Zia harus menelan pahit, saat mendengar pembicaraan suami dan juga mertua nya, Zia tak percaya, suami dan mertua nya yang selalu bersikap baik padanya, ternyata hanya memanfaatkannya saja.
Zia tidak bisa diam saja, saat tahu sikap mereka yang sebenarnya.
"Awas kalian, ternyata kalian selama ini hanya ingin memanfaatkan aku!" gumam Zia, mencekal tangannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lukacoretan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terluka
Setelah melewati perdebatan panjang, akhirnya Zia mengalah.
"Kak, jangan membuat masalah," ucap Zia, menatap sang kakak.
"Tidak akan, kakak hanya mau melihat suami kamu yang tidak tahu diri itu," jawab Roy.
Zia menggelengkan kepala, mendengar ucapan sang kakak.
"Aku masuk duluan," ucap Zia.
"Kakak menyusul, ini ada telfon dari asisten kakak," ujar Roy.
Lalu Zia mengangguk, Zia masuk kedalam rumahnya.
Sudah ada suami dan juga mertuanya, yang sudah menunggu dirinya.
"Dari mana?" tanya Rangga, dengan nada ketus.
"Restoran," jawab Zia.
"Setelah dari restoran, kamu kemana?" tanya Rangga.
"Memangnya kenapa?" ucap Zia.
"Aku juga tidak pernah menanyakan kemana kamu pergi, setelah selesai dari kantor," sambung Zia.
"Sejak kapan, kamu melawan, hah?" ujar Rangga.
"Aku tidak melawan, aku menjawab pertanyaan kamu," jawab Zia.
"Kamu habis menjadi jalang?" ucap Rangga.
"Aku tidak serendah itu," jawab Zia, menggelengkan kepala.
"Lalu, kamu dari mana?" tanya Rangga.
"Aku dari rumah orangtuaku, sudah lama aku tidak kesana," jawab Zia.
"Bohong, kamu habis jalan dengan laki-lakikan, jujur," ucap Rangga.
"Aku sudah jujur, tapi kamu tidak percaya," jawab Zia.
Saat mereka sedang adu mulut, tiba-tiba Roy masuk kedalam rumah.
"Zia memang dari rumah," sahut Roy.
"Kak Roy.." ucap Rangga.
"Apa dia tadi, mendengar ucapanku, kalo ia gawat," gumam Rangga.
"Kamu dengarkan, ucapan kak Roy, aku habis dari rumah," ucap Zia.
"Iya sayang, aku percaya," jawab Rangga.
"Kak ayo makan dulu," ajak Zia.
"Tidak, kakak ada kerjaan, lain kali saja ya," jawab Roy.
"Yasudah tidak apa-apa," ujar Zia.
"Ini tadi, titipan dari bunda, buat kamu," ucap Roy, memberikan paper bag.
"Apa, kenapa tidak langsung memberikannya denganku," kata Zia.
"Karena bunda tahu, kamu tidak akan menerimanya," jawab Roy.
Lalu Zia mengambil paper bag itu.
"Kakak pergi dulu, kami baik-baik saja dirumah, kalo ada apa-apa kabarin kakak," ucap Roy, mengelus rambut Zia.
"Iya kak," jawab Zia tersenyum.
"Manusia memang sangat berteman baik dengan rasa sesal, jadi selalu bertidak semena-mena, seolah-olah yang di lakukan itu benar, dan tidak menyakiti orang lain," sindir Roy.
Rangga yang mendengar ucapan kakak iparnya, menjadi tersindir, ada perasaan was-was, takutnya keluarga Zia mengetahui kelakuannya.
"Mustahil mereka tahu, karena selama ini aku selalu main rapih," gumam Rangga.
"Kena! Kelihatan mukanya langsung berubah," gumam Roy.
"Kakak pergi dulu, ingat. Kalo ada apa-apa, kabarin kakak," ucap Roy.
"Iya kak, hati-hati dijalan," ucap Zia.
Roy mengangguk, lalu meninggalkan rumah sang adik.
Zia langsung meninggalkan suami dengan mertuanya.
"Zia.." panggil Rangga.
"Aku cape, mas" jawab Zia.
Lalu Zia langsung masuk kedalam kamarnya, karena Zia memang benar-benar cape, melihat tingkah suaminya.
Rangga menyusul sang istri kedalam kamarnya.
"Zia" panggil Rangga.
"Ada apa, mas?" tanya Zia.
"Aku dengan ibu, akan melihat saudara ibu, sedang berada di RS," ucap Rangga.
"Lalu urusannya denganku, apa mas?" tanya Zia.
"Untuk kali ini, maaf kamu tidak bisa ikut," ucap Rangga.
"Tidak apa-apa, sudah biasakan, aku selalu kamu sembunyikan layaknya aib," jawab Zia.
"Bukan seperti itu, t-tapi.." ucap Rangga terpotong.
