Satu digit, dua, tiga, empat, lima, hingga sejuta digit pun tidak akan mampu menjelaskan berapa banyak cinta yang ku terima. Aku menemukanmu diantara angka-angka dan lembar kertas, kau menemukanku di sela kata dan paragraf, dua hal yang berbeda tapi cukup kuat untuk mengikat kita berdua.
Rachel...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yang Pertama
Surat kecil dengan tulisan "PULANG SEKARANG! "
"Ahh... Aneh banget, Emang nge-prank masih jadi trend ya." suruh Rachel sembari meremas kertas itu dan meletakkannya di samping minumannya.
"Apa katanya? ", kepo Sebastian.
"Oh enggak, ngga penting juga."
"Kenapa Hel? ", tanya Mikhaela akhirnya.
"Maaf, tapi gua balik duluan nggak papa ya."
"Loh kenapa? Kamu ngga nyaman?", tanya Sebastian.
"Ngga, bukan itu. Aku ada urusan lain."
Lalu Entah dari mana angin kecil berhembus, seperti seseorang yang datang tiba-tiba. Aroma parfum yang sangat dikenalnya, sangat dekat dengannya saat itu. Rachel yang semula tenang tiba-tiba pucat dan menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Hel... Ada apa? Kamu sakit? ", tanya Sebastian sambil meletakkan tangannya di lengan atas Rachel.
Sapp
Satu tepisan menyingkirkan tangan Sebastian dari bahu Rachel, ulah Siapa lagi kalau bukan pacar dominannya Rachel, revano anggasta.
"Lu siapa? ", kesal Sebastian tiba-tiba dikasari orang asing.
"Kak Vano... ", Mikhaela tidak kalah kaget dan langsung berdiri.
Seketika itu juga Rachel langsung berdiri dan memakai tasnya kembali dan hendak Beranjak Pergi, tapi tangannya malah ditahan oleh Sebastian.
"Hel, kamu mau kemana?".
"JANGAN PEGANG - PEGANG CEWE GUAA....!!!!!", bentak Vano.
Seisi Cafe melihat ke arah mereka berempat, dengan menundukkan kepalanya Rachel segera menutup mulut Vano dan menariknya keluar dari kafe itu.
Sepeninggal Rachel dan Vano, Mikhaela betul-betul diam tertegun, Iya sama sekali tidak menyangka bahwa Vano lah alasan Rachel tidak pernah mau diajak kemana-mana olehnya di hari libur.
"Mikh... Gimana sih? Lu bilang dia jomblo... Ah elu. Itu ada cowonya anjir." kesal Sebastian.
"Maaf... Maaf Bas. Gua juga baru tahu. Maaf ya, maaf banget.. Woah... Ka Vano savage bener anjir...".
"Jadi gimana nih Mikh. Gua udah suka sama tuh cewe, tipe gua banget... ", rengek Sebastian.
"Duh ternyata lu bukan tipenya Bas, tipenya yang bening gemoy gummy smile kek gitu, ternyata dia ngga suka yang setinggi gapura kecamatan kayak elu. Jun... Kamu hubungin aku ya...".
"Mikh... Mikhaa.... ", teriak Sebastian tidak memperdulikan sekitar.
🍀🍀
Vano berjalan cepat dengan tangan Rachel digenggamannya, wajahnya benar-benar datar, kesal, dan marah bercampur jadi satu. Rachel diam, tidak menolak, tidak melawan, tidak bicara sama sekali. Ia pasrah diseret layaknya barang seperti itu, tanpa ia sadari air matanya sudah menghambur ke mana-mana.
"Masuk...! ", tegas Vano menuntun Rachel ke dalam mobilnya. Gadis itu masuk dengan patuh dan Vano langsung menutup pintunya.
"Kak... Kak Vano... Kak.... ", teriak Mikhaela dari kejauhan.
Vano menaikkan satu alisnya tapi tetap menunggu Mikha sampai di hadapannya.
"Kak... Aku yang salah. Aku bener-bener ngga tahu kalau kakak sama Rachel itu... "
"Pacaran."
"Iya, pacaran. Maaf kak. Rachel juga ngga tahu aku ajakin blind date kayak gitu. Maaf kak, aku yang salah. Bukan Rachel."
"Kamu juga ngga salah. Kami yang emang ngerahasiain hubungan ini. Aku harap kamu orang pertama dan satu-satunya yang tahu soal kami. Bisa kan Mikh?", tanya Vano.
"Bisa kak, bisa banget. Aman kalo sama aku mah. Karena kartu As ku juga dipegang Rachel semua." Bisiknya sambil terkikik kecil.
"Ok, jadi kita impas. Aku bawa Rachel pulang ya. Kamu mau sekalian di anterin apa gimana?".
"Ngga kak, makasih. Aku balik nanti."
🍀🍀
Rachel hanya diam sepanjang perjalanan, tidak perduli kemana Vano akan membawanya, karena selama perjalanan ia menutup matanya yang basah karena air matanya sendiri, lalu ketiduran dengan sendirinya, karena juga sama seperti Vano, ia juga tidak bisa tidur menunggu ponselnya berbunyi karena kontak "PUNYA RACHEL🔒".
"Yaang... Ayang... ".
