Balqis Azzahra Naura atau akrab di sapa Balqis, terpaksa menerima tawaran gila dari seorang pria beristri yang juga CEO di perusahaan tempat dia bekerja sebagai sekretaris. Faaris Zhafran Al-Ghifari, CEO yang diam-diam menyukai sekretaris nya sendiri, saat dia tau gadis itu butuh uang yang tak sedikit, dia memanfaatkan situasi dan membuat gadis itu tak bisa menolak tawaran nya. Tapi setelah melewati malam panas bersama, Faaris menjadi terobsesi dengan Balqis hingga membuat sekretaris nya merangkap juga menjadi pemuas nya. Tapi suatu hal yang tak terduga terjadi, Elma pergi untuk selamanya dan membuat Faaris menyesal karena telah menduakan cinta sang istri. tanpa dia tau kalau Elma dan Balqis memiliki sebuah rahasia yang membuat nya rela menjadi pemuas pria itu. Saat itu juga, Balqis selalu datang memberi semangat untuk Faaris, selalu ada saat pria itu terpuruk membuat Faaris perlahan mulai mencintai Balqis dengan tulus, bukan hanya sekedar nafsu semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rha Anatasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Balqis dan Faaris masih berjalan-jalan di pasar malam, tentu nya dengan Faaris yang selalu menggenggam erat tangan Balqis. Hal ini cukup membuat Balqis risih, tapi mau bagaimana lagi. Faaris itu tipe pria yang tak suka di bantah, semua keinginan nya harus di turuti tanpa penolakan.
"Jajan apa lagi? Biasanya perempuan suka jajan." Ucap Faaris, dia ingat betul bagaimana Elma dulu, tapi beda nya Elma itu jajan nya barang-barang branded seperti sepatu, tas atau pakaian dengan harga yang fantastis.
"Saya ingin itu." Tunjuk Balqis.
"Makanan apa itu?"
"Telur yang di goreng terus di gulung pake tusukan gitu."
"Beli aja." Balqis menarik tangan Faaris, karena tangan mereka bertaut. Faaris berdiri di samping Balqis yang sedang menunggu pesanan telur gulung nya.
Tak lama, Balqis sudah menenteng plastik berisi beberapa tusuk telur gulung dengan saus merah.
"Tuan mau?" Tanya Balqis, dia memang tak yakin Faaris akan mau makan makanan seperti ini, jauh dari kata sehat. Tapi ternyata Balqis salah menduga, Faaris mencomot satu tusuk telur gulung itu dan memakan nya.
"Enak, telur nya gurih dan kamu perlu tau, Balqis. Aku tak terlalu suka telur karena bau nya, tapi ini tidak amis sama sekali."
"Lalu, tujuan Tuan memberitahu saya apa?" Tanya Balqis, sambil fokus memakan jajanan nya.
"Kamu kan calon ibu dari anak-anak ku nanti, Balqis. Setidaknya, kau harus tau makanan apa yang di sukai dan tidak di sukai suami mu." Jawab Faaris, membuat Balqis melotot.
"Tuan sadar, tuan itu sudah punya istri."
"Lalu? Memang nya kenapa? Kamu saja belum tentu hamil kan? Walau aku sudah dua kali menyemai benih ku disana." Faaris menunjuk perut rata Balqis, membuat perempuan itu refleks memegang perut nya.
"Ngapain di pegang?"
"E-enggak kok." Jawab Balqis, dia gugup hingga ucapan nya terbata. Apalagi saat Faaris menatap nya dengan tatapan aneh yang entah apa artinya.
Setelah selesai dengan jajanan itu, kedua nya kembali berjalan-jalan lagi mencari jajanan lain.
"Balqis..."
"Iya tuan.."
"Tak berminat naik wahana?" Tanya Faaris.
"Saya takut ketinggian tuan, saya tak berani yang ada nanti pingsan." Faaris hanya manggut-manggut pertanda mengerti.
"Makin lama makin dingin ya, beli yang anget-anget terus pedes."
"Jajan bakso aja, itu bakso gerobakan tapi enak kok, bersih juga." Usul Balqis.
"Boleh." Jawab Faaris, kedua nya pun berjalan mendekati gerobak bakso yang terlihat banyak sekali pelanggan yang mengantri.
"Ngantri Tuan, pegel gak? Duduk disana biar saya yang mengantri."
"Tak usah, aku disini saja bersama mu." Jawab Faaris.
Pelanggan yang mengantri mulai berbisik-bisik memuji ketampanan Faaris yang mencolok di bandingkan pengunjung lain.
