Shanum adalah seorang gadis desa yang di besarkan di keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai seorang OB di sebuah perusahaan terbesar di kota Metropolitan. Karena kecerdasan yang di miliki Shanum ia selalu mendapatkan beasiswa hingga ke Perguruan Tinggi. Namun sayang semua yang ia dapat tidaklah cuma-cuma. Di balik Beasiswa yang di dapat Shanum ternyata ada niat terselubung dari sang Donatur. Yaitu ingin menjodohkan sang Putra dengan Shanum padahal Putranya sudah memiliki Istri. Apakah Shanum bersiap menerima perjodohan itu! Dan Apakah Shanum akan bahagia jika dia di poligami??? Ikuti terus ceritanya.... Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Sudaryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Usai menyiapkan sarapan, Shanum pun kembali ke kamarnya untuk membangunkan sang suami yang sempat tidur lagi setelah sholat subuh.
Dengan lembut iya menggoyang-goyangkan tubuh Bisma, Bisma yang tidur larut malam membuatnya tidak terusik sedikit pun.
"Mas, bangun sudah siang!" ucap Shanum sedikit keras. Dan akhirnya Bisma pun mulai mengerjapkan matanya.
"Apaan sih! Berisik aja pagi-pagi." gerutu Bisma.
"Maaf, Mas. Shanum cuma mau tanya? Mas hari ini ke kantor gak! Kalo gak silahkan Mas lanjut tidur lagi. Tapi sarapan dulu." ucap Shanum hati-hati, supaya suami tidak tersinggung.
"Hmmm," jawabannya singkat.
Usai membangunkan Bisma Shanum pun membersihkan diri, tak lupa ia membawa pakaian gantinya ke dalam kamar mandi. Tak lama kemudian Shanum pun keluar dengan wajah yang segar.
"Mas, mandi dulu gih, itu air hangat sudah aku siapin." ucap Shanum.
Kemudian ia mengambilkan baju ganti untuk suaminya. Saat suaminya sedang berada di dalam kamar mandi, Shanum pun segera merias dirinya. Walaupun wajahnya tertutup cadar, Shanum selalu merawatnya dengan skincare. Ia selalu menjaga kelembaban kulit wajah. Shanum hanya cukup menggunakan skincare dan lipgloss agar bibir terasa lembab.
Saat semuanya sudah siap, Shanum menunggu sang suami untuk mengajaknya sarapan.
Setelah keduanya siap, kini mereka pun turun ke lantai bawah. Kali ini Bisma sudah tidak menolak lagi ketika Shanum akan mendorong kursi rodanya.
Sampainya di ruang makan disana sudah ada Aisyah dan hermawan sedang menunggu untuk sarapan bersama.
"Pagi Abi, Umi. Maaf membuat Abi, Umi menunggu." ucap Shanum aga sungkan.
"Pagi juga sayang," jawab kedua mertua Shanum serempak.
"Gapapa kok sayang, kami memaklumi. Hal itu biasalah untuk pengantin baru." ujar Aisyah. Membuat Shanum tersipu malu.
Shanum pun mulai mengambilkan sarapan untuk Bisma. Tak lupa juga ia membuatkan kopi spesial untuk sang suami.
"Gimana, Bis. Enak kan punya istri yang sholehah kayak Shanum. Dia begitu setia menemani dan melayani kamu walaupun dia bekerja, tapi dia tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Rumah tangga seperti ini lah yang sesungguhnya bisa bikin kamu bahagia. Abi harap kamu bisa memperlakukan Shanum dengan baik. Yah syukur jika kamu bisa mencintainya." sindir Hermawan pada putranya.
"Ngomong apaan sih Abi." ucap Bisma sambil melirik ke arah Shanum.
"Ini, Mas sarapannya." ucap Shanum. Lalu meletakkan piring dan segelas kopi di hadapan Bisma.
"Oh ya, Umi mau ngasi tau. Minggu depan Umi akan mengadakan kumpul keluarga untuk menyambut kepulangan Opa Harun dan Oma Shinta dari luar negri. Sekalian juga Umi pengen ngenalin Shanum ke keluarga kita." ujar Aisyah.
"Memangnya Opa dan Oma, akan menetap di sini Mi?" Tanya Bisma.
"Ya, rencananya sih begitu. Opa kamu sekarang kan sudah tua. Sudah saatnya pensiun dari kerjaannya." jawab Aisyah.
"Terus Rumah sakit milik Opa di Luar Negri siapa yang pegang?" Tanya Bisma kembali.
"Oh, untuk masalah itu di sana kan ada tante Lidia. Dia yang menghendaki sekarang." Jawab Aisyah lagi.
"Oh ya, hari ini kamu ke kantorkan! Jangan lupa antarkan Shanum ke rumah sakit." pesan Aisyah lagi.
