She'S My Wife

Seminggu telah terlewati dengan santai walau banyak perdebatan kecil yang di buat oleh Andin yang selalu meminta di ajarkan memasak.

"Hari ini kamu mau ke rumah Bapak nggak?" tanya Gevano sembari mengupaskan kulit buah jeruk dan menyuapkan nya ke mulut Andin.

Andin yang tidur di pangkuan Gevano hanya menerima buah itu tanpa melihat lagi.

Kedua nya sedang duduk di sofa depan tv, tapi tak ada yang berniat menyalakan tv itu.

"Hmm.. Mau, tapi Bapak kayak nya lagi sibuk-sibuk nya deh sama kerjaan nya" jawab Andin mengutarakan isi pikiran nya.

"Aku dengar dari Bibi Fatih, Bapak kembali mengurus pasukan tentara angkatan darat nya" lanjut Andin di angguki Gevano.

"Bagus dong, biar Bapak nggak bosan di rumah terus" balas Gevano kembali menyuapi Andin.

"Tapi apa dia nggak kangen sama anak semata wayang nya ini?" Andin bertanya dengan mulut tak berhenti mengunyah.

"Nggak katanya, soalnya anak nya ini selalu minta di ajarin masak mulu" Gevano seakan mewakili jawaban Raka.

Andin mencebik bibir kesal. "Apa sih? Emang salah ya minta ajarin masak, kan biar aku bisa bantuin" sungut Andin cemberut.

Dia bahkan tak menerima buah jeruk lagi yang sudah siap meluncur. Gevano segera melahap nya dan geleng-geleng kepala melihat tingkah Andin.

"Aku nggak mau kamu cape, lagian ngapain harus kamu yang masak? Pembantu kan ada, gunakan lah" jawab Gevano sembari mengelus rambut Andin.

"Kan cuma sesekali. Aku jamin deh, kalau aku bisa masak, kamu bakal ketagihan sama masakan aku" sahut Andin dengan bangga.

Gevano mengangguk mengiyakan ia tak ingin terlalu ribet jika Andin sudah mengkhayal.

"Bangun dulu Ndin, aku mau ambil apel di atas meja makan" Andin langsung menurut dan menunggu Gevano kembali duduk.

"Sekalian anggur nya ya" ucap Andin di sahut dengan deheman oleh Gevano.

Raka baru pulang dari tugas nya di lapangan, dia hanya mengawasi kegiatan para tentara muda yang berlatih.

"Huft, lelah sekali" gumam Raka usai memasukkan mobil nya ke garasi.

"Tuan mau makan siang apa?" tanya Bibi Fatih yang sudah menunggu di pintu.

"Yang gurih dan masak nya agak banyakkan ya Bi, Andin sama suami nya mau kesini nanti siang" jawab Raka di angguki Bibi Fatih.

Saat Raka hendak melangkah naik ke lantai atas, ia teringat satu hal. Segera ia berbalik menemui Bibi Fatih.

"Bi, kalau Andin ada minta di ajarin masak Bibi tolak ya, bilang atas perintah saya" ucap Raka membuat Bibi Fatih bingung.

"Nona Andin mau belajar masak?" tanya Bibi Fatih nampak antusias.

"Ya, tapi jangan di ajarin. Dia nggak saya bolehkan buat masak, apalagi pegang alat masak" tegas Raka terpaksa di angguki Bibi Fatih.

Mungkin ada alasan di balik larangan Raka yang begitu tegas agar Andin tak memasak, entahlah hanya Raka dan Tuhan yang tau.

Setelah nya Raka kembali ke kamar untuk beristirahat sejenak. Ia harus mengumpulkan tenaga untuk menghadapi putri nya nanti.

"Cepat Gev, aku udah kangen sama kasur ku eh maksud nya dengan Bapak ku" ucap Andin yang tak sabaran.

"Sabar sebentar Sayang, aku lagi beresin berkas-berkas ini dulu" balas Gevano membuat Andin diam tak mendesak Gevano lagi.

Seperti nya Andin lemah dengan panggilan Sayang dari Gevano yang begitu lembut kadang membuat nya tak fokus.

"Kamu duduk dulu sini, jangan berdiri terus" ucap Gevano menepuk sofa di samping nya yang kosong.

Andin menurut tanpa menyahut, ia memperhatikan Gevano yang masih memeriksa berkas-berkas kantor.

"Sebanyak itu berkas-berkas nya?" tanya Andin membuat Gevano melirik sekilas.

"Iya Sayang, tapi ini belum seberapa. Nanti kapan-kapan kamu ku ajak ke kantor, kamu liat berkas yang menumpuk di atas meja" jawab Gevano membuat Andin merinding.

"Aku jadi nggak mau kerja" cetus Andin membuat Gevano melirik lagi.

"Kenapa?" tanya Gevano kembali menatap layar laptop nya yang berisi huruf dan data-data bertabel.

"Keliatan nya susah banget, sampai numpuk berkas-berkas nya, aku nggak mau gitu" jawab Andin memilih bersandar di pundak Gevano.

Gevano terkekeh kecil dan mengelus pipi Andin sembari terus menatap layar laptop.

"Kamu nggak perlu kerja, aku masih cukup buat nafkahin kamu sampai tujuh turunan kita nanti" balas Gevano dengan sebelah tangan yang tetap mengelus pipi Andin.

"Banyak banget dong duit kamu?" tanya Andin di angguki Gevano dengan sombong.

"Makanya kamu bantu habisin, biar kerja ku ada guna nya selain ngasih gaji ke karyawan kantor" jawab Gevano membuat Andin tersenyum sumringah.

"Tenang aja suamiku! Kamu mendapatkan istri yang pengertian dengan dompet mu itu, jadi siap-siap aja mulai besok banyak pengeluaran sampai apartemen ini penuh sama barang-barang yang aku beli" oceh Andin dengan semangat.

Gevano ikut tersenyum. "Coba aja, sekalian penuhin juga di rumah baru kita nanti" balas Gevano membuat Andin terdiam.

"Rumah baru?" cengo Andin menatap Gevano bingung. Gevano mengangguk.

"Aku ngajak kamu tinggal di apartemen ini cuma sementara selama rumah baru lagi di bangun" jelas Gevano membuat Andin menatap Gevano tak percaya.

"Kamu serius?" Gevano mengangguk dan kembali fokus pada layar laptop.

"Rumah kita nanti kayak gimana? Aku mau liat desain nya" tanya Andin makin antusias.

"Sebentar, ini sempat ku foto desain nya" jawab Gevano sembari menyerahkan hp nya yang sudah dia tunjukkan desain rumah baru mereka.

Terlihat seperti rumah mewah dan kecil dari depan, tapi tak ada yang tau bagian belakang nya seperti apa.

"Gue tunjukin rumah sudah jadi dan siap huni, lokasi rumah nya posisi hook, posisi hook" seru Andin menirukan salah satu trend yang sempat merebak di sosial media, termasuk aplikasi bergambar Not 1/8.

Gevano terkekeh mendengar nyanyian Andin yang begitu mirip dengan yang asli nya.

"Rumah nya nggak mau tingkat tiga? Atau tambahin rooftop di atas nya?" usul Andin.

Gevano nampak berpikir. "Ide bagus juga, nanti kita atur lagi ya" Andin mengangguk sembari membayangkan rumah baru mereka sudah jadi.