"Lihat tuh, ganteng banget.." Bisik-bisik salah satu gadis pada temannya, membuat teman nya itu refleks menoleh dan seketika itu pula dia berteriak.
"Apa sih? Berisik amat."
"Lihat di belakang tuh, ada pangeran tanpa kuda." Dan lagi-lagi teriakan itu terdengar, membuat Faaris cukup risih.
"Bisa diam? Berisik!" Ucap Faaris dengan wajah super datar nya.
"Mau beli bakso? Silahkan duluan." Ucap salah gadis tadi, membuat Faaris tersenyum karena antrian nya di dulukan, jadi nya bagus gak lama ngantri.
"Pengen lihat, kalo makan tetep ganteng gak?" Bisik-bisik mereka lagi.
"Pria kayak dia mah lagi berak juga pasti tetep ganteng, mana parfum nya sopan banget masuk hidung, bikin nyaman. Tapi sayang dia gandeng cewek,"
"Iya, udah punya gandengan.."
"Cihh, lagipun kalian itu buka tipe ku!" Cetus Faaris, membuat gadis-gadis itu diam seketika, kena mental sudah. Balqis cekikikan di samping Faaris, merasa lucu saja saat pria yang sedari tadi diam, saat bicara mampu membungkam celotehan para gadis itu.
"Kenapa? Ada yang lucu?" Tanya Faaris.
"Eehh nggak kok tuan."
"Kamu pesen aku nyari tempat duduk.."
"Baik tuan." Jawab Balqis, lalu pergi memesan. Berdempetan dengan pelanggan lain, sedangkan Faaris celingukan mencari bangku kosong untuk dia duduk bersama Balqis.
Cukup lama menunggu, akhirnya Balqis datang dengan membawa dua mangkuk bakso dengan kuah yang masih mengepul.
"Ini tuan.." Faaris mengangguk, dia menambahkan saos cabe juga kecap di bakso nya, juga Balqis. Lalu memakan nya dengan lahap, memang udara cukup dingin malam ini, sebentar lagi pasti turun hujan, karena langit sudah mulai mendung.
Faaris berkeringat, bakso yang dia makan sangat pedas. Dari dulu, pria itu sangat menyukai makanan pedas, apapun makanan nya pasti harus ada sambal. Berbeda dengan Balqis yang kurang suka dengan makanan pedas, secukupnya saja untuk menambah rasa.
"Tuan keringetan.."
"Lapin." Pinta Faaris, Balqis mencabut beberapa lembar tissu dan mengelap keringat di dahi Faaris, membuat gadis-gadis tadi berteriak heboh karena iri melihat adegan di depan mereka yang memang membuat kaum jomblo baper parah.
"So sweet banget sih, jadi pengen punya pacar ya kan?"
"Sama.." Mereka menunjukan ekspresi lucu satu sama lain.
Faaris masih melanjutkan acara makan bakso nya dengan lahap, bakso adalah salah satu makanan favorit nya dari jaman kuliah dulu, juga makanan kesukaan sejuta umat, hampir semua orang menyukai makanan berbentuk bulat yang terbuat dari adonan daging dan tepung itu.
"Enak bakso nya, pesenin lagi satu porsi."
"Serius tuan?"
"Iya Balqis, kalau kau mau pesan lagi saja." Jawab Faaris, Balqis menurut dan segera pergi memesan bakso kedua untuk Faaris.
"Sudah tuan, nanti di antar kesini katanya." Faaris hanya menjawab dengan anggukan kepala nya.
"Kau pesan lagi?" Tanya Faaris membuat Balqis nyengir, karena dia juga kembali memesan bakso lagi.
"Iya tuan, tapi cuma bakso nya doang."
"Makan yang kenyang biar makin montok, kamu kelihatan sexy nanti." Cetus Faaris membuat Balqis merona.
"Saya makan sesuai ukuran perut saya tuan." Jawab Balqis.
"Tubuh mu sudah bagus, tapi akan lebih bagus lagi kalau itu nya tambah besar." Faaris menunjuk ke arah dada Balqis.
"Ini sudah cukup besar." Ketus Balqis, perempuan itu menyilangkan tangan nya di dada.
"Ngapain di tutup begitu? Aku sudah pernah melihat nya, bahkan semua yang ada di tubuh mu, juga merasakan nya." Bisik Faaris di akhir ucapan nya, membuat wajah Balqis bertambah merah.
"Hisss tuan, jangan mesum disini."
"Lalu dimana? Di rumah mu nanti?" Tanya Faaris dengan senyum jahil nya, membuat Balqis memutar mata nya jengah dengan tingkah Faaris yang menurut nya begitu menyebalkan sekarang.
