WARNING : CERITA INI ITU TIPE ADULT ROMANCE DENGAN VERSI ROMANCE SLOWBURN !!!
[ROMACE TIPIS-TIPIS YANG BIKIN JANTUNGAN DAN TAHAN NAPAS]
---
Lima tahun yang lalu, Damien dan Amara menandatangani perjanjian pernikahan demi menunjang keberlangsungan bisnis keluarga mereka. Tidak pernah ada cinta diantara mereka, mereka tinggal bersama tetapi selalu hidup dalam dunia masing-masing.
Semua berjalan dengan lancar hingga Amara yang tiba-tiba menyodorkan sebuah surat cerai kepadanya, disitulah dunia Damien mendadak runtuh. Amara yang selama ini Damien pikir adalah gadis lugu dan penurut, ternyata berbanding terbalik sejak hari itu.
---
“Ayo kita bercerai Damien,” ujar Amara dengan raut seriusnya.
Damien menaikkan alis kanannya sebelum berujar dengan suara beratnya, “Dengan satu syarat baby.”
“Syarat?” tanya Amara masih bersikeras.
Damien mengeluarkan senyum miringnya dan berujar, “Buat aku tergila kepadamu, lalu kita bercerai setelah itu.”
---
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon redwinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 8
Belakangan ini Damien benar-benar menepati janjinya untuk selalu mengantarnya pulang. Pria itu selalu tepat waktu baik dalam mengantarnya ke kantor ataupun mengantarnya pulang. Padahal Amara sendiri tahu kalau Damien pasti memiliki banyak pekerjaan apalagi pria itu pasti sibuk mencari keberadaan Bernades untuk memantau pergerakan pria licik itu.
“Akhirnya selesai,” ujar Amara sembari melakukan peregangan ototnya ketika pekerjaannya hari ini dapat selesai dengan cepat.
Melirik ke arah jam dinding yang masih menunjukkan pukul tiga sore, sebenarnya Amara masih ada sebuah pekerjaan lagi, yaitu meninjau desain terbaru yang dikumpulkan desainernya kemarin. Tetapi Amara memutuskan untuk melanjutkannya di rumah saja karena jika dia mulai sekarang, Amara akan lupa waktu dan berakhir pulang jam dua belas malam.
Amara meraih tasnya kemudian turun dari gedung kantornya. Sebelumnya dia sudah sempat untuk mengirim pesan kepada Damien bahwa dirinya akan pulang lebih cepat malam ini dan Damien menyuruhnya menunggu.
Padahal Amara sudah menolah dengan mengatakan dia bisa pulang sendiri saja tetapi Damien bersikeras untuk segera menjemputnya dari kantornya.
Berakhirlah Amara yang menunggu kehadiran Damien di lobby kantornya. Hingga sebuah sosok yang berjalan masuk ke dalam lobby kantor melewati pintu masuk gedung berhasil menarik perhatiannya.
Amara tahu betul siapa dia, mereka masih terus bertatapan hinnga orang itu berdiri tepat jarak tiga langkah didepannya.
Florynn. Wanita didepannya ini masih belum menyerah ternyata.
---
“Untuk perusahaan Grinn, mereka sudah setuju dengan kontrak kita…”
Kalimat Harlos terhenti ketika secara tiba-tiba Damien bangkit dari duduknya.
“Kita lanjutkan nanti malam secara online, aku ingin pergi menjemput Amara,” ujar Damien kemudian segera meraih jas kantornya dan kunci mobilnya.
Harlos hanya menangguk hormat kemudian menutup file presentasi yang baru saja hendak ia jelaskan kepada Damien.
Dan seperti dugaan Harlos, begitu ia keluar dari ruangan, Gwenn dan Kenrick sudah menunggunya untuk mendapatkan gosip terbaru.
“Kenapa Mr. Damien pulang cepat hari ini Harlos?” tanya Gwenn penasaran.
“Aku baru tahu, Mr. Damien yang penggila kerja akan izin untuk pulang lebih cepat,” ujar Kenrick yang seakan tidak percaya dengan penglihatannya sendiri saat menyaksikan Damien melangkah dengan cepat meninggalkan area kantor.
