Mikayla adalah Perawat Gigi. Ia telah dikhianati oleh pacarnya sendiri yang berselingkuh dengan teman seangkatan perawat. Pacarnya adalah seorang anggota Polri. Namun cintanya kandas menjelang 2 tahun sebelum pernikahannya. Namun ia mengakhiri hubungan dengan pacarnya yang bernama Zaki. Namun disamping itu ia ternyata telah dijodohkan oleh sepupunya yang juga menjadi anggota Polri. Apakah ia akan terus memperjuangkan cintanya dan kembali kepada Zaki, atau lebih memilih menikah dengan sepupunya?
ikuti kisah selanjutnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahkota Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tatapan Yang Berbeda
“Sayang kamu ready jam berapa? Supaya aku bisa siap-siap untuk menjemput kamu.” Tanya Zaki kepada Mika melalui telponnya.
“Jemput jam delapan pagi ya, Ay. Kamu besok benar bisa jemput aku?” Mika balik bertanya ke Zaki.
“Siap 86.” Sahut Zaki dengan semangat.
“Ya sudah kalau begitu, aku izin istirahat dulu ya ay, Assalamu’alaikum.” Mika segera memutuskan panggilannya dengan Zaki. Dan ia segera merebahkan tubuhnya yang sudah sangat lelah seharian ini ada praktek tentang cara merawat gigi dengan perawatan syaraf.
“Wa’alaikumsalam, sayangku.” Sahut Zaki begitu bahagia karena akan bertemu dengan kekasihnya yang libur hanya satu atau dua minggu sekali.
Durasinya pun hanya sebentar, yaitu dua hari. Sabtu dan minggu saja.
*
Mobil sport berwarna hitam sudah bertengger di depan parkiran asrama putri.
Banyak mahasiswa dan mahasiswi berseliweran keluar dari area pekarangan kamar asrama.
Kampus Poltekkes hanya berada ditengah-tengah antara asrama putra dan asrama putri. Jadi sekat antara asrama putra dan putri adalah kampus yang berdiri ditengah untuk memberikan celah.
Asrama putri berada di sebelah kiri, sedangkan untuk asrama putra berada paling ujung sebelah kanan.
Zaki keluar dari mobil dan memainkan ponselnya. Dengan style super keren membuat para mahasiswi melirik karena ketampanannya.
Dengan menggunakan crewneck dan celana jeans panjang, tak luput kacamata hitamnya yang sudah menempel menutup kedua matanya menjadikannya semakin mempesona dan membuat para wanita-wanita semakin tergila-gila.
“Kak Zaki yah?” sapa Alexa pada Zaki yang rupanya ia sedang mengetik pesan yang akan dikirimkan ke seseorang.
Zaki yang mendengar namanya dipanggil oleh seseorang, kemudian ia menoleh kearah sumber suara tersebut.
Kacamatanya sedikit ia turunkan untuk memastikan siapa yang telah memanggilnya.
“Temannya Mika, ya?” tanya Zaki namun ia tidak menyebutkan namanya karena takut salah sebut.
“Iya kak, aku Alexa. Kakak pasti sedang menunggu Mika ya?” tanya Alexa kembali.
“Iya, Mika nya mana?” Zaki bertanya dengan mata yang sedang memantau sekeliling mencari keberadaan Mika.
“Mikanya masih siap-siap, Kak. Tunggu saja nanti juga Mika kesini kok.” Alexa berbicara dengan nada santai dan senyuman manis.
“Oke. Eh Lex, Mika kesehariannya bagaimana kalau menurut pandangan kamu?” Zaki tampak menggali informasi terkait Mika.
“Mika anaknya baik, rajin, pintar, suka membantu dan yang pasti agak cuek dengan orang yang baru ia kenalnya.”
“Begitu ya?” Zaki mengangguk pelan dengan tangan kanan berada di bawah dagunya untuk menopangnya wajahnya.
“Lalu…” Alexa tidak melanjutkan takut malah menjadi boomerang bagi hubungan Mika dan Zaki.
“LaLu apa, Lex? Kok nggak dilanjutkan?” Zaki mengernyitkan dahinya dengan penasaran.
“Lalu, fans dia banyak kak, banyak yang suka sama Mika dari asrama putra. Dosen-dosen pun selalu puas dengan hasil nilai Mika.” Alexa akhirnya melanjutkan perkataannya yang sedikit tertunda itu.
Zaki mengangguk perlahan, ternyata kekasihnya banyak yang menyukai dan memang sangatlah berprestasi di kampusnya.
Suatu kebanggaan tersendiri untuk Zaki karena hanya ia yang dapat meluluhkan hati sang tuan puteri.
“Eh, kak. Tapi, jangan bilang-bilang aku yang bilang ke Kakak ya.” Pinta Alexa pada Zaki.
“Tenang.” Zaki melebarkan senyumnya.
Membuat Alexa terpesona bisa berbicara secara dekat dengan Zaki.
Tampak ada tatapan yang berbeda pada mata Alexa, sepertinya ia jatuh hati pada Zaki, kekasih sahabatnya.
