NovelToon NovelToon
Terpaksa Berjodoh

Terpaksa Berjodoh

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Mengubah Takdir
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Puji Lestari

Aqila Prameswari dan Qaila Prameswari adalah saudari kembar yang lahir dari pasangan suami istri Bayu Sucipto dan Anggi Yulia. Dua gadis cantik nan ramah ini menjadi buah bibir di sekolahnya, SMK Binusa, seakan tiap laki-laki memimpikan kedekatan dengannya.
Namun, walaupun penampilan mereka begitu sama, bak pinang dibelah dua, ada satu hal yang membedakan mereka: sifat mereka. Qaila Prameswari, adik kembar Aqila, memiliki karakter yang sangat berbeda dari kakaknya.
Bagai langit dan bumi, perbedaan sifat antara Aqila dan Qaila menjadi satu fenomena menarik di kalangan teman-teman sekolah mereka. Sementara Aqila dikenal sebagai sosok yang hangat dan penuh semangat, Qaila memiliki pesona misterius yang mengundang rasa penasaran dan takjub sekaligus.
Aqila, seorang gadis cantik yang telah memiliki kekasih, yaitu seorang mahasiswa di universitas terkemuka di kotanya. Sementara itu, Qaila - sang adik kembar, sama sekali tak tertarik berpacaran dan bahkan tak memiliki teman laki-laki.


Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji Lestari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 15

"Aqila?"

"Sayang, ini beneran kamu?" Ucap Gavi dengan setengah sadar, tampak masih terpengaruh oleh alkohol yang menguar dari nafasnya.

Qaila, yang merasa tidurnya terusik, mengerjapkan matanya perlahan dan merasa bingung.

"Gavi?" Kaget Qaila langsung mendudukkan tubuhnya, tak menyangka Gavi akan muncul dalam keadaan seperti itu.

"Aqila?" Racau Gavi serak, tangannya berusaha menyentuh pipi Qaila yang terasa dingin, namun Qaila menepis tangannya.

"Sadarkan dirimu, Gav! Bau alkoholmu sangat menyengat!" ujar Qaila sambil mendorong tubuh Gavi yang terhuyung-huyung.

"Aku kangen, kamu gak mau peluk aku?" Ucap Gavi dengan tatapan sayu, seakan-akan mencari belas kasihan dari Qaila.

Namun, Qaila hanya tersenyum sinis ke arah Gavi, hatinya terasa hancur melihat keadaan Gavi seperti ini.

"Lo mabuk!" Ucap Qaila menatap tajam Gavi, mencoba menyadarkannya dari pengaruh alkohol.

"Aku gak mabuk sayang, aku cuma kangen sama kamu." Balas Gavi sambil memejamkan matanya, seolah menikmati kenangan indah bersama Aqila.

"Peluk, ayok peluk aku sayang!" Ucap Gavi sambil merentangkan kedua tangannya ke arah Qaila, menanti belaian hangat dari kekasih hatinya. Namun, detik berikutnya, Gavi langsung tidur pulas dan tak sadarkan diri lagi.

Qaila yang melihat itu memandang Gavi dengan tatapan datar, hatinya berkecamuk antara rasa marah dan kecewa. Tangannya terkepal kuat, menahan rasa sakit yang melanda jiwanya.

Tak tahan berbagi ruangan yang sama dengan lelaki itu, Qaila segera melangkah keluar kamar dan merebahkan tubuhnya di sofa.

Dalam hati nya, amarah membara; ingin rasanya melabrak pria itu, kesal karena selalu jadi korban dan kini dianggap sebagai Aqila. Namun, Qaila yang terkuras tenaga akhirnya kembali terlelap di sofa ruang TV, tanpa selimut dan bantal. Begitu pula dengan Gavi, tergeletak di lantai, dibiarkan oleh Qaila.

Pagi harinya, Qaila lebih dulu terjaga ketimbang Gavi. Sudah sejak dini hari, tepat jam lima, Qaila membuka matanya dan segera menunaikan ibadah sholat subuh.

