Morgan & Emily,
Perjanjian bisnis orang tua Morgan, memmbuat Morgan & Emily harus menikah.
"Walaupun pernikahan kita atas dasar org lain, tapi aku tidak ingin ada org lain dalam rumah tangga ini ketika nanti kita sah menjadi pasangan suami istri". ucap Emily
Menjadi seorang Wanita karir sekaligus seorang istri, Emily selalu berusaha membuat suaminya bahagia dan menjaga rumah tangganya ditengah-tengah kesibukannya mengejar target menjadi kepala rumah sakit dan menyelesaikan proyek pembangunan rumah sakit miliknya sendiri.
"Aku hanya ingin kau fokus dengan Rumah tanggal & kandunganmu Emily, aku tidak meminta kau berhenti bekerja setidaknya kurangi beban pekerjaanmu". ucap Morgan frustasi sambil mengacak-ngacak wajahnya dengan telapak tangannya
Disaat Hubungan dengan Suaminya mulai terbangun sebuah peristiwa mengubah segalanya & membuat Emily keluar dari rumah dan meninggalkan segalanya dalam keadaan mengandung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GRACIA SYLIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JERMAN
...(10.00, Jerman)...
..."aku sudah memesankan tiket untukmu. Penerbangannya jam 18.30, Aku yang akan menjemputmu jika sudah tiba dibandara....
Mendengar notifikasi dari handphonenya, penasaran dari siapa da apa isi pesan tersebut Emily langsung membukanya. Bingung akan membalas apa Emily memilih untuk membacanya saja & segera mematikan layar ponselnya dan melanjutkan pekerjaannya.
Ditempat lain, 30 menit Morgan menunggu balasan dari Emily namun tak ada jawaban. Sedikit kesal namun dia memilih mengabaikan dan juga melanjutkan pekerjaannya.
Jam 12.00 (Mall)
Sambil berjalan, dia mengambil ponselnya dan mencoba mengetik pesan
..."Aku lagi di Mall, sebelum aku terbang ke jerman apa ada yang ingin kamu titip?...
..."Sepertinya tidak ada." Balas Morgan detik itu juga....
..."Bagaimana dengan kado pernikahan sahabatmu, apakah kamu sudah menyiapkannya?" Tanya Emily lagi sambil tetap memperhatikan jalannya..pasalnya saat ini suasana Mall sangat ramai melihat saat ini waktunya jam makan siang.......
..."Kita bisa menyiapkan disini, masih ada waktu satu hari sebelum acara pernikahan David. Jika kamu kelelahan biar aku sendiri yang akan mencarinya"...
Membaca pesan Morgan, Emily tidak meneruskan chattingan mereka dan segera masuk ke restoran untuk makan siang.
"Dengan siapa kamu chattingan, kelihatan sangat serius" Ucap Bianca.. Sahabat Emily sejak kuliah kedokteran
"Ah ini, Morgan. Sebentar sore aku akan terbang ke Jerman menghadiri acara pernikahan sahabatnya, jadi aku bertanya tentang kado pernikahan"
"Jerman? Jangan bilang pernikahan David." Tanya Bianca penasaran
"Kamu kenal dengan dia?" Tanya Bianca seolah sedang mengintrogasi Bianca
"Bukan David, tapi calon istrinya Veronica. Dia temanku selama kuliah Spesialis di belanda" Jawab Bianca santai sambil membolak-balikkan menu untuk memesan
"Jadi?..Kamu akan ke jerman juga hadir di acara pernikahan mereka?" Tanya Emily Antusias, pasalnya dia belum pernah ke Jerman dan hampir 90% dia belum kenal dengan teman-teman suaminya.
"Iya dong," Ucap Bianca dengan genit...Tapi aku berangkatnya nanti besok siang
"Tau gitu aku sendiri yg pesan tiketnya." ucap Emily lesu
"Udah gpp, lagian juga nanti kita ketemu disana." Ucap Bianca menenangkan sahabatnya
Saat ini mereka sedang menikmati makan siang disalah satu restoran jepang favorite Emily, dengan memesan menu andalannya begitu juga dengan Bianca. Walaupun kadang sering berdebat akan tetapi Emily & Bianca memiliki selera yang sama dan mereka juga selalu sefrekuensi tentang hal apapun. "Emil, Hubungan kamu sama Morgan gimana?" Tanya Bianca disela-sela mereka menikmati makan siang
"Yaa, gitu-gitu aja si. Belum ada hal yang spesial lagi, setidaknya dia..dia masih pulang dirumah sarapan & kadang makan malam bareng menurut aku udah cukup si." Lirih agata sedikit terbata-bata kebingungan bagaimana menjelaskan kondisi rumah tangganya.
Bianca mengangguk seolah mengerti & tidak memperpanjang pembahasan tentang rumah tangga Sahabatnya.
...*****...
JERMAN
..."Ya Halo.....Tetap disitu aku menuju ke situ sekarang". Ucap Seseorang dalam sambungan telepon terdengar dingin namun masih dalam intonasi lembut...
Sambungan telepon itu terputus & Morgan buru-buru turun dari mobilnya dan menjemput istrinya. Berada dikeramaian tentu bukan hal yang disukai morgan, tidak jarang dia sering merasa mual jadi dia memutuskan untuk bersantai di dalam mobil sembari menunggu Emily mengabarinya. "Koper kamu kurang besar". Ucap Morgan sarkas
"Baru juga sampai udah ngedumel" Gumam Emily sambil memutar malas bola matanya.
"Aku ngajuin cuti 2 minggu, Aku sama Bianca mau lanjut liburan."
"Calon istri Sahabat kamu temen kuliahnya Bianca waktu ngambil spesialis di Belanda, jadi dia akan nyusul kesini hari ini." Lanjut Emily sambil mereka berdua berjalan menuju parkiran, panjang lebar Emily menjelaskan tapi sepatah katapun tidak ada respon oleh Morgan. Dan itu hal yang lumrah dalam hubungan mereka.
Morgan & Emily sudah dalam mobil, Mobil melaju dalam batas normal melihat kondisi jalan yang terpantau sepi. Pukul 01.45 Malam waktu Jerman "Kamu mau langsung ke Hotel, atau mau mampir makan dulu?" Tanya Morgan pada Emily, namun tak ada jawaban.
"Ckh, Tidur". Gumam Morgan menoleh ke samping karena tak mendapat respon dari pertanyaannya.
(Hotel)
Sampai dilobby, Morgan berhenti menurunkan barang miliknya & Juga Emily tanpa membangunkan Emily. Memilih menginap dihotel yang dekat dengan tempat acara pernikahan David.
Tidak lupa mereservasi Kamar dan meminta petugas untuk membawakan barangnya setelah dia kembali dari parkiran nanti. Sebenarnya bisa saja, Morgan menyuruh satpam untuk memarkirkan mobilnya hanya saja melihat Emily yang tampak kelelahan dia mengulur waktu untul checkin sampai Emily terbangun.
Sampai dibassement, Morgan kebingungan pasalnya saat ini Ponselnya kehabisan daya dan dia tidak membawa rokok. Diliriknya Emily seperti Patung 30 menit belum ada pergerakan sama sekali.
Sesekali Morgan melirik Kearah Emily yang tertidur, ia menatap sendu teringat kejadian 6 bulan awal pernikahan mereka. "Andai Kamu tidak keras kepala & Mau mendengarkan aku mungkin kita tidak akan seasing ini" Lirih Morgan menatap Istrinya yang masih tertidur.