"Pergi saja, lagian aku sedang tidak ingin keluar rumah, aku cape," ucap Zia.
"Aku akan langsung berangkat sekarang," ucap Rangga.
"Iya mas," jawab Zia.
Lalu Rangga meninggalkan Zia didalam kamarnya, bohong kalo Zia tidak merasakan perih dalam hatinya, karena tidak pernah terlibat dalam urusan suaminya.
Selama ini, Zia merasa biasa saja, tidak tahu pin ATM suaminya, pin ponselnya, Zia menganggapnya wajar, karena kami memiliki privasi, meskipun sudah menjadi pasangan suami istri.
"Ternyata selama ini, aku membebaskan kamu, kamu balas kebablasan," ucap Zia.
Zia merasa bersalah pada dirinya, karena terlalu percaya dengan sang suami, sampai ia tidak menyadari pengkhianatan suaminya.
"Tapi tenang saja mas, sebentar lagi kamu tidak akan melihat aku lagi, wanita yang tidak pernah kamu cintai," Zia menghela nafas berat, rasanya masih tidak percaya, dengan apa yang sudah suaminya lakukan.
Zia menidurkan badanya, dengan posisi telentang.
Satu demi satu, kenangan dulu bersama suaminya, tiba-tiba teringat.
Zia mengingat dulu, bagaimana Rangga mengejar-ngejar dirinya, sampai beberapa tahun, karena Zia luluh dengan perjuangan Rangga, Zia menerima cinta Rangga, setelah mereka berpacaran selama satu tahun, akhirnya keduanya memutuskan menikah.
Namun saat Zia sedang berbaring, Zia tak sengaja menjatuhkan ponselnya.
Zia bangun dari tidurnya, dan mengambil ponselnya dengan membungkukan badan nya.
Saat Zia mengambil ponselnya, Zia tak sengaja melihat koper dibawah kolong tempat tidurnya.
"Koper, sejak kapan aku menaruh koper dibawah tempat tidurku," Zia mengingat-ngingat, namun nihil. Ia tak mengingatnya.
Karena penasaran, Zia langsung mengambil koper itu dari dalam.
"Mungkin mas Rangga menyimpan koper dibawah sini, tapi untuk apa," Zia bingung.
Lalu Zia membuka koper tersebut, sontak saja membuat Zia menutup mulutnya.
Dimana ada banyak foto suami dengan wanita yang mengatakan istri kedua Rangga.
Zia melihat satu persatu lembaran foto suami dengan selingkuhannya.
"Ternyata kalian sudah lama bersama, lalu kenapa kamu menikahi aku, mas?" ucap Zia.
Seluruh tubuh Zia lemas, saat melihat satu persatu sebuah foto suaminya dengan perempuan yang bernama Lena.
"Sejak kapan kalian bersama?" Zia menatap bingung, karena terlihat sebuah foto yang sudah lama.
Dengan tangannya yang bergetar dan juga lemas, Zia terus melihat foto-foto suaminya dengan selingkuhannya.
Zia menutup mulutnya, saat melihat suaminya tersenyum bahagia, saat pertama kali berfoto dengan anaknya.
"Aku baru sadar, ternyata tatapan mata kamu berbeda, saat menatap aku dengan wanita murahan itu," ucap Zia.
Zia menyusut air matanya, lalu Zia mengambil beberapa foto untuk bukti, dan Zia menaruh koper nya lagi, kebawah.
Zia mengambil jaketnya, lalu berlari keluar.
Zia memasuki mobilnya, lalu Zia melajukan mobil itu, entah akan kemana dia, yang pasti ada perasaan yang mengganjal dalam benak Zia.
Zia menghela nafas, kala sudah sampai didepan sebuah restoran mewah itu.
Dengan badan yang lemas, Zia memberanikan masuk kedalam restoran itu.
Saat Zia masuk kedalam ruangan restoran tersebut, tak banyak orang yang mengunjungi restoran tersebut.
"Restoran ini kan, restoran mewah dan terkenal, jadi tidak mungkin sepi penunjung," gumam Zia.
Lalu Zia menanyakan kepada salah satu pegawai tersebut.
"Maaf, apa restoran ini sedang ada masalah?" tanya Zia.
"Tidak, hanya saja restoran ini sudah dipesan oleh seorang pasangan suami istri, yang sedang merayakan hari kelahiran anaknya," jawab sang pegawai.
"Apa masih ada meja kosong?" tanya Zia.
"Kebetulan ada, mari saya antarkan," ajak sang pegawai restoran.
Zia mengikutinya, berharap ia akan duduk berdekatan dengan seseorang yang Zia cari.
Namun saat Zia duduk, Zia melihat sang suami dengan anak dan istrinya, sedang makan bersama, terlihat canda tawa keluar dari mulut Rangga.
Zia menutup mulutnya, tak terasa air matanya membasahi wajahnya.
***
bakal berusaha trs mengganggu hdp zia trs
cepat sembuh zia