NovelToon NovelToon
Surai Temukan Jalan Pulang

Surai Temukan Jalan Pulang

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sci-Fi / Fantasi Timur / Spiritual / Dokter Genius / Perperangan
Popularitas:260
Nilai: 5
Nama Author: Hana Indy

[Sampul digambar sendiri] Pengarang, penulis, penggambar : Hana Indy

Jika ada yang menganggap dunia itu penuh dengan surga maka, hanyalah mereka yang menikmatinya.
Jika ada yang menganggap dunia penuh dengan kebencian maka, mereka yang melakukannya.

Seseorang telah mengatakan kepada lelaki dengan keunikan, seorang yang memiliki mata rubah indah, Tian Cleodra Amarilis bahwa 'dunia kita berbeda, walau begitu kita sama'.

Kali ini surai perak seekor kuda tunggangnya akan terus memakan rumput dan berhagia terhadap orang terkasih, Coin Carello. Kisah yang akan membawa kesedihan bercampur suka dalam sebuah cerita singkat. Seseorang yang harus menemukan sebuah arti kebahagiaan sendiri. Bagaimana perjuangan seorang anak yang telah seseorang tinggalkan memaafkan semua perilaku ibundanya. Menuntut bahwa engkay hanyalah keluarga yang dia punya. Pada akhirnya harus berpisah dengan sang ibunda.

-Agar kita tidak saling menyakiti, Coin-

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Indy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 Benteng Argania

..."Seorang telah meruntuhkan sebuah rumah. Bukan mereka yang berdebu dan pasir dengan tanah. Tetapi, makna rumah dalam kehangatan." - Surai....

Seorang lelaki masih bersiap dengan kereta kudanya. Hendak memacu ketika sebuah pisau memutus tali kekang kuda. Meringkik dalam kerasnya malam. Setelah mengetahui pergantian garam yang dia nantikan, kini bergegaslah wanita ini dalam sebuah misi.

Lelaki nampak marah dengan tudung merah yang menghalangi jalannya. Segera dia turun dari kereta kuda.

“Siapa kamu!” Teriaknya.

Sebising apa pun yang akan diteriakkan oleh lelaki itu tidak akan pernah mampu menyaingi ketenangan dalam tidur.

“Minggir dari jalanku!”

Lelaki jingglang menuruni kereta kuda. Mungkin keputusan yang salah untuk sekarang.

Apakah lelaki Jingglang akan menyesali keputusannya?

Pada malam itu, genangan darah sudah wanita bermata lancip saksikan. Bersorai dalam halusinasinya sendiri dunia akan menyambut kematian lelaki yang sudah memuakkan.

Sedikit goresan tidak akan berarti apa-apa. Langkah kecil wanita sedikit gemetar menuju ke arah pintu besar. Berdoa di depan panti untuk mereka yang tertinggal.

...**...

Untuk seseorang yang dinilai paling kaya dalam dunia pasar gelap, Tuan Demon. Siapa yang akan melupakan sosok yang sudah menyelamatkan banyak nyawa?

Katanya.

Mengelus jenggotnya yang tipis. Sedikit kasar dari rambut itu tidak dia hiraukan. Ada lelaki yang bonyok di sudut ruangan mengemis meminta ampun.

“Jaza,” yang terpanggil merasa merinding bulu romanya. Sedikitnya darah mengalir dari hidungnya tidak terasa menetes.

“Apakah kamu selalu memelihara barang gagal?” tanya Demon. Pria matang ciri khas berjas hitam sepenuhnya. “Apakah dunia ini lelucon?”

“M-maafkan saya T-Tuan De-mon.” Suara serak karena banyaknya berteriak.

“Wanita yang kamu pelihara! Airis!” teriak di atas tenggorokan hujan serapah. “Dia kabur, bajingan!”

“Maafkan saya,” lirihnya Tuan Jaza.

“Apa kamu tidak merasa terancam oleh mereka yang sekarang melenggangkan kaki bebas?”