“Kak, boleh aku minta nomor kakak? Untuk memberikan banyak informasi tentang Mika. Boleh nggak, kak?” Alexa mencari cara untuk bisa mendapatkan nomor Zaki lalu ia menyodorkan ponselnya pada Zaki.
“Hmmm.. boleh tuh, ide yang bagus.” Zaki meraih ponsel Alexa yang kemudian mengetik angka-angka nomornya.
Tak lama Zaki memberikan ponsel Alexa kepada Alexa.
“Thank you, kak.” Alexa tersenyum manis dan sangat kegirangan karena sudah mendapatkan nomor Zaki.
Tin..
Tin..
Tin..
Seseorang datang dan duduk diatas moge nya didepan gerbang kampus, mengklakson Alexa yang tengah mengobrol dengan Zaki di parkiran.
Alexa dan Zaki kompak menoleh kearah suara klakson motor tersebut.
“Eh, aku sudah dijemput kak, aku duluan ya kak.” Ujar Alexa yang kemudian berlari menjauh dari Zaki segera ia menghampiri cowok yang sudah duduk diatas motor itu.
“Oke, Lex.” Zaki mengangguk dengan jawaban singkat.
Zaki menatap Alexa dan seorang cowok yang tidak ia kenal, dan tidak lama kemudian motor mereka pergi hilang ditelan tikungan arah jalan besar.
“Sampai bertemu kembali ya.” Teriak Mika pada Diva dan Amira.
“Iya Mika, hati-hati ya. Salam buat kakak komandan hahahaha…” Sahut Diva dan disusul tawa Amira sambil melambaikan tangannya.
Ia kemudian berpencar, Mika berjalan menghampiri Zaki, sedangkan Diva dan Amira langsung keluar menuju gerbang kampus, karena rupanya ojek online yang telah mereka pesan sudah datang.
“Hmmm.. sayangku lama sekali, aku sudah kering loh menunggunya. Sudah kangen banget. Sini peluk.” Zaki tampak meregangkan kedua tangannya untuk menyambut Mika yang sedang berjalan kearahnya.
“Ih, lebay. Malu dilihatin banyak orang.” Ucap Mika yang sedikit menggoda Zaki melengoskan wajahnya.
“Jadi kalau nggak banyak orang boleh dong peluk-peluk? Iya, sayang? Boleh ya?” Zaki bahagia sekali bertemu dengan kekasihnya.
Ingin rasanya ia memeluk Mika dengan sangat erat, namun rupanya Mika malu untuk di peluk-peluk depan umum.
“Sssttt… sudah ayo kita pulang, ay.” Ajak Mika menghempaskan tangan Zaki. Ia kemudian berjalan menuju kursi penumpang di bagian depan sebelah kursi kemudi.
Zaki segera menyusul Mika untuk memasuki mobilnya. Dan dengan senang ia segera memeluk Mika namun tidak bisa memeluk secara sempurna karena terhalang oleh tongkat persneling.
“Kita cari sarapan apa ya yang enak?” tanya Zaki menoleh kearah Mika.
“Sudah ayo jalan dulu, ay. Nanti kalau ketemu tempat sarapan baru kita berhenti.” Pinta Mika yang rupanya sudah tidak sabar untuk segera pulang.
“Oke siap bos.” Zaki terkekeh dan segera melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Mika menggeleng-gelengkan kepalanya, entah mimpi apa semalam? Pagi-pagi sudah diberikan sambutan oleh kekasihnya sendiri dengan kehebohan yang membuat nya sedikit geli.
***
“Ay, kamu mau minum apa?” tanya Mika ketika sesampainya dirumah.
“Minum dingin saja, Ay. Sepertinya segar.” Jawab Zaki yang sangat ingin meminum, minuman segar karena perjalanan dari Asrama Mika memakan waktu kurang lebih dua jam lamanya.
“Mika, Zaki. Ini ada kue cokelat nih. Baru saja matang masih hangat.” Dian menawarkan kue cokelat hangat kepada Mika dan Zaki.
“Iya tante, pasti mau dong kalau kue coklat buatan tante mah nggak ada lawannya.” Jawab Mika yang kemudian mengambil dua gelas untuk membuat minuman segar untuknya dan untuk Zaki.
“Tante potong-potong dulu ya, Mika. Tante sengaja membuat tiga loyang karena tante tahu kamu mau pulang. Terus Al juga pulang dinas dari Malang. Kebetulan juga Janice nanti mau datang kerumah.” Dian menjelaskan dengan hati yang senang karena semua akan berkumpul di rumah nya. Rumah akan menjadi ramai dan tidak sepi lagi.
“Oh, bang Ali pulang juga hari ini? Kak Janice sudah baikkan sama Bang Ali?” tanya Mika kepada Dian.
“Iya Mika, mereka sudah baikkan.” Jawab Dian dengan semangat memotong-motong kue cokelat yang menggoda iman.
Mika mengangguk pelan. Minumannya sudah jadi. Lalu ia mengantarkan nya keruang tamu untuk disuguhkan pada Zaki yang sudah menunggu.