"Hmmm." Bisma mengangguk. .
Setelah sarapan selesai, Shanum membersihkan meja makan dengan cermat dan memastikan bahwa semuanya rapi. Kemudian, ia membantu Bisma untuk bersiap-siap pergi ke kantornya.
Di perjalanan menuju rumah sakit. Bisma dan Shanum seperti hari-hari sebelumnya tidak ada obrolan di antara mereka, hanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Kemarin kata temen ku, Mas ke rumah sakit ya? Apa ada yang saki!" tanya Shanum mencoba memecahbelah keheningan. Iya cukup khawatir dengan ke adaan Bisma.
Bisma menoleh ke arah Shanum. Dan mengangguk. "Tidak, saya hanya pergi menemui teman lama, kebetulan dia di tugaskan di rumah sakit itu." ucapnya dengan nada datar.
"Oh, aku pikir Mas sakit." Ucap Shanum dengan nada khawatir.
Bisma hanya menggeleng. Tanpa ekspresi. Walaupun di dalam hati ia merasakan ada suatu getaran yang berbeda kala mendapatkan perhatian dari orang terdekatnya.
Sesampainya di rumah sakit, Shanum langsung turun, tidak lupa ia mengulurkan tangan untuk menyalami tangan suaminya. Ada perasaan hangat di hati Bisma atas perlakuan Shanum.
"Aku turun dulu ya Mas, Assalamu'alaikum." pamit Shanum.
"Wa'alaikumsalam." ucap Bisma.
Dengan langkah ringan ia berjalan masuk ke gedung megah tersebut. Ia awali hari-hari dengan penuh semangat. Saat akan memasuki pintu UGD ia di kejutkan dengan suara seseorang.
"Pagi, Shanum!" sapa Dokter Doni yang sedang bersandar di pintu masuk.
"Eh, pagi juga pak Dokter." jawab Shanum.
"Tumben Pak Dokter, pagi-pagi gini sudah di rumah sakit." tanya Shanum.
"Sebenarnya, saya dari tadi malam di sini, soalnya ada oprasi dadakan." Jawab Doni. Dan ini mau lanjut tugas lagi." jawab Doni sambil tersenyum. "Shanum sudah sarapan! Tanyanya kembali.
" Alhamdulilah, sudah Dok, tadi di rumah."
"Yah, padahal saya mau ngajak Shanum sarapan. Itung-itung buat nemenin saya sarapan." Ucapnya dengan nada kecewa.
"Maaf, ya Dok." ucap Shanum, sambil mencangkupkan kedua tangannya di dada. "Ya, sudah, Shanum masuk dulu ya Dok, mau ganti seragam. Takutnya nanti ada pasien." pamit Shanum.
Namun saat akan melangkah ke dalam, terdengar suara teriakan minta tolong. Ternyata ada pasien gawat darurat yang baru datang. Bergegas Shanum dan Doni menghampirinya.
"Ada apa ini pak?" Tanya Doni pada keluarga pasien.
"Ini Dok, tolongin Ibu saya. Tadi habis jatuh dari kamar mandi langsung tidak sadarkan diri." ucap pria itu yang terlihat panik.
"Ya sudah, bapak silahkan tunggu di luar. Biar kami ambil tindakan lanjutan." Ucap Doni lalu menutup pintu ruangan tersebut.
Kini hanya ada Doni dan Shanum yang ada di dalam ruangan tersebut. Karena petugas yang piket malam sudah pada pulang, sedangkan yang piket pagi belum pada datang.
"Ayo, Shanum segera ambil tindakan." perintah Doni.
Dengan cekatan, Shanum memasang infus pada pasien. Kemudian Doni pun segera mengambil tindakan.
Saat pasien gawat darurat sudah mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat, Shanum akhirnya merasa lega. Doni memberikan pujian pada Shanum atas responsnya yang cepat dan keterampilannya dalam menangani situasi tersebut.
"Ternyata kamu cekatan juga dalam menangani pasien, Num." puji Doni.
"Itu sudah jadi tanggungjawab saya Dok. Karena nyawa pasien itu paling utama." ucap Shanum.
Setelah keadaan pasien stabil, Doni dan Shanum pun keluar menemui keluarga pasien.
"Keluarga, pasien." Panggil Doni.
"Iya, saya Dok." ucap pria tersebut.
"Kedaan, pasien sudah stabil. Mungkin sebentar lagi akan di pindahkan ke ruangan rawat inap." ucap Dokter.
"Baik Dokter, terimakasih." ucap pria tersebut.
Kini Doni da Shanum kembali ke ruangan masing-masing. Dan bersiap-siap untuk menjalankan tugasnya sebagai tenaga kesehatan.
sambil menunggu jadwal therapy ada baiknya kaki bisma tetap di pijat oleh shanum
lanjut kak