Pria bertubuh kekar berjalan pelan menuju Tuan Jaza. Dengan sedikit penekanan akan amarah tiada tanding.

“Anda yang mengatakan untuk menerima pelanggan bernama Lorenzo.” Sebuah fakta yang dia katakan.

“Iya,” jawab Tuan Demon dengan nada pelan. “Lalu apakah kamu akan menyalahkan aku karena Lorenzo mengetahui lokasi pelayaran gelap yang kita lakukan?”

Tuan Jaza menggeleng. “Tidak,” jawabnya lekas.

“Kalau begitu Bond yang akan menanganinya. Panggil lelaki itu dan kita akan mengurus bajingan juga sampah mereka.”

Tuan Jaza mengangguk paham. Segera dia keluar dari ruangan dan mengendarai kuda menuju kediaman Tuan Bond. Berharap kasus yang akan terjadi segera menyelamatkannya.

Tuan Jaza bekerja seumur hidupnya hanya untuk Tuan Demon. Berharap bahwa jasanya akan terus dibalas kebaikan? Apakah dia salah dengan begini? Menjilat kaki pria itu, bertekuk lutut untuk menyelamatkan keluarganya. Apakah dia menginginkan hal ini?

Persetan dengan alasan. Tuan Jaza kembali dalam kediaman Tuan Bond.

“Bond!” teriak Jaza, Rasa kesal juga mendarah.,

Tuan Jaza tidak pernah menginjakkan kaki ke panti asuhan. Yang Tuan Jaza tahu Tuan Bond menerima kekayaan dari penjualan Opium yang diedarkan ke Pulau lain. Berkedok itu, tujuannya untuk menjadi sempurna dan menyelamatkan anak cacat dapat dilaksanakan. Bekerja sama dengan peneliti bodoh. Lalu mengembangkan teknologi yang disebut dengan ‘kesempurnaan.’

Tuan Jaza membuka pintu panti asuhan kesal. Suara itu menggema sampai ke sudut.

Mungkin ada pertanyaan yang mampir dalam benak.

“Selamanya Bond memang ceroboh. Mengunci pintu bahkan dia tidak dia lakukan.”

Menyalakan saklar.

Tubuh terbujur tergantung. Kaki tidak napak lantai. Kursi yang tergeletak disebelah kakinya. Sayatan yang ada di lehernya sudah meyakinkan jika Tuan Bond mati dengan cara mengenaskan.

Tanpa memberikan aba-aba dan tanda kematian. Tuan Bond menemui ajalnya.

Darah mengucur dari leher sampai ke kakinya. Menetes dari atas lantai.

Apa yang akan lelaki ini lakukan sekarang?

Bagaimana adegan perjanjiannya dengan Tuan Demon?

Menuju ke kanan atau ke kiri sama-sama jurang kematian. Terbesit, berlari menuju gagang telepon. Menekan tombol pertolongan yang bisa dia gunakan.

Tapi, apa yang akan dia katakan?

Menyatakan jika Jaza menemukan mayat kepala penelitian ilegal?

Mengatakan jika dia terlibat pengedaran Barang Surga?

Dimana otaknya sekarang?

Melihat sekeliling. Sunyi dan senyap hanya dia temukan. Menyalakan setiap saklar untuk memastikan jika tidak ada manusia yang ada.

Sejenak menenangkan dirinya. Nafasnya tercekat ketika memaksa tubuh dengan kepala hampir putus terjatuh dilantai.

Deru nafasnya sendiri juga satu-satunya suara yang dia dengar. Dengan perlahan menyeret tubuh besar Tuan Jingglang menuju pembaringan terakhir.

Kuda mulai meringkik. Ada setidaknya empat yang terus bersuara. Ada satu kandang yang terbuka dengan nama Surai. Tuan Jaza mengabaikannya.

“Tuan Bond. Seumur hidup kamu ini sudah sangat merepotkan. Sebenarnya siapa yang membunuhmu?”

Sembari mencangkul. Sembari berkeringat banyak. Malam juga baru saja datang setelah pertarungan sore tadi dengan Tuan Demon. Malangnya nasib, harus mengubur mayat Tuan Bond.