Tak lama, abang tukang bakso itu datang mengantar dua mangkok bakso lagi.
"Makasih bang."
"Sama-sama Balqis, bagaimana keadaan ibu mu sekarang? Sudah lebih baik?" Tanya Abang tukang bakso itu yang ternyata suami tetangga Balqis yang waktu itu mengantarkan ibu nya ke rumah sakit.
"Ibu koma bang, setelah di operasi malah nge drop." Jawab Balqis.
"Wahh, saya sama istri saya belum sempet jengukin lagi. Semoga cepat sembuh ya, Balqis."
"Makasih doa nya bang, semoga aja ibu cepet sadar." Jawab Balqis.
"Kamu kenal tukang bakso itu, Balqis?"
"Tetangga saya tuan, istri nya yang waktu itu nganterin ibu ke rumah sakit." Jawab Balqis mulai mengaduk bakso di mangkuk nya.
"Ohh begitu ya, pantesan."
Kedua nya pun kembali makan dengan lahap, hingga tak terasa 4 mangkok ludes beserta kuah nya. Faaris berdiri dan membayar bakso nya, sedari tadi jajanan yang di makan Balqis di bayar oleh Faaris.
"Tuan, saya bisa bayar sendiri."
"Selama bersama ku, kau tak perlu mengeluarkan uang."
Jawab Faaris, membuat Balqis memilih diam saja dan membiarkan pria itu membayar nya.
Balqis mengusap lengan nya yang terasa dingin, udara nya semakin lama semakin dingin.
"Kenapa? Dingin?" Tanya Faaris.
"Eemm, Iya tuan.."
"Kita pulang ya, sementara pakai jas ku dulu." Faaris membuka jas nya dan membalutkan nya di tubuh Balqis. Faaris kembali menggenggam tangan Balqis dan menarik nya menjauhi kawasan pasar malam.
"Tuan, dingin.."
"Kamu gak tahan dingin ya? Ayo kita pulang, masih kuat jalan?"
"Masih Tuan." Jawab Balqis lirih.
"Wajah mu merah, Balqis. Kau alergi udara?" balqy mengangguk, bisa di pastikan sebentar lagi dia akan gatal-gatal. Lalu, tanpa di duga Faaris langsung menggendong Balqis sambil berlari menuju mobil nya di parkir.
"Tuan saya masih bisa jalan sendiri, saya malu."
"Kesampingkan dulu rasa malu mu itu Balqis, kau punya obat nya di rumah?"
"Ada tuan," Jawab Balqis pelan, dia sibuk menyembunyikan wajah nya yang merona karena perbuatan Faaris.
"Haduh ini pak Agus kemana lagi? Ngilang gitu aja."
"Lagi jajan kayaknya Tuan, gapapa jalan aja pulang nya udah deket kok." Ucap Balqis.
"Deket beneran?"
"Iya Tuan, turunkan saya. Saya masih mampu berjalan," Faaris menurut kali ini, dia menurunkan Balqis dan membuat perempuan itu segera berjalan sebelum gatal nya lebih parah.
Faaris mengekor di belakang Balqis, sesekali dia mengeluh karena Balqis berjalan terlalu cepat. Nafas nya ngos-ngosan karena lelah berjalan, biasa nya kan pria itu naik turun mobil sekarang jalan kaki yang jarak nya lumayan, dekat versi Balqis ternyata sangat jauh versi Faaris.
Balqis membuka pintu dengan kunci cadangan, lalu segera masuk dan pergi ke kamar nya, mengambil obat dan meminum nya.
"Huhh, untung saja belum terlambat." Gumam Balqis. Faaris masuk dan langsung merebah di lantai beralaskan karpet permadani.
"Tuan, jangan rebahan disitu."
"Saya capek Balqis, kau bohong. Katanya dekat, nyata nya jauh!" Gerutu Faaris.
"Maaf tuan."
"Sudah minum obat, Balqis?" Tanya Faaris.
"Sudah Tuan."
"Ambilkan aku minum, haus." Perintah Faaris, balqy menurut dan mengambilkan segelas air putih untuk Faaris.
"Kau sudah membuat aku berkeringat Balqis, kau harus menebus nya!"
"H-ahh? Saya harus mengganti keringat Tuan, begitu?"
"Iya, ganti dengan keringat lagi."
"Maksudnya?" Tanya Balqis polos, sedangkan Faaris sudah tersenyum penuh makna.
"Kegiatan apa yang bisa membuat keringat malam-malam?" balqis menutup mulut nya, dia tau maksud Faaris.
"Tuan.." Balqis memekik saat Faaris menggendong nya ke kamar.
****