"paman jelas-jelas kamu juga mencintai aku akan tetapi kenapa kamu tidak mau mengakuinya"
Alena jatuh cinta kepada paman angkatnya sejak dia masih kecil, akan tetapi paman selalu menganggap dia seorang gadis kecil yang sangat imut, apakah si dokter jenius itu akan tergerak hatinya untuk menerima Alena, ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AMIRA ARSHYLA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 15
Di dalam mobil.
"paman kita mau pergi ke mana lagi sih...?"ujar Alena sambil tersenyum lebar.
Narendra kemudian melirik ke arah Alena.
"kita akan pergi ke sebuah istana."ujar Narendra sambil terus fokus menyetir.
"hore...!"ujar Alena sambil tersenyum lebar.
beberapa saat kemudian.
"paman apa nama istana yang berada di depan itu...?"ujar Alena sambil menunjuk ke arah depan.
"namanya adalah istana Cherryl."ujar Narendra.
Narendra kemudian mematikan mobilnya setelah sampai di parkiran.
"oke, kita turun sudah sampai."ujar narendra sambil membuka pintu mobilnya.
"wah...! Pemandangannya indah banget paman, ini seperti di Negeri dongeng saja...!"ujar Alena sambil berlari kecil.
"wah...! Benar-benar indah."ujar Alena.
Tiba-tiba saja Alena mengentikan langkahnya ketika kedua matanya melihat ada sepasang kekasih sedang bercinta*uman dengan sangat mesra tidak jauh dari mereka berdua.
"wah...wah...wah...Meraka langsung melakukan itu di pinggir jalan."ujar Alena dalam hatinya sambil tersipu malu.
Alena kemudian langsung menatap wajah Narendra ketika narendra sudah berada di sampingnya.
terlihat wajah Narendra yang dingin dan juga datar, wajah yang sama sekali tanpa ekspresi itu.
"Alena ayo cepat jalan."ujar Narendra sambil menggandeng tangan Alena.
"paman apakah ini istananya...? ternyata tidak sebesar yang aku impikan ya...?"ujar Alena sambil menatap ke arah istana tersebut.
mereka berdua kemudian mengambil foto di depan istana tersebut.
"kamu akan segera tahu saat kamu sudah masuk ke dalam."ujar narendra sambil menggandeng tangan Alena untuk masuk ke dalam istana tersebut.
Setelah sampai di dalam istana.
"wah...wah...wah...ternyata di dalamnya sangat mewah dan juga besar ya."ujar Alena sambil menatap ke sekelilingnya.
"mewah dan megah sekali ini adalah gaya Barok."ujar Alena sambil tersenyum lebar.
Narendra kemudian menatap Alena dengan senyum yang lebar di bibirnya.
"ternyata kamu bayak sekali tau ya...?"ujar Narendra.
"iya dong tentu saja."ujar Alena.
"Baiklah kalau begitu, ayo kita masuk lebih dalam lagi."ujar narendra.
beberapa saat kemudian.
"wah... Ini baju zirah..!"ujar Alena sambil menatap baju zirah yang berada di hadapannya.
"keren banget paman."ujar Alena sambil memperhatikan baju-baju zirah tersebut.
"ayo kita ke sana."ujar narendra sambil menggandeng tangan Alena.
Mata Alena tertuju kepada sebuah gaun pernikahan yang berada di dalam istana tersebut.
"eh...! paman itu bukannya baju pengantin ya...?"ujar Alena sambil terus memperhatikan baju pengantin tersebut.
"iya benar."ujar Narendra.
"paman coba kamu lihat, di sini ada lukisan."ujar Alena sambil menunjuk sebuah lukisan di pojok ruangan tersebut.
"paman, yang bisa mengadakan pesta pernikahan di istana pastilah hanya seorang putri dan pangeran saja."ujar Alena sambil terus memperhatikan gaun pengantin tersebut.
"bukankah kamu juga sekarang seorang putri."ujar narendra sambil tersenyum lebar ke arah Alena.
Alena tersipu Mendengar ucapan Narendra.
"ternyata di dalam hati paman, aku ini adalah seorang putri..? sekarang aku sedang menggunakan rok kasa, oh...iya paman benar."ujar Alena dalam hatinya.
Narendra kemudian mengulurkan lengannya.
Alena kemudian menyambut lengan Narendra dan mereka berdua kemudian berdansa.