Ditutupnya lubang setelah meletakkan sembarangan mayat Tuan Bond. Setidaknya dia akan membusuk dengan benar.

Tuan Jaza ambruk. Melihat penampakan mayat seseorang yang dia kenal. Ketakutan menjalar dari hati sampai otaknya. Membeku setiap sel untuk berlari.

Panti juga akan terbengkalai karena minimnya penghasilan dana yang masuk sekarang. Tuan Jaza mengernyit.  Merutuki dirinya sendiri karena memiliki nasib buruk.

Tuan Jaza membenahi penampilannya. Sempat membawa kunci pintu rumah megah yang dibangun untuk anaknya, Idris Morf P. Sesungguhnya dia tidak mengerti hubungan antara ayah dan anak yang menjijikkan itu.

Tuan Jaza memasuki mansion besar. Menyalakan lampu benderang. Segera masuk ke dalam kamar lalu merampas setidaknya beberapa pakaian dan membersihkan diri. Melihat ukuran pakaian yang lebar mengurungkan niat. Lalu kembali dalam kamar sebelahnya dan membawa jas milik putranya. Sepatu beruntungnya pas di kakinya.

Tuan Jaza melihat sebuah foto terpampang nyata di meja Idris. Sebuah lapangan yang luasnya tidak terkira dipenuhi dengan bibit Opium. Idris saat itu masih berusia sekitar tiga tahunan.

Tuan Jaza membalikkan foto itu, ada sedikit memori yang tersimpan jika dia benar.

“Aku baru menyadari jika Idris itu memiliki mata yang alami.”

Mata cyan ini sepertinya pernah dia lihat.

Samar ingatannya mendarat setelah lama tenggelam. Sejenak mengingat seorang lelaki yang bersikap sangat anggun. Bersama dengan istrinya yang memiliki paras cantik sedang mengandung.

“Pertemuan pertama kita, Tuan Pakin.”

Saat itu mungkin aku berada dalam jangkauan Tuan Demon.

“Saya sangat senang. Tuan Paul.”

Saat itu siang hari yang terik. Persetujuan untuk mengelola kebun bersama terjadi. Dalam kebun yang luasnya sekitar 3 atau 4 hektar opium. Dibawah kekuasaan Kerajaan Eudoria atas persetujuan menanam, mengedarkan, dan mengelola menjadi obat yang menunjang medis.

Dalam siang itu, seorang lelaki bernama Pakin telah merubah namanya menjadi Demon. Kebakaran hebat yang berada di kediaman Tuan Paul telah memusnahkan istri serta anaknya.

“Tuan Pakin?” tanya Tuan Jaza memastikan dirinya sendiri.

“Idris adalah putra semata wayang Tuan Paul?”

Masih dia ingati wajah Tuan Paul yang memiliki mata yang sama seperti Idris. Bermata Cyan juga berambut sedikit gelap.

Mengapa dia melupakannya selama ini?

“Idris tahu dimana gudang surga yang dimaksudkan kan oleh Tuan Demon.”

Setelah membantai keluarga Paul. Yang Tuan Demon dapatkan hanyalah 4 hektar tanah Opium. Sedangkan dalam perjanjian Kerajaan Eudoria terdapat setidaknya 100 hektar Opium yang ada.

Mereka semua tumbuh subur, dan masih dipetik sampai sekarang.

Jadi, dimana sisa semua tanah yang tidak terlihat?

Tuan Jaza bergegas untuk keluar. Ada masalah yang harus dia lakukan. Menunggangi kereta kudanya lalu memberi salam perpisahan pada Panti Asuhan Sayap Tuhan yang akan tutup usia.

Sejenak matanya menoleh ke belakang. Ada sesosok manusia yang berjalan memasuki gerbang lalu merentangkan tangannya.

Tuan Jaza  berhenti. Dari kejauhan sosok itu mulai terlihat jelas saat sampai dibawah lampu.