“Mr. Damien sedang dalam perjalanan menjemput istrinya.”
Kalimat itu berhasil membuat Gwenn dan Kenrick saling pandang kemudian dalam hitungan ketoga, mereka sama-samas histeris. Saling berpegangan tangan kemudian berputar-putar di tempat. Harlos hanya menghela napas sekali dan berjalan meninggalkan mereka berdua.
---
Damien sudah sampai ke kantor Amara tetapi sekertarisnya mengatakan kalau Amara sudah kelaur dari ruangannya sejak lima belas menit yang lalu. Damien mengedarkan pandangannya ke sekitar lobby, tetapi dia sama sekali tidak menemukan tanda-tanda kehadiran Amara disana.
Panik segera menyergap dirinya, Damien mengacak rambutnya frustasi dan segera mengelaurkan ponselnya untuk menghubungi seseorang sebelum sebuah pesan misterius sampai pada ponselnya.
‘Lama tidak bertemu Dam’
Damien menatap pesan itu untuk beberapa saat sebelum cengkramannya pada ponselnya mengerat, menampakkan urat-urat di pergelangan tangannya. Damien tahu betul panggilan itu dari siapa dan fakta bahwa Amara tidak ada dalam jangkauannya semakin membuat Damien panik.
Damien segera menghubungi pengawal yang ia suruh untuk selalu membuntuti Amara dan berakhir pada informasi mengenai lokasi Amara yang berada di sebuah kafe dekat kantornya.
Iya, kafe dimana Damien memergoki foto Amara yang sedang bercengkrama dengan barista disana.
Damien yang sedang kalut segera berlari, melewati beberapa gedung pencakar langit di samping gedung kantor Amara yang mengantarkannya pada kafe dimana Amara berada saat itu.
---
“Apa yang kau mau dariku?” tanya Amara, masih mempertahankan tatapan dinginnya terhadap wanita didepannya ini.
Meladeni orang seperti Florynn adalah hal yang memerlukan kesabaran ekstra dan Amara tidak ingin membuang tenaganya hanya untuk menjambak surai wanita itu dan menegaskan kepadanya bahwa Amara tidak ingin bertemu dengannya lagi.
“Bernades kembali,” ujar Florynn menatap serius ke arah Amara.
“Terus?” tanya Amara yang sama sekali tidak terusik dengan fakta itu.
“Kau tidak tahu apapun tentang Damien,” uajr Florynn lagi seolah dirinya ini tahu segala hal tentang Damien, berbeda dengan Amara yang tidak tahu sama sekali latar belakang mereka bertiga.
Seolah Florynn sangat percaya diri kalau Damien tidak pernah emnceritakan amsa lalu mereka kepada Amara. Tetapi Amara tidak bisa menepis fakta itu, karena hal itu memang benar adanya. Damien tidak pernah menceritakan masa lalu pria itu, apalagi mengenai Florynn ataupun Bernades. Amara tahu segalanya dari berita dan skandal ataupun rumor yang beredar.
“Aku juga tidak mau tahu,” ujar Amara membalas tidak mau kalah.
Florynn tiba-tiba tersenyum, membuat Amara berpikir betapa tidak warasnya wanita didepannya itu dan betapa obsesinya Florynn terhadap Damien.
“Ceraikan dia,” pinta Florynn lagi yang mengundang gelak tawa dari Amara.
Awalnya Amara tidak ingin terlibat dalam masalah masa lalu antara Florynn, Bernades dan Damien, tetapi melihat bagaimana sikap Florynn yang semakin membuat Amara jengkel, ia jadi kesal sendiri.
Amara hanya ingin menyelesaikan pernikahan kontraknya dengan Damien kemudian kembali ke kehidupan awalnya, persis seperti lima tahun yang lalu. Tetapi meningat Damien yang terus menunda perceraian mereka dengan taruhan gilanya itu disusul kembalinya Bernades, Amara tidak akan bisa lepas dengan mudah dari Damien.
Skandal sekecil apapun pasti akan mempengaruhi lawan, baik dari sisi Damien maupun Bernades.
