Seorang Nara Pidana yang di pindahkan ke Penjara angker di Pulau terpencil.
Ternyata tak hanya angker, penjara ini di salah gunakan untuk tindakan ilegal yaitu menjual organ-organ Para Nara Pidana.
Setelah mengetahui kebenaran tersebut, Prapto pun bertekad untuk keluar dari penjara sadis ini.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 11
"Aku sedang mencari kedua bola mata ku. Apa kamu melihat nya bang?" Tiba-tiba di depan pintu kamar nya ada suara sedih seorang laki-laki menanyakan bola mata nya.
Prapto memilih diam dan tetap duduk meringkuk.
"Baaang..." sapa nya dan masih dengan nada sedih dan merintih sakit.
"Baaang..."
"Baaang..."
"Carikan bola mata ku baaang..aku ingin pulaaang, aku gak bisa melihat"
"Baaang.." panggil nya lagi dengan suara setengah merintih.
"Baaaaang" kali ini panggilan nya di sertai tangisan.
"BAAAAAANG !!!!" Tiba-tiba suara arwah penasaran itu menyentak marah.
"Aaaaaaaaaaaa !!!!! Prapto pun spontan teriak mendengar suara hantu di depan kamar nya yang tiba-tiba menyentak marah.
"Carikan baaaang !!!,carikaaaaaan !!!,carikan mata ku baaaang !!!"
Suara itu memohon histeris sambil menangis dan perlahan-lahan menjauh kemudian menghilang di telan kesunyian malam.
BRAKKK!!
Tiba-tiba pintu di ujung lorong penjara di tutup dengan sangat kasar, seiring hilang nya suara arwah yang tersiksa penuh kepedihan.
"Cukup cukup cukup! aku sudah tak tahan lagi" gumam nya ketakutan, dengan selimut masih menutupi seluruh tubuh nya.
Malam itu Prapto terjaga lagi sampai fajar. Pagi nya jam enam, ia tertidur pulas dengan posisi tubuh masih tertelungkup di sudut kamar nya.
Pranggg !!!
Suara piring seng yang berisi nasi dan sayur membangunkan nya.
Dia perlahan mendongakkan kepala nya dan membuka mata nya dengan malas. Ia hanya memandangi makanan itu yang baru saja di lemparkan dari luar pintu nya oleh seorang sipir penjara.
Dunggg....dunggg...dunggg...dunggg...dunggg...dunggg....dunggg....dunggg...!!
Bel jam menara di luar menunjukkan pukul delapan pagi, ia masih enggan untuk bangun karena rasa kantuk yang berat. Prapto hanya beranjak dari duduk nya dan langsung merebahkan badan nya di atas ranjang besi tua.
"Bangun !!!! Bentak seorang sipir yang sudah ada di dalam kamar nya
Ia tidak mendengar suara pintu di buka karena saking pulas nya dia tidur. Ia membuka mata nya setengah malas.
"Pemalas! Ini sudah jam satu siang tolol !!!!cepat bangun!!! " bentak nya marah sambil kaki kanan nya yang bersepatu pantofel menendang pinggang kiri Prapto.
"Ughh" erang nya
Kemudian ia mengangkat punggung nya perlahan, sekarang posisi dia duduk membungkuk di atas ranjang dengan kedua kaki lurus ke depan. Spontan kedua sipir itu masing-masing menarik tangan nya Prapto.
"Hari ini kerja bakti! Ayo!" Bentak nya sambil tangan kekar nya menyeret tangan Prapto sampai seluruh badan nya jatuh dari ranjang dan ia di seret keluar dengan posisi punggung nya menempel di lantai.
"Bangun !!!" Bentak nya setelah berhenti menyeret nya dan melepaskan tangan nya, ia di seret sampai keluar pintu.
Ia pun mengangkat badan nya dengan malas. Badan nya belum tegak sempurna, kedua sipir itu langsung memiting kedua lengan nya dan di bawa keluar dengan langkah terburu-buru.
"Sana bantu mereka !!! Perintah nya dan dengan kompak tangan mereka melepaskan pitingan nya dengan setengah mendorong, hingga badan prapto terjungkal ke depan.
Prapto pun bergabung dengan mereka. Ada yang memangkas ilalang-ilalang yang sudah tumbuh tinggi, ada yang mengepel lantai lapangan, ada yang memangkas ranting-ranting pohon yang sudah mulai rimbun dan Prapto di suruh untuk membantu nara pidana lain membersihkan selokan yang mampet.