"paman."ujar Alena.
"iya ada apa...?"ujar narendra.
"paman, apakah kamu punya pacar...?"ujar Alena sambil tersipu.
"hei...anak kecil, kenapa kamu bertanya kepadaku tentang semua ini...?"ujar Narendra sambil menatap wajah Alena.
"hei...paman, Anak kecil apaan, aku susah besar sekarang, usiaku sudah 17 tahun."ujar Alena sambil memanyunkan bibirnya.
"kenapa kamu bertanya kepadaku seperti itu...?"ujar narendra sambil tersenyum.
"memangnya kenapa, aku hanya penasaran aja kok, aku hanya penasaran kenapa selama ini aku belum pernah melihat paman bersama dengan seorang wanita....?"ujar Alena.
Narendra kemudian menjitak kening Alena.
"aduh...!"ujar Alena sambil memegangi keningnya.
"itu karena sampai sekarang aku belum menemukan yang cocok denganku, dan aku juga tidak mau sembarang memilih pasangan."ujar Narendra.
"syukurlah ternyata paman memang masih jomblo Sampai sekarang."ujar Alena dalam hatinya.
"lalu apakah paman sedang naksir seseorang sekarang...?"ujar Alena sambil menatap wajah Narendra.
"kenapa kamu bertanya kepadaku seperti itu, apakah kamu sedang naksir seseorang sekarang ini...?"ujar narendra balik bertanya kepada Alena.
"enggak...!"ujar Alena sambil menundukkan kepalanya.
"Alena, apakah kamu tahu bagaimana raut wajahmu ketika kamu sedang berbohong...?"ujar narendra sambil tersenyum lebar ke arah Alena.
Alena kemudian langsung membalikkan badannya, terlihat wajah dan telinga alena memerah.
"hayo...! Kamu benar-benar sedang naksir seseorang ya...?"ujar Narendra.
"enggak kok...!"ujar Alena sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"gak mungkin kan, jika aku bilang orang yang sedang aku taksir adalah kamu paman."ujar Alena dalam hatinya.
"nak, tahun ini usiamu sudah masuk 17 tahun dan kamu juga sudah mulai ada rasa ketertarikan terhadap lawan jenismu, dan kamu juga sudah mulai mengenal apa itu cinta, jika kamu menyukai seorang cowok itu adalah sebuah hal yang wajar, paman tidak akan mengalahkan mu."ujar narendra sambil menyilangkan kedua tangannya.
"apakah paman benar-benar ingin tahu...?"ujar Alena sambil tersipu malu.
"tentu saja, Alena kita semua apakah keluarga dan aku juga lebih tua darimu, terkadang aku juga bisa kok memberikan kamu beberapa saran."ujar narendra sambil tersenyum lebar.
"tapi, tapi paman, jika aku memberitahu kamu, kamu pasti akan sangat marah kepadaku."ujar Alena sambil menundukkan kepalanya.
"aku berjanji kepadamu, aku tidak akan pernah marah kepadamu."ujar narendra sambil tersenyum.
Alena menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat itu Narendra kemudian mengusap kepala Alena.
"baiklah jika kamu belum siap untuk memberi tahu paman, kapan saja kamu mau memberitahu paman akan selalu siap untuk mendengarnya."ujar narendra sambil tersenyum.
"tapi Alena, meski pun paman tidak tahu siapa yang sedang kamu taksir, tapi paman harus tetap mengingatkan kamu, sebagai seorang perempuan kamu harus bisa menjaga dirimu sendiri, sekarang kamu masih kecil, ingat Jagan pernah berbuat yang melewati batas, jika pria itu benar-benar sayang dan cinta kepadamu maka dia akan berbuat segala cara untuk menjaga dan melindungi kamu "ujar narendra panjang lebar sambil menatap wajah Alena.
"dan yang paling penting, dia tidak akan pernah meminta hal yang tidak pantas kepadamu oke."ujar Narendra.
"dia, dia tentu saja bukanlah tipe cowok yang seperti itu."ujar Alena sambil menatap wajah Narendra.
"Alena, aku benar-benar penasaran dengan pria yang sedang kamu taksir itu."ujar narendra sambil mencubit pipi Alena.
Huff..!
Alena membuang nafas kasar.
"paman andai saja kamu tahu, jika orang itu adalah kamu."ujar Alena dalam hatinya sambil menundukkan kepalanya.