Serpihan Luka

Sarapan pagi bertiga.

Meja makan yang biasa terlihat hampa di pandan mata, kini hidup bagai bernyawa.

"Aku merasa hari ku hidup kembali sejak kehadiran Fiona dan Caraka, mereka adalah hidup ku" Batin Aditya.

"Kita liburan yuk" ajak Aditya.

"Liburan kemana mas"?

" Kamu mau nya kemana?

"Aku gak pernah liburan" ucap Fiona tersenyum manis.

`mulai sekarang kamu mau pergi kemana aja akan mas turuti, lakukan saja apa yang membuat mu bahagia. Selama kau masih ingat batasan mu menjadi seorang istri dan ibu`

` terima kasih sudah mengerti diri ku mas` ucap Fiona dengan senyum tipis nya.

Sarapan pagi selesai, kini Fiona dan Aditya mulai di sibukan dengan menata kamar mereka berdua dan juga kamar yang akan di tempati Caraka.

Aditya sedang menunggu barang pesanan nya yang sudah ia pesan semalam.

Setelah sekitar tiga puluh menitan akhirnya pesanan Aditya datang, satu truk yang berisikan perlengkapan kamar untuk Caraka.

`mas ini semua untuk Caraka/?

`iya, kita bikin kamar untuk Caraka. Pasti Caraka akan suka dengan kamar baru nya`

Aditya mengajak Fiona untuk mengatur kamar Caraka. Kamar yang di hiasi lampu lampu kamar yang sangat lucu dan tempelan dinding berupa ikan ikanan menambah kesan mengemaskan di kamar itu.

\`terima kasih ya mas, amu sudah perduli dengan Caraka. Padahal ayah nya sendiri saja tidak ingat untuk memberi nafkah pada anak nya\`

\`sudah lah gak usah bahas mantan suami mu itu\` sahut Aditya.

Aditya masih fokus menempelkan sisa ikan ikan itu di dinding yang masih kosong.

\`sebenar nya beberapa hari yang lalu aku bertemu Pras di jalan, saat dia melihat penampilan ku yang berubah seperti ini dia menuduhku telah menjual diri\` ucap Fiona

Seketika membuat Aditya menghentikan aktifitas nya.

\` Keterlaluan, masa istri ku yang cantik ini di katain menjual diri. Wah perlu di jahit tu mulut\` sahut Aditya yang tidak terima.

Tak berapa lama Aditya dan Fiona selesai menata kamar Caraka.

" Aka suka gak kamar nya"? Tanya Aditya.

"Aka suka, makasih papa" jawab Caraka seraya memeluk Aditya.

"sama sama sayang"

Mereka pun membiarkan Caraka bermain main di kamar baru nya. Yang sudah tertata rapi bahkan segala macam mainan ada disana.

Merasa lelah Fiona duduk bersandar di sofa, sambil memperhatikan Caraka yang tengah asik bermain.

"Kamu istirahat lah dulu, jangan capek capek karena nanti malam aku butuh bimbingan mu" ucap Aditya.

" Mas apaan sih" Fiona gugup sendiri.

"kamu kan sudah berpengalaman, jadi nanti malam kamu harus ambil kendali"

Fiona jadi binggung sendiri harus jawab apa. Ia sendiri tidak memiliki pengalaman lebih dalam urusan ranjang.

" Maaf mas, tapi sebenarnya aku tidak punya banyak pengalaman" ucap Fiona jujur.

" kalau begitu, mari kita buat banyak pengalaman" ucap Aditya tersenyum lebar.

Di tempat lain, atas perintah ibu nya Pras kembali mencari Fiona. Pria ini akan berusaha merayu Fiona agar dia mau rujuk dengan dirinya.

Pras mendatangi toko kue dimana waktu itu Fiona membeli kue di sana.

Pria itu bertanya pada kasir di toko tersebut tapi tidak ada yang kenal dengan Fiona, karena memang Fiona adalah pelangan baru bagi mereka.

cuaca yang sangat terik membuat Prasetya memutuskan untuk pulang terlebih dulu.