Setelah itu, tanpa berlama-lama, dia segera berganti seragam sekolah. Melirik Gavi yang masih tertidur pulas di lantai, Qaila tak ingin menggubris pria itu.

Tanpa ragu, dia menyambar tas sekolahnya dan beranjak keluar dari apartemen milik Gavi. Dengan sigap, dia memesan taksi online untuk menjemputnya, pergi menuju sekolah dan meninggalkan segenap peristiwa semalam di belakang.

Di tengah terik siang hari, Gavi terbangun dari tidurnya dengan perasaan haus yang menyiksa. Ia merasakan tenggorokannya kering dan kepalanya berdenyut seakan mau meledak.

"Aaarrghh!" erang Gavi, sambil memegangi kepalanya yang berat dan pusing. Dengan langkah sempoyongan, Gavi berjalan menuju dapur untuk mencari air dingin di dalam kulkas. Ia segera menemukan minuman kaleng dingin yang begitu menggoda dahaga, dan menengguknya seketika.

"Sial!" gumam Gavi, kemudian memijat keningnya untuk meredakan rasa sakit yang melanda.

Tiba-tiba, ponsel Gavi bergetar di saku celananya. Dengan malas, ia merogoh kantong dan mengangkat telepon itu.

"Gav, lo baik-baik aja kan?" tanya Ezar dengan nada khawatir dari seberang sana.

"Hmm," jawab Gavi singkat sambil memejamkan matanya.

"Serius? Terus kenapa lo belum dateng ke kampus?" tanya Ezar lagi dengan penekanan.

Gavi langsung membuka matanya lebar-lebar, seperti tersadar dari mimpi buruk.

"Sial! Jam berapa sekarang?" serunya panik.

"Jam sebelas!" balas Ezar dengan nada tegas, membuat Gavi segera melompat dari kursinya. Kesadarannya telah kembali, dan sekarang ia harus bergegas ke kampus sebelum kehilangan lebih banyak waktu berharga.

"Sebentar lagi sampai!" Ucap Gavi, lalu segera memutuskan panggilan teleponnya.

"Qaila?" Gumam Gavi sambil berlari masuk ke dalam kamar.

"Qai?" Panggilnya dengan suara penuh harap, namun sayangnya tak menemukan Qaila di sana.

"Astaga! Jangan-jangan semalam..." Gumam Gavi sembari meremas rambutnya dengan frustasi.

°°°°°

Setelah sampai di kampus, Gavi langsung menuju warung kebiasaan mereka nongkrong di area kampus. Gavi yang baru saja menyalakan sebatang rokok, langsung menghisapnya dan mengepulkan asap tersebut melalui bibirnya.

"Lo tepar semalam ya, Gav?" Tanya Marko penasaran.

"Gue nggak ingat apa pun." Balas Gavi yang memang benar-benar lupa akan kejadian semalam.

"Terus, kenapa istri lo nggak bangunin lo sampe lo telat?" Damian ikut menanyakan.

"Gue rasa istri lo marah, lihat aja semalem lo kobam, badan bau alkohol semua," timpal Ezar.

"Bener-bener, Gavi. Yang gue takutkan, tadi lo salah manggil istri lo dan malah manggil nama mantan lo," ucap Marko sambil terkekeh, menambah deretan permasalahan yang tengah Gavi hadapi.

" Bisa abis gavi!" Balas damian.

"Jadi, gimana rencana lo, Gav?" tanya Ezar dengan wajah cemas.

"Gue belum bisa ngambil keputusan apa-apa, pernikahan gue aja baru seumur jagung," ucap Gavi dengan wajah yang benar-benar penuh tekanan.

"Udah, ngomongin masalah Gavi mah nggak bakal ada ujungnya," sahut Damian, mencoba merubah topik pembicaraan.

"Yang penting jangan diambil dua-duanya aja, Gav! Gue juga mau kali salah satu-nya," kelakar Damian, yang langsung mendapat tatapan galak dari Gavi.