“Airis,” lirih Tuan Jaza.

Seringaian wanita itu terlihat sudah.

Terkadang manusia kalau sudah takut akan bodoh.

...***...

Kepala menggeleng atas nominal kekayaan yang dimiliki oleh lelaki yang mengikutinya sampai ke rumah.

Kediaman Lorenzo sangat tenang, penuh dengan lencana kepolisian atau tentara. Ayahnya seorang tentara yang gugur dalam tugas. Yang paling dihargai, dihormati sebagai komandan bertanggung jawab sepanjang usia.

Bahkan Pangeran Andreas yang masih berusia 15 tahun mengantarkan sendiri lencana penghormatan atas meninggalnya Komandan militer.

Mallory tersenyum. “Idris,” lirihnya.

Menyesap kopinya. Sedikitnya ada 2 jam sebelum pertarungan akan dimulai.

“96 hektar opium. Kamulah penyetok Barang Surga ini sayang.” Gemasnya kepada nominal.

Melihat langkah kaki menghadangi pandanganya. Mallory memang menyukai duduk tanpa sofa.

“Apa yang ingin kamu katakan kepadaku?” Idris kini duduk di depan Mallory.

“Lihatlah, harta yang disembunyikan oleh ayahmu.”

Idris hanya tertawa. “Harta itu sudah dialihkan atas namanya.” Idris meregangkan ototnya. “Akupun juga akan bertanggungjawab setelah ini.”

Mallory beranjak. Mengambil jaketnya. “Aku akan bertugas,” pamitnya.

Idris hanya mengangguk menanggapi. Mengantar lelaki itu menaiki kereta kudanya mengantar kepergian menuju pelabuhan yang sudah dia janjikan.

Idris melambaikan tangan. Beharap jika Tuan Mallory yang dia hormati tidak gugur dalam perang.

Tersenyum lelaki dalam kereta kuda mewah. Ada yang datang dari kegelapan dengan membawa ribuan koin suci.

Suasana malam dalam pelabuhan.

Tidak akan menyangka jika hujan sudah membentuk pelangi tadi siang. Lalu membawa jutaan bintang mengarungi angkasa sendirian. Mereka bilang, jika melihat bintang adalah melihat masa lalu. Jika benar, maka Mallory akan mengingat waktu ini sebagai masa depan.

Titik temu.

Tuan Demon, begitulah orang memanggil. Berjalan dengan santai menuju lelaki yang sama sekali tidak membawa seorang pun untuk melindunginya.

“Tuan Lorenzo,” panggil Tuan Demon. Angin kencang berembus dari sebuah kapal yang akan berlayar menyingsing malam, siap dengan layar yang sudah mengembang. Tuan Demon merentangkan tangannya. “Kapal ini!” teriaknya.

“Akan menjadi milikmu.”

Tuan Mallory berjalan mendekati Tian Demon. Tentu saja pengawal itu juga merapat untuk melindungi Tuan Demon.

“Apakah ayahmu sudah membekali dirimu dengan berbagai senjata?” tanya Tuan Demon menyeringai.

“Tentu saja banyak,” jawab Tuan Mallory.

Pengawal yang jumlahnya ratusan, kini memperlihatkan matanya. Siap bertarung dan membunuh Tuan Mallory.

“Ada apa Tuan Demon. Sepertinya Anda sangat ketakutan?”

“Apakah Anda membawa barangnya?” tanya Tuan Demon.

Sekotak yang dibawa oleh kereta kuda Tuan Mallory kini dirampas oleh anak buah Tuan Demon. Tentu saja semuanya sudah direncanakan. Pengawal itu memberikan tanda oke pada Tuan Demon.

Ratusan Koin Suci sudah diamankan.

“Anda itu cukup bodoh. Untuk putra semata wayang Komandan Militer tertinggi Kerajaan Eudoria.”

“Tentu saja tidak,” jawab Tuan Mallory angkuh.

Mallory merentangkan tangannya. Segenap kapal yang sudah disediakan kini terdapat ratusan pasang mata yang menyembul dari kegelapan.