"Dari mana kamu maa"? Tanya Mende.

" Mencari Fiona dan Caraka" jawab pras jujur.

Mende tercengang, sambil berkacak pinggang emosi wanita ini naik ke puncak kepala.

" ngapain kamu mencari mereka"?

Pras menatap Mende, Pria ini sebenarnya sudah tidak tahan lagi pada wanita yang sekarang menjadi istri nya itu.

"Aku akan mengajak Fiona rujuk" jawab Pras dengan santai nya.

"Gak, aku gak mau kamu rujuk sama dia. Apa kurang nya sku hingga kau ingin rujuk dengan perempuan jelek itu"

" kurang mu sangat banyak. Kau tidak bisa mengurus suami, gurus rumah. Kau tidak bisa mencuci piring, nyuci baju, menyapu dan memasak. Kau juga tidak bisa mengurus ibu, tapi Fiona bisa semuanya"

Mende tertawa mendengar perkataan suami nya.

"Sebenarnya tujuan kamu menikah untuk mencari istri stau babu mas? Aku bukan Fiona yang kamu bodohi, setelah menikah lalu kau jadi kan babu" sahut Mende yang merasa geram, wanita ini baru tau teryata seperti ini sikap pras yang sesunguhnya.

"Itu semua tugas seorang istri, apa kamu mau menjadi istri durhaka?

Mende semakin tertawa mendengar ucapan suami nya ysng sangat tak masuk akal.

"Sepertinya kau harus sekolah lagi untuk mendalami ilmu agama sebagai seorang suami. Mas aku bukan Fiona yang seenak jidat mu memberi beban yang sangat berat"

"Mende, apa susah nya sih cuma melakukan pekerjaan rumah, kenapa harus selalu membantah"

"Aku gak mau, aku bukan babu"

" kalau begitu aku akan tetap mengajak Fiona rujuk, apa lagi ada anak di antara kita" ucap Pras penuh percaya diri.

" Aku tidak mau di madu" jerit Mende yang tidak terima untuk di madu, apa lagi saat ini dirinya tengah hamil.

Mende tertunduk lemas, wanita ini hanya bisa menangis. Bukan kebahagiaan yang Mende dapatkan setelah merusak rumah tangga orang merebut suami orang dan menikah, melainkan pertengkaran demi pertengkaran yang terjadi.

"Pras,,,," panggil bu Soraya.

Pras pun langsung masuk ke kamar ibu nya,

" Ada apa bu?

" tolong jangan bertengkar terus, ibu pusing mendengar suara kalian"

" cepat kamu temukan Fiona dan Caraka, ibu hanya mau mereka yang ada di rumah ini"

"Aku juga sedang berusaha mencari nya bu"

"Fiona itu perempuan baik, sudah pasti dia akan memikirkan Caraka.dia pasti mau rujuk sama kamu" ucap bu Soraya.

"tidak masalah kamu memiliki istri dua, kamu laki laki jadi wajar kok" sambung nya yang sama sekali tak memiliki hati nurani.

" iya ibu benar" sahut pras.

Pras kembali keluar untuk mencari Fiona. Setela pras keluar, Mende langsung masuk ke kamar bu Soraya sambil melipat kedua tangan nya di dada.

wajah nya yang angkuh penuh kesombongan, wanita itu teryata menguping pembicaraan ibu dan putra nya tadi.

Marah sudah pasti marah, karena teryata bu soraya lah yang sudah menghasut pras untuk rujuk dengan Fiona.

Mende menghampiri bu Soraya lalu dengan tega menjambak rambut mertuanya dan meremas mulut bu Soraya.

wanita paruh baya itu hanya bisa menangis memohon ampun pada menantunya yang kerap kali menyiksa nya jika pras tidak ada di rumah.

Dengan perasaan penuh amarah Mende juga berani menyiram wajah bu soraya dengan air satu gelas, lebih kejam lagi wanita itu memukul mukul kaki mertua nya yang lumpuh dan mati rasa.