Olivia baru pertama kali berpergian tanpa pantauan kedua orang tuanya yang sangat posesif. karna rasa penasaran akan seperti apa dunia malam membuat Olivia masuk dalam penjara tawanan gairah pemuda impoten, Keenan Pradipta.
Percintaan panas yang terjadi satu malam menjadi alasan kuat Keen untuk menjadikan Olivia sebagai istrinya.
“Gairahku hanya ada padamu, cantik. Lalu kenapa aku harus melepaskanmu?” tanya Keen dengan tangan yang melingkar mesra dipinggang Olivia.
“Gairah-gairahmu kenapa juga aku yang menderita, ha? dasar pria gila impoten lagi!” umpat Olivia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TCPI 9
“Tidak bisa terus seperti ini, Kak. Nanti yang ada semakin parah, kita harus kedokter.” ucap Oliv yang terus mendapatkan gelengan kepala dari Keen.
Dan akibat penolakan itu kini Oliv menatap tajam Keen dengan kedua tangan yang bersedekap didada. Oliv mungkin sudah mengatakan itu semua lebih dari belasan kali dan Keen tetap bersikukuh tidak mau.
“Harus mau!” Oliv sangat tegas kali ini.
Keen yang bersandar pada kepala ranjang menarik tangan Oliv untuk kembali duduk. Pria itu mencium tengkuk leher Oliv yang sangat menenangkan hingga rasa sakit kepala itu seakan menghilang.
“Kau adalah obat terbaik untukku, Oliv,” ucap Keen dalam keadaan penuh.
Tanpa sengaja Oliv tersenyum dengan pujian itu, tapi lama-lama perkataan Keen barusan sangat membingungkan otak mungilnya. “Aku obat? Tapi, aku sangat manis, Kak.. Bagaimana bisa aku semanis ini kau samakan seperti obat?” tanya Oliv yang mana kini sudah saling tatap dengan Keen.
Dari raut wajah Oliv, Keen dapat menemukan jika wanita itu kesal dikatakan seperti obat. “Ah maksudku, kau seperti vitamin. Ah iya, seperti vitamin!” Keen memperluas, untungnya ide itu muncul secara mendadak sehingga Oliv tidak jadi marah.
Oliv turun dari tempat tidur. “Kakak pasti punya obat alergi kan? Katakan dimana,” pinta Oliv yang sebenarnya lebih ke perintah.
Keen mencoba mengingat dimana ia menyimpan kotak p3k itu, sudah lama ia tidak menggunakan benda itu selama hidup di Apartemen. Saat mata Keen tertuju pada lemari, disaat itulah Keen ingat jika ia menyimpan obat didalam kotak.
“Disana,” Tangan Keen menunjukkan kearah atas lemari hingga Oliv juga melihat kearah sana.
Dengan sangat kepercayaan yang tinggi Oliv berjalan kearah lemari, ia harus sedikit men jinjit karna memang sangat tinggi. Tapi, usaha apapun yang ia lakukan tetap saja tidak bisa menggapai kotak itu.
“Ahhh.. Kok nggak bisa si?!” Oliv jadi kesal sendiri, tapi ia tidak putus asa.
Sementara Keen menatap tidak percaya kearah Oliv yang terus mencoba menggapai kotak itu. Pria itu tertawa tanpa suara, kalau sempat Oliv tahu Keen sedang menertawakannya maka sudah habis riwayat hidup Keen sekarang.
“Kak, nggak bisa..” keluh Oliv kepada sang suami yang kini sudah bangkit dari tempat tidur.
Keen tidak memakai baju hanya memakai celana pendek saja, pria itu berjalan menghampiri Oliv yang terus menggapai kotak obat itu.
“Makannya kalau tinggi itu keatas jangan kesamping, sayang..” ejek Keen yang mana mendapatkan tatapan tajam dari Oliv.
“Loh, Kakak aja yang nyimpan obat di tempat tinggi. Nggak pendekable banget,” respon aneh dari Oliv membuat Keen hanya menggelengkan kepala saja.
Usia Oliv memang suka bicara yang aneh-aneh dan Keen tidak heran dengan itu karna memiliki adik yang seusia dengan Oliv.