Sejumlah pengawal Tuan Demon juga membuka baju samaran mereka.

“Tuan Demon, atau Tuan Pakin? Adalah seseorang yang telah melakukan pembunuhan berantai bertahun yang lalu. Dipenjara karena pertimbangan jasa yang pernah Anda lakukan terhadap Kerajaan. Begitu baiknya Raja Azalea saat ini sehingga membiarkan tikusnya lepas. Dan ya, mengeksploitasi Opium dalam jumlah besar. Menyebarkannya melalui para penjaja dan pemain musik.

Agensi Surga yang Anda bangun itu, atau yang biasa Anda sebut sebagai Barang Surga. Rasanya terlalu menjijikkan jika seorang pedagang kelas atas bersujud pada barang.”

Tuan Mallory memberikan gulungan. Melemparkannya tepat di depan Tuan Demon. “Semua tanah yang kamu eksploitasi milik seorang petani opium resmi dari Kerajaan. Tuan Paul. Yang sayangnya telah melahirkan anak laki-laki pewaris utama. Aku, Mallory Lorenzo berniat mengembalikan semua tanah yang sudah kamu jajah itu ke pemilik aslinya.”

“Hahahahaha,” tawa menggelegar dari seorang mafia. Begitu payahnya lelaki yang menjadi tamunya sekarang. “Mengembalikan? Kamu pikir siapa? Bayi itu! Sudah mati!”

“Aku tidak mati!” rambut berwarna Cyan kini menghentikan laju kudanya. Surai perak yang menjadi ciri khas kuda itu dengan ringkikan. “Hari ini aku telah menemui sebuah kebenaran. Seorang ayah yang sudah diperdaya oleh lelaki bajingan. Memang Anda lebih baik mati!”

Suara tembakan sudah mengawali pertarungan malam itu. Deru bom juga dilesatkan. Tuan Demon berusaha untuk terlepas dalam kerumunan. Bertarung sudah bukan kerjaannya lagi. Berbalik arah ketika kuda bersurai perak menghalangi jalannya.

Dia sangat ingat akan kuda yang dia buang dan dipelihara oleh Tuan Bond yang dia anggap sebagai cacat karena pengiriman dari pelayanan gelap.

Ditembakkannya peluru menembus kegelapan menuju kuda cacat. Secara ajaibnya Surai tidak terluka sama sekali. Kuda itu justru memiliki otot yang tebal untuk memantulkan peluru.

“Mana ada kuda yang begitu?”

Tuan Demon mengisyaratkan untuk anak buahnya menuruni kapal tempat pelelangan dan membunuh Tuan Mallory beserta Idris yang membantu penyergapan.

Terherannya lelaki berusia 40 tahunan ini karena tidak ada yang menuruni kapal. Tembakan satu kali menjadi pertanda akan Tuan Mallory memusnahkan semuanya.

“Membunuh keluarga Paul dengan cara membakar.” Satu per satu langkah mendekat.

Anak buah yang dibawa oleh Tuan Pakin sekaan terdiam begituan saja. “Nikmatilah sebuah penyangkalan. Lihatlah sekelilingmu Tuan Pakin!”

Lelaki itu menoleh. Serbuk halus beterbangan

“Apa yang kamu lakukan dengan serbuk itu?”

“Opium. Inilah yang kamu sebut dengan opium, barang Surga yaitu, kan? Silakan nikmati sesuka Anda. Aku sudah membelinya.”

Melihat beberapa anak buah yang ambruk, layar kapal tidak mengembang dan tulisan Agensi Surga yang sudah hilang dari badan kapal.

Kapal sesungguhnya sudah hilang.

“Pelabuhan ini menjadi pelabuhan terakhir kita.”

“Kamu menjebakku Tuan Mallory!”

“Tentu! Untuk sang ayahku yang telah tewas mengenaskan ketika mengejarmu. Untuk ayahku yang sudah kamu bunuh dengan mudah. Aku sudah menanti hari ini! Aku menunggu dengan sabar untuk membunuhmu.”