“Nih minumannya, pak komandan. Untuk satu gelas harganya lima puluh ribu ya, pak.” Mika meledek Zaki yang sedang menonton acara berita di televisi.
“Jangankan lima puluh ribu untuk satu gelas, orang yang bikin kalau sudah siap dijual abang beli neng. Siap abang kawinin.” Zaki menimpali dengan candaan menggelikan.
“Hahahaha apa sih nggak jelas, geli tahu dengarnya.” Mika tertawa lepas.
Disusul Dian membawakan sepiring kue cokelat yang sudah dipotong-potong untuk segera di nikmati.
Dian kembali ke dapur untuk melanjutkan memasak menu yang lainnya, Mika dan Zaki kembali bercanda dengan sesekali tertawa hingga terbahak-bahak.
Dian yang sedang memasakpun ikut terkekeh mendengar candaan mereka berdua yang semakin asyik saja.
“Happy banget kalian, ketawanya sampai terdengar dari luar.” Suara Ali tiba-tiba menghipnotis Mika dan Zaki. Seketika ketawanya menjadi sedikit pelan hingga menjadi kekehan.
“Sudah pulang bang, lelah ya?” tanya Zaki sedikit berbasa basi.
Ali kemudian duduk dihadapan Mika dan Zaki untuk melepaskan sepatunya.
“Lumayan lelah nih.” Jawab Ali yang kemudian meneguk minuman milik Mika sampai habis.
“Ih, Bang Ali! Itu punya aku tahu..” Mika merengek karena minumannya sudah di tenggak habis oleh Ali.
“Eh, masa? Maaf ya Mik, hahahaa. Habisnya haus sih. Nggak ada yang nawarin minum.” Ali sedikit menyindir pada Mika. Karena Mika tidak peka untuk segera membuatkan Ali minuman segar.
Mika langsung berjalan menuju dapur dan membuat kembali minuman dengan ukuran gelas yang lebih besar supaya tidak cepat habis.
“Waduh, balas dendam nih kayaknya sampai bikin yang sebesar galon hahahaa.” Ali terkekeh melihat kelakukan Mika yang begitu menggemaskan.
“Biarin!” Jawab Mika singkat.
Ali dan Zaki saling berpandangan dan kemudian terkekeh bersama. Ali ingin mengambil kue cokelat diatas piring, namun dengan cepat Mika menyambar piring berisi kue.
“Dih, aku mau kue nya, Mika.” Ali terbengong saat ingin mengambile kue, rupanya piring sudah disambar oleh Mika.
“Mau kue? Jawab dulu tebakan dari aku. Kalau bisa jawab, langsung aku kasih kue cokelat ini buat kamu, babang Ali.” Ali menggelengkan kepalanya, semakin pusing melihat kelakuan Mika makin hari makin menggemaskan.
“Ayo, coba apa?” tantang Ali kemudian.
“Kenapa ular nggak dikasih kaki?” Mika segera melontarkan tebakan itu pada Ali.
Ali tampak berpikir keras, Zaki pun tak kalah dengan Ali. Ia juga penasaran dan mencoba mencari-cari jawaban untuk pertanyaan Mika.
“Karena kalau dikasih kaki jadinya kambing.” Jawab Ali ngasal. Mika mendengar jawaban Ali langsung tertawa terbahak-bahak hingga ingin kencing.
“Salah, bukan itu jawabannya.” Mika menyahutinya dengan tawa masih cekikikan.
“Karena kalau dikasih kaki, ular kan binatang melata.” Zaki ikut menjawab, namun lagi-lagi jawabannya belum pas.
Mika menggelengkan kepalanya memberikan pertanda bahwa jawabannya salah.
Dian yang sedang memasak ikut tertawa terpingkal-pingkal.
“Karena kalau dikasih kaki, jadi nya buaya. Kan motif kulitnya sama tuh loreng-loreng begitu.” Ali masih tak ingin menyerah.
“Sudah deh, nyerah saja.” Mika melihat belum ada satupun jawaban yang benar.
“Ya sudah deh, apa coba jawabannya?” Ali sudah menyerah karena ia tidak menemukan jawaban yang paas untuk pertanyaan Mika.
“Karena kalau di kasih kaki….” Jeda. Mika melirik Ali dan Zaki. “ Ya bakalan nyatek, hahahaha” sambung Mika di ikuti tatapan sedikit aneh pada raut wajah Ali dan Zaki.
“Maksudnya bagaimana sih?” Ali masih penasaran dengan jawaban Mika.
“Nih, kalau ular dikasih kaki, ya kakinya di catek lah Bang, hahaha.” Mika sambil menunjukan kaki sebelah kanan nya sekaligus memberikan jawaban untuk Ali.
Ali dan Zaki kembali berpandangan dan akhirnya, “ Hahahaha iya paham-paham sekarang.”
Mereka tertawa lepas di ikuti tawa Dian yang sedang memasak.
“Jadi nggak dapat kue nih aku?” Ali kembali bertanya pada Mika.
Mika menggelengkan kepalanya dengan mencaplok kue cokelat yang lezat, dengan mengiming-imingkan pada Ali yang sudah tampak ingin sekali menikmati.
“Assalamu’alaikum.”