Keen bukannya mengambil sendiri kotak obat itu malah menggendong Oliv hingga wanita itu bisa menggapai kotak obat. Tentu saja Oliv tersenyum senang, bahkan spontan melompat kegirangan kala sudah diturunkan oleh Keen.
“Berguna juga punya suami tinggi, jadi aku tidak memerlukan tangga lagikan..” ucap Oliv asal diselingi tawa.
Keen senang melihat Oliv yang sangat ceria pagi ini, tidak seperti kemarin yang terus memberontak dan menangis. Itu berarti perlahan Oliv mulai menerima segala konsekuensi hidup yang Keen taruh didalam kehidupannya.
Pria jangkung itu duduk disamping Oliv, memperhatikan wanita itu membuka satu-persatu jenis obat yang ada. Oliv bingung tentunya, ia tidak ingat seperti apa warna obat alergi.
“Yang mana, Kak?” tanya Oliv kepada sang suami.
Keen berusaha mengingat karna baru seminggu yang lalu ia juga tanpa sengaja memakan seafood.
“Warna kuning,” jawab Aldan cepat, tanpa ia tahu kalau ada dua obat berwarna kuning.
Oliv yang memang pada dasarnya ceroboh pakai banget, mengambil satu pil berwarna kuning. “Ini, Kak. Diminum jangan sampai di buang ya!” Ancam Oliv dengan tatapan yang sangat tajam.
“Dua pil, sayang..” Keen meminta satu lagi, dengan senang hati Oliv memberikan satu pil lagi.
Dengan tatapan binar bahagia Oliv melihat Keen yang meminum pil itu. Pria itu termasuk mudah meminum obat, tidak seperti Oliv yang sangat sulit harus dihancurkan dululah atau apalah sampai terkadang Mami Oliv sakit kepala kalau sudah putri satu-satunya itu sakit.
“Aku mau turun ke bawah buatin sarapan simple aja, Kak. Tunggu disini jangan kemanapun,” Bahkan sekarang Oliv sudah mengancam Keen.
Keen mengangguk mantap, ia duduk sambil minum air putih. Oliv pun turun menuju lantai bawah, ia berencana membuat sandwich saja karna hanya makanan itu yang bisa ia olah sendiri.
•Beberapa menit kemudian..
Keen heran padahal suhu AC sudah sangat dingin tapi ntah kenapa suhu tubuhnya sangat panas. Dan sedikit gatal bahkan keringat mengalir deras di pelipis Keen karna memang sangat garah.
“Ini sarapan, Kak..” Oliv duduk disamping Keen sambil meletakkan piring sandwich itu dimeja sofa.
Oliv heran melihat keringat Keen yang mengalir deras dan juga Keen yang terus mendesis seperti ular. “Kakak kenapa?” tanya Oliv dengan tatapan penuh tanya.
Disaat tangan Oliv menyentuh kening Keen, disaat itulah tubuh Keen seakan tersengat listrik. “Aku kenapa ya?” Keen bertanya di dalam hati, ia menatap kearah kotak obat yang masih terbuka.
Seketika Keen baru ingat jika Raga pernah memberikan pil perangsang karna bingung melihat Keen yang impoten. Tentunya Keen mengamuk, takut kalau memang tidak akan memiliki gairah maka Keen menyimpan pil itu. Ternyata warnanya sama dengan pil alergi yang ia miliki, dan bahkan Keen meminum dua pil perangsang tadi.
“Gawat!”
“Apa yang gawat, Kak?” tanya Oliv yang kini menatap lugu Keen yang juga sudah menoleh kearahnya.
Tidak tahu mengapa Keen merasa pagi ini Oliv sangat cantik dan menggoda. Meskipun tanpa pil perangsang, maka Keen tetap akan mudah bergairah bersama dengan Oliv.
“Kau cantik dan sangat sexy malam ini, sayang..” ucap Keen dengan berbisik dan bahkan menjilat telinga Oliv.
Tentu saja hal itu membuat Oliv merinding, cepat-cepat ia ingin bangkit dan segera pergi untuk menjauh dari Keen yang mulai mesum. Tapi, tangannya ditarik hingga Oliv terduduk dipangkuan Keen dalam posisi membelakangi.