Tuan Mallory menembakkan pistolnya. Tentu saja meleset. Lelaki itu dikenal dengan kemampuan gulat dan menghindari secepat kilat.

Hendak kabur dengan kuda miliknya. Surai dengan lihai mendorong kuda yang lebih kecil dari yaitu. Tuan Mallory menyadari jika Surai bertambah besar seiring dengan kehebatan penunggangnya.

Tidak merendahkan kesempatan. Tuan Mallory berlari maju, sedang, Idris  yang masih menaburkan bubuk opium sama sekali tidak terpengaruh olehnya. Sebelum pergi berperang, Tian sempat memberikan sebuah suntikan. Hal itu akan menghindari terpengaruh oleh Opium.

Dengan pedang selangkah maju tegas.

Siap membunuh lelaki yang sudah menghancurkan berbagai orang di dunia. Tuan Pakin menghindar. Senjata berupa celurit sudah dia keluarkan dari bahunya lalu menebas Mallory. Pergulatan masih tidak mau pergi.

Pelayaran gelap malam ini, sudah diretas dari mereka yang memilih mata rubah sempurna.

Tian Cleodra Amarillis mengemudi kapal ilegal.

Mata menyipit akan badai ombak yang datang menerjang. Tidak gentar mengarungi lautan untuk sampai pada daratan. Tian menarik nafasnya. Meninggalkan barang sejenak kemudi lalu berjalan di ujung kapal. Ombak yang besarnya melebihi kapal itu diselimuti oleh cahaya kehijauan. Terus menjalar hingga menjadi arungan ombak tenang.

Para hiu dan paus biru senantiasa menjadi pengiring bagi Tian untuk tetap mengikuti arah.

Malam sudah terlewati dengan sempurna. Tian membiarkan kemudi sedikit mengambil alih. Menatap ratusan kotak Barang Surga yang sudah sepenuhnya menghilang dari matanya. Hanya tinggal sedikit setelah menceburkannya ke dalam laut. Tian dan kepolisian berencana untuk tidak mendatangkan barang menjijikkan dalam pulau lainnya.

Setelahnya tidak akan penyalahgunaan Opium lagi.

Tian mendorong satu kotak terakhir untuk mencebur ke dalam laut. Tian tahu resiko akan tercemarnya air laut dengan Opium. Tetapi, bagi hewan tidak akan terasa efeknya.

Tian melihat matahari yang akan menampakkan diri. Setelah perjalanan sekitar 18 jam dengan kapal akhirnya sebuah pulau yang dia tuku berada di depan matanya.

Benteng Kerajaan Argania yang dia dambakan ada di depan matanya.

Jika ada kengerian dalam perjalanannya itu hanyalah tumpukan mayat berada di sudut. Tian sepakat untuk membunuh mereka dengan ijin Tuan Mallory. Mengatakan jika sesuatu yang baik juga harus berkorban nyawa. Walau dalam jiwanya penuh dengan amarah juga tangis akan keluarga yang ditinggalkan. Tetapi, ada jasa diantara mereka yang mati sekarang.

Segera dia lempar jasad setidaknya lima manusia yang terkapar dalam lautan. Makanan lezat bagi hiu dan juga paus.

“Selamat tinggal,” berinya salam paling dingin.

Tian berusaha mengendalikan kapal menuju pelabuhan. Sepi dan gelap begitulah jika belum subuh datang. Tian beranjak turun.

Penjaga pelabuhan tidak akan pernah datang pada benteng Kerajaan paling belakang. Paling tidak akan disentuh.

Kini perlahan menapaki perjalanan baru menuju Kerajaan Argania.

...***...

...Bersambung...

1
Galaxy_k1910
ilustrasi karakternya keren
@shithan03_12: Wuahh makasih ya
total 1 replies
༆𝑃𝑖𝑘𝑎𝑐ℎ𝑢 𝐺𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
dia cewek apa cowok thor?
@shithan03_12: kalau Tian cowok..
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!