hanya mengumpulkan tugas yang kemaren lalu bebas melakukan apapun.
Kanaya meremas perut bagian bawahnya ketika kembali rasa perih dan nyeri itu muncul.
" Aduh... Ssstt.. Kok sakit begini ya... Astaghfirullah.... " Gumamnya lirih.
" Kay... Kamu kenapa kok mukamu pucet gitu? "Tanya rasya.
" Oh.. Tak apa sya.. Aku lagi dapet aja.. " Ucapnya sambil nyengir. Akhirnya dia pun searching di HP nya mencari tau cara menghilangkan rasa nyerinya. Dia pun mendapatkan beberapa cara salah satunya mengompres dengan air hangat serta meminum obat pereda nyeri. Karena rasa tidak nyaman yang terus ia rasakan dia pun memohon ijin pulang duluan dengan alasan sakit perut.
Setelah mendapat ijin dari guru piket, dia berlari agar tak kelihatan kalau jalannya agak aneh. Dia mengemudikan mobilnya menuju apotik membeli beberapa obat yang direkomendasikan oleh goggle kemudian menuju apartemen papanya, dia tidak menuju kerumah karena masih takut bertemu appanya.
*
*
*
Zio menghubungi nomer Kanaya namun tak diangkat, dia ingin menjelaskan semuanya kepada Kanaya. Dia datang kesekolah tapi menurut guru yang piket dia ijin pulang, namun dari jam sepuluh tadi dia tidak berjumpa gadis itu dirumah. Zio masih kepikiran dengan kejadian semalam karena itu dia ijin tak ngantor hari ini. Kebetulan juga tantri sedang survey lokasi di bandung makanya zio dengan leluasa mencari Kanaya.
Hampir satu jam berkeliling, akhirnya Kanaya membalas chat nya.
[Biarkan Kay sendiri dulu appa, jangan cari kay]
[Kay...appa ingin menjelaskan semuanya,please kamu dimana nak? ]
Zio terus memberikan spam ke nomor Kay, berharap dia mau bertemu dengannya.