Cerita ini menguak kisah tentang seseorang yang mempunyai masa lalu kelam di dalam hidupnya, sebut saja namanya Namira seorang gadis yang memiliki hubungan spesial bersama pria beristri, sebut saja nama pria itu Samudera, seorang pria yang mempunyai masalah berat dengan istrinya hingga membuatnya bermain api dengan seorang gadis yang bekerja sebagai waiters di salah satu restaurant.
“Mas, aku hamil,” ucap Namira, sedang pria itu hanya terdiam, dia tidak tahu harus bahagia atau berduka mendengar kabar ini.
“Mas, kenapa diam,” ucap Namira sekali lagi.
“Iya Mir, aku turut senang dengan kehamilanmu jaga baik-baik ya anak kita,” sahut Sam, yang aslinya di dalam pikirannya dihantui rasa bersalah yang teramat dalam terhadap istrinya.
Saksikan kelanjutan kisahnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab14
Namira dan Ina saat ini sudah berada di ruangan dokter yang menangani Loly, di ruang ini bukan hanya ada dokter juga tetapi juga ada pihak berwajib yang mendampingi untuk menyampaikan perihal penting yang menyangkut barang-barang korban jiwa seperti tas dan juga handphone yang sudah di amankan oleh pihak berwajib.
"Begini Ibu Namira, apa benar saudara Loly merupakan teman anda?" tanya dokter tersebut.
"Iya Dok, dia memang sahabat saya," sahut Loly.
"Kalau begitu kami sebagai tim medis mohon maaf yang sebesar-besarnya, karena pasien yang bernama Loly sudah meninggal di tempat kecelakaan beruntun itu, dan sebagai pihak medis kita sudah tidak bisa melakukan tindakan apapun karena pasien sudah meninggal di tempat," terang dokter tersebut dengan jelas.
"Ya Allah Loly miris sekali Sayang, maafkan aku yang tidak bisa menolongmu," ucap Namira dengan linangan air mata.
"Sudah Kak, sabar ini sudah menjadi takdir Kak Loly," sahut Ina yang lagi-lagi menenangkan Namira.
"Bu, Namira anda harus kuat setiap makhluk yang bernyawa pasti akan pulang ke hadapan Rabb nya," ucap polisi tersebut.
"Kali ini saya akan menyerahkan barang-barang yang dibawa korban, apa benar ini tas dari korban?" tanya aparat tersebut.
"Benar Pak, itu tasnya Kak Loly," sahut Namira yang ingat betul dengan tas berwarna merah jambu kesukaan sahabatnya itu.
"Baiklah kalau begitu ini tas dan juga handphone beserta dompet kartu dan kartu identitas sudah kami periksa, dan di situ juga ada sejumlah uang yang terbungkus oleh amplop coklat," terang aparat tersebut.
"Hah, uang," gumam Namira.
"Iya, di situ juga ada uang," sahut aparat tersebut yang membuat Namira bingung sendiri.
"Baiklah Ibu Namira karena korban sudah ada keluarga yang mendatangi, sekarang anda boleh mengurus surat kepulangan jenazah," titah dokter tersebut yang diangguki oleh Namira.
Perempuan hamil itu kini keluar dari ruangan dokter tersebut, saat ini dia bersama Ina sedang mengurusi surat-surat kepulangan jenazah Loly, Namira berusaha untuk kuat karena sejatinya di rumah sana ada anak yang hatinya lebih hancur yang harus dia kuatkan.
"Aku harus kuat, dan aku harus tenang, karena di rumah nanti aku membutuhkan sekuat tenaga untuk menerangkan ini kepada Sean," ucap Namira kepada diri sendiri.
Namira pun sudah menyelesaikan surat-surat kepulangan jenazah Loly, saat ini dirinya menguatkan diri untuk ikut masuk ke dalam mobil ambulans mendampingi jasad temannya itu.
"Ya Allah, berikan dia tempat yang indah, Kakakku Loly ku, kau orang yang baik yang pernah aku kenal semoga saja kuburmu selalu di lapangkan," ucap Namira yang tiada henti mendoakan jenazah Loly.
"Wuu-oww... wuu-oow." Bunyi sirene ambulan sudah memasuki wilayah kost Loly, para penghuni kost sedari tadi sudah menunggu kedatangan jenazah Loly, dan tak sedikit dari mereka ada yang memenangkan hati si kecil Sean.
"Tante, itu bunyi apa?" tanya Sean ke salah satu tetangga kost Nya.
"Sayang kau yang sabar ya," sahut gadis yang bernama Sri tersebut yang merupakan teman Ina.
Jujur saja dalam hati para tetangga mereka merasa sedih melihat keadaan Sean yang harus di tinggal oleh ibunya di usianya yang masih belia seperti ini.