Vano menghela napasnya karena mendapati mata merah kekasihnya yang sedikit bengkak itu. Ada penyesalan di sudut hati Vano, niatnya ingin membahagiakan gadis mandiri ini malah ia pula yang membuatnya menangis. Perlahan ia menggendong Rachel dan membawanya ke unitnya sendiri.
Kamar pribadinya yang sama sekali tidak pernah dimasuki wanita manapun kecuali maid yang memang ia pekerjakan untuk bebersih. Rachel adalah wanita pertama yang ia bawa masuk. Jika pun dulu di masa kelamnya ia sering membawa wanita bayaran ke kediamannya itu tetapi bukan kamar pribadinya itu.
Lama sekali ia memandangi wajah lelah yang terlelap itu, bersalah sekali rasanya. Diam-diam Vano mengakui dalam hati, ia cemburu berat. Sangat. Rachel miliknya, tidak boleh didekati siapapun. Apalagi sampai disentuh. Hanya ia yang boleh.
Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, Rachel mulai bangun dan meliuk-liukkan badannya. Matanya masih malas untuk terbuka tapi hidung tajamnya mengendus aroma tubuh seseorang yang sangat familiar.
"AbsgsgsgsbzbvBBsbsnsnsbsbbsbsbsbbbvsbsvs Oh my God... Bajigur... Gua dimana??!! ", batinnya dalam hati.
"Apakah dulunya gua nyelametin dunia dari serangan tirex apa gimana sih, sampai-sampai gua nemu cowo se-uwaaaauu ini, tapi sayang banget, rada gila dikit." batinnya masih memandangi wajah tampan yang pulas itu.
Perlahan Rachel menggeser dirinya sedikit demi sedikit agar keluar dari pelukan posesif yang membungkusnya itu. Tinggal sekali geser lagi.
Sapppp... Tangan kokoh itu kembali menariknya masuk ke pelukan yang susah payah di urainya itu. Lalu sang empu membuka mata.
"Udah puas liatin muka ganteng aku terus ditinggal gitu aja hmm?".
"Dih... ", ejek Rachel menaikkan ujung bibirnya.
"Boleh dilepas ngga? Aku mau pulang? Mau blind date lagi."
"Hel... "
"Iya Pak direktur? Bisa geser dikit ngga kamu berat."
"Aayang... ", rengek Vano.
"Udah lah, Kak. Lanjutin aja marahnya kamu, marah yang sampai sekarang visi misinya apa, bahkan penyebabnya juga aku ngga tahu." Masih berusaha berontak.
Seluruh tubuhnya yang kecil itu dibungkus Vano dengan cengkeramannya, bahkan Rachel bergerak saja sulit. Lalu dengan lancangnya Vano melepas simpul pita di leher Rachel, lalu semakin turun membuka satu persatu kancing kemeja itu.
"K-kak... " desis Rachel sudah meremang ketika Vano mengendus leher putihnya dan terus merabai titik sensitif di tubuh Rachel. Vano pria matang berpengalaman yang malam ini tidak lagi mampu membendung hasratnya.
"Ayang... Boleh kan?", tanyanya dengan suaranya yang dalam mendongak dengan mata sayu, pakaian Rachel sudah tidak beraturan karena ulahnya.
"Anjir, gua harus apa? Gua ngga pernah, gua masih segel, gua harus apa... Gila nih cowo pinter banget, kenapa gua jadi berharap dia ngelakuin lebih sih... ", batin Rachel berisik sekali.
Detak jantung gadis itu tidak karuan lagi, meski tidak dijawab, Vano yakin itu tandanya setuju karena dari wajahnya Rachel terlihat mati-matian sekali menahan sesuatu. Vano berpindah posisi dan mengungkung tubuh kecil ringkih itu.
"K-kak... "
"Aku yang pertama ya...? ", tanya Vano diatasnya dan Rachel mengangguk pelan.
Pria itu tersenyum lebar menunjukkan gummy smilenya yang indah. "Aku pastikan aku jadi yang pertama dan terakhir yaang."
Pov Rachel :
Sumpah gua deg-degan, meski agak aneh cewe 26 tahun seumuran gua masih segel di Orion yang indah di Timio Universe ini. Tapi bener adanya, buktinya gua. Gua ngga tahu gimana ribut dan gemetarnya jantung gua ini, bukan cuma jantung, yang bawah juga denyut woy gila.
Gimana gelinya Kak Vano sibuk diatas gua, dan GUA?? GUA NGGA PAHAM NGAPA-NGAPAIN. Gua newbie, dan..
Pov off
"Akh... Kak, sakit... ".
"Bentar yaang, tahan seb-bentarhh... Susah banget yaanghh... ".
"K-kaak.... Stop... Ka Vano stop..... SakMmpphh.. ", Vano membungkam mulut ribut syaland itu dengan mulutnya sambil terus bergerak.
Hingga Vano merasakan sesuatu yang terlepas didalam sana, diikuti air mata Rachel yang meleleh disudut matanya, Vano terus mengucapkan kata sayang dan Terima kasih sambil terus terengah.
"Gua ngga nyesal, sama sekali ngga. Bahkan gua bahagia gadisnya gua diambil sama pria ini." Batin Rachel yang kemudian terlelap karena kelelahan.
"Sah sudah, dia milikku... "
.
.
.
TBC... 💜