“Kalau begitu, aku memint tolong kepadamu untuk secara langsung menyuruh Damien saja. Aku juga tidak ingin terlibat dalam masalah kalian bertiga,” ujar Amara yang sudah merasa muak dengan masa lalu Damien yang belakangan ini mengusiknya.
Terutama Florynn yang menyebalkan ini, tangan Amara sudah gatal ingin menjambak surainya yang dikepang itu tetapi Amara menahan diri, karena membalas dengan cara seperti itu akan terkesaan murahan.
Begitu selesai mengucapkan kalimatnya, Amara meraih tasnya dan bangkit dari duduknya berniat untuk meninggalkan Florynn ketika mendapati Damien yang berlari dari balik pintu kaca kemudian masuk ke dalam kafe dengan napas memburunya. Terlihat jelas, pria itu sehabis berlari. Wajahnya menampilkan kepanikan tetapi ketika manik mereka bertemu, dapat dirasakan napas Damien perlahan kembali teratur.
Tiba-tiba ide gila muncul dalam benak Amara. Baru saja dia memikirkan bagaimana cara untuk membalas Florynn atau lebih tepatnya memancing amarah wanita itu untuk lebih meledak lagi.
Amara segera berjalan cepat menghampiri Damien, kemudian ketiga mereka hanya berdiri jarak dua langkah, Amara meraih tangan Damien kemudian menariknya pelan, seolah menuntun Damien untuk memutar tubuhnya dan membelakangi Florynn.
Damien yang tidak tahu dengan tindakan tiba-tiba Amara hanya mengikuti arus, terlebih menyadari kehadiran Florynn membuat Damien memikirkan apa saja yang sudah Florynn katakan kepada Amara.
Dengan posisi Damien yang berdiri membelakangi Florynn, Amara dapat dengan leluasa memperhatikan keberadaan Florynn dari tempatnya berdiri.
Damien sudah berdiri menjulang tinggi didepannya saat Amara dengan cepat mengangkat tangan kanannya kemudian meraih pipi Damien. Amara mengusapnya lembut sebelum mengarahkan wajah Damien untuk mendekat. Mengikis jarak diantara mereka hingga hanya beberapa senti saja.
Manik mereka bertemu dan Amara bisa pastikan pipinya pasti merah padam sekarang. Ingin mundur? Sudah terlalu terlambat untuk menyesali ide gilanya ini, pilihan yang tersisa adalah menyelesaikannya dengan cara keren.
Amara kemudian menempatkan jari jempolnya diantara bibir Amara dan Damien, kemudian Amara melirik ke arah Florynn yang tampak menahan emosinya. Mulut Florynn terbuka lebar dan jangan lupakan tatapan tajamnya yang terus wanita itu berikan kepada Amara.
Amara melempar senyum miringnya dengan tatapan menghinanya ke arah Florynn membuat wanita itu semakin berang.
Damien tertegun dengan aksi mendadak Amara. Walaupun bibirnya masih terpaut jarak dengan jempol Amara yang bertugas sebagai tembok pemisah, Damien dapat merasakan deru napas milik Amara. Terlebih bagaimana dekatnya posisi mereka saat ini dan yang paling penting Damien tahu alasan dibalik sikap Amara saat ini.
Amara berniat untuk membaut Florynn cemburu.
“Bukan begitu caranya baby,” ujar Damien kemudian dengan satu gerakan, tangannya meraih belakang leher Amara kemudian menekannya ke arahnya dan mengikis habis jarak diantara mereka.
Amara membulatkan matanya, kepalanya mendadak berhenti bekerja, tangan kirinya yang sedang mengenggam tasnya kehilangan tenaganya dan berakhir menjatuhkan tasnya ke atas lantai. Pikirannya mendadak kosong.
Damien terus menekan kepalanya dengan jempol Amara sebagai pemisah bibir mereka kemudian saat Amara tidak fokus dan mengalihkan pandangannya dari wajah berang milik Florynn, maniknya dan milik Damien bertemu.
Samar-samar, Amara melihat sudut bibir Damien yang naik.