Saat ini jenazah sudah berada di rumah duka, semua tetangga kost menggelar doa bersama untuk almarhum Loly, tak sedikit dari mereka yang menjatuhkan air mata karena mengenang kebaikan ibu beranak satu itu.
"Tante Namira, kenapa Ibuku tidak bangun-bangun?" tanya bocah kecil itu, sedang Namira bingung harus menjelaskannya.
"Sayang, Ibu masih tidur, Sean duduk saja ya dulu," sahut Namira sambil menahan air matanya.
"Tante, kenapa para tetangga semua menangisi ibuku?" tanya kembali bocah itu yang merasa penasaran dengan tetangganya yang tak sedikit ikut menangis.
"Mereka gak nangis kok," kilah Namira.
"Tidak Tante, mereka itu nangis," ucap Sean yang memang tidak gampang untuk di bohongi.
"Mbak Ina, kenapa ibu Sean tidur terus?" Bocah itupun langsung beralih bertanya kepada yang lainnya karena ingin menemukan jawaban yang sebenarnya.
"Sayang, Sean yang sabar ya, Ibu sudah meninggal dunia," ucap Ina dengan hati-hati.
"Apa! Berarti Ibu akan ninggalin Sean untuk selamanya, terus Sean ikut dengan siapa?" tanya anak itu sambil terisak.
Namira pun langsung mendekap tubuh anak kecil itu, saat ini dia di tuntut untuk kuat meskipun dalam hatinya sendiri begitu terpukul dan rapuh, tapi demi Sean dia harus berpura-pura kuat untuk menjalani semua ini.
"Sayang, kau tenang, ya, di sini ada Tante Namira yang akan menemani Sean nantinya, Tante janji akan selalu ada untukmu, dan membuat Sean bahagia," ucap Namira sambil memeluk erat tubuh Sean yang sedang nangis sesenggukan.
"Tante, Sean takut, kalau harus hidup sendiri, ibu Sean sudah pergi jauh," sahut anak itu.
"Kamu jangan takut ya Nak, di sini ada banyak orang yang sayang sama Sean, Ibu Sean sudah bahagia dan tidak menahan rasa sakit lagi," terang Namira.
"Hiks ... Hiks ... Hiks." tangis Sean pun pecah.
Bocah itu hanya bisa menangis bagi anak sekecil Sean kehilangan seorang ibu menjadi hal yang terpukul bagi hidupnya, apalagi anak itu sedari kecil tidak tahu dengan yang namanya ayah, yang dia tahu hanya ibunya, bahkan Sean pun tidak tahu keluarga dari ibunya dan asal muasal ibunya berada, di kota ini Sean benar-benar sendiri hanya mengenal Namira dan Ina saja.
"Tante antar Sean di dekat Ibu," pinta anak itu.
"Iya Sayang," ucap Namira sambil mengantar bocah kecil itu di samping jenazah ibunya.
"Ibu, kenapa ibu tinggalin Sean, dari kecil Sean sudah tidak tahu siapa ayah Sean, tapi sekarang ibu juga ninggalin Sean sendiri," tangis anak itu pecah di samping jenazah ibunya.
"Sayang, Sean harus kuat, dan mengikhlaskan kepergian ibu, agar ibu Sean bahagia diatas sana," ucap Namira menasehati.
"Tante biarkan Sean tidur di samping ibu untuk yang terakhir kalinya," pinta bocah itu sambil menyandarkan kepalanya di samping ibunya.
Semua tetangga turut mendoakan atas kepergian Loly, bahkan mereka turut menjaga langsung sampai pagi datang menjemput.
******
Pagi harinya, semua orang sibuk menyiapkan ritual pemakaman Loly, jenazah pun sudah selesai di mandikan, saat ini jenazah Loly sudah di masukkan ke dalam keranda, tangis Sean dan juga Namira pecah begitu saja, melepas kepergian orang yang terkasih.
Saat ini para tetangga ikut serta mengantar jenazah Loly di peristirahatan terakhir, sesampainya di makam, Sean sudah tidak sanggup lagi melihat tubuh ibunya yang sudah di pendam oleh tumpukan tanah, anak sekecil itu berusaha untuk tegar dalam menghadapi semua ini.
"Sayang, yang kuat ya, kamu anak hebat , buatlah ibumu bangga Nak," ucap Namira sambil memeluk bocah 5 tahun itu.
Selamat malam Namira double up lagi. Jangan lupa ya untuk selalu menemani perjuangan Namira🙏🙏🙏❤️❤️❤️
Lanjut thor
perjuangan seorg ibu dr 2 org anak yg super tangguh & kuat menghadapi kerasnya hidup.
jauhkan jauhkan