"Udah, dari pada lo galau-galau mikirin istri atau mantan tercinta lo itu, mending kita habiskan aja waktu bersama, balapan nanti malam. Gimana, Gav?" usul Ezar, berusaha mengalihkan perhatian.

"Sabilah, gimana, Gav?" tanya Marko, ikut membantu menghibur Gavi.

"Gue ikut aja," balas Gavi dengan lemas, yang langsung diangguki oleh Ezar.

"Hey, Gav," sapa Marsha yang tiba-tiba datang ke warung itu.

"Nah, satu lagi ni, Gav dicariin nih!" ucap Damian sambil tertawa, membuat orang-orang di sekitar mereka terkekeh kecuali Gavi.

"Gue boleh gabung nggak?" tanya Marsha yang kini duduk di samping Gavi.

"Disini tempat cowok, lo ngapain ke sini?" tanya Gavi dengan nada datar, masih terlihat kesal.

"Ekhm, kan disini ada lo?" bisik Marsha pelan, mencoba mencairkan suasana.

"Mar, mending lo jangan deket-deket Gavi deh. Dia udah pusing banget terlibat sama dua perempuan, lo jangan nambahin beban dan jadi yang ke-tiga," ujar Damian dengan nada prihatin.

"Gak estetik banget lo manggil dia Mar, Dam, udah kayak mbok-mar gitu konsepnya," celetuk Marko sambil mengejek.

Ezar yang mendengarnya pun menahan tawanya, sedangkan wajah Marsha sudah memerah karena perasaan malu bercampur dengan amarah.

"Mending lo balik sana, di sini bukan tempat untuk perempuan!" ucap Gavi tegas, sikapnya dingin.

Mendengar pengusiran dari Gavi secara terang-terangan, hati Marsha semakin sakit dan terpojok, akhirnya ia segera keluar dari warung itu dengan langkah tergesa-gesa dan wajah merah padam.

"Gilak, Damian, lo ganti-ganti nama anak orang aja, Dam," seru Ezar yang tak bisa menahan tawa.

"Lah, kan emang bener, Marsha, gue singkat aja Mar biar gak kepanjangan," balas Damian ikut tertawa.

"Gavi lebih parah sih, main ngusir anak orang aja!" kekeh Marko sambil mengejek Gavi.

"Cabut!" ucap Gavi dengan wajah cemberut, sebal mendengar lelucon yang tak penting menurutnya.

" Ke mana?" Tanya ezar setelah mereka di parkiran.

" Markas!" Balas gavi yang langsung di angguki oleh ezar dan yang lain.

Di sekolah, Aqila hanya duduk diam di dalam kelas, pikirannya kacau tak karuan. Ia tengah mencari cara untuk membatalkan perjodohan ini agar tak terjebak di antara Gavi dan saudara kembarnya sendiri.

"Qai?" Aqila memanggil perlahan.

"Gue lagi gak mau bahas masalah apa pun," balas Qaila cepat, seolah sudah tahu apa yang ingin dibahas Aqila.

"Kita harus selesaikan masalah ini secepatnya, Qai," ujar Aqila dengan sedikit nada mendesak.

"Ini masalah lo, Qil, kenapa harus bawa-bawa gue terus sih?" Qaila kesal.

"Kalo lo mau ambil Gavi, ambil saja!" Qaila menatap Aqila dengan tatapan penuh kekecewaan.

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Qaila segera beranjak keluar kelas, meninggalkan Aqila yang menangis di dalam kelas, perasaannya menjadi semakin terpuruk.

1
Itha Fitra
emang apa yg mreka lakukan smpai di liat qaila
Itha Fitra
tuh kn,rugi kmu aqila..pacar kamu malah berjodoh ama kembaran mu. knp gk ktemu aja dlu,bru ambil keputusan buat kabur atau gk
Itha Fitra
ktemu aja dlu,baru tau jawaban ny.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!