NovelToon NovelToon
Aku Masih Normal

Aku Masih Normal

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Cinta Seiring Waktu / TKP / Kontras Takdir / Bercocok tanam
Popularitas:954
Nilai: 5
Nama Author: Ruang Berpikir

Anzela Rasvatham bersama sang kekasih dan rekan di tempatkan di pulau Albrataz sebagai penjaga tahanan dengan mayoritas masyarakat kriminal dan penyuka segender.

Simak cerita selengkapnya, bagaimana Anz bertahan hidup dan membuktikan dirinya normal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ruang Berpikir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9_Temani

“Sayang,” panggil lembut Albert.

Anz menggeliat kecil kemudian tidur kembali.

“Hey sayang, sayang bangun, bersih-bersih dulu yok, sebentar lagi kita ada kegiatan loh.”

“HA,” terkaget sendiri dan bangun, duduk secepat mungkin “kenapa tidak bangunin aku dari tadi.”

“Udah ayok, ku temani sayang mandi!”

“Hey! Teriak Anz, melototkan matanya dan tangannya sibuk menutupi dadanya sendiri.

Segala kesibukan yang sedang terjadi dalam barak itu seketika berhenti menatap Albert intens. Lantas beberapa detik kemudian aktivitas mulai kembali lagi namun godaan dan candaan terlontar merayu pasangan itu.

Irwin menaik turunkan alisnya menggoda “ciee ciee ciee di temanin mandi. Enak nih.”

Tidak hanya Irwin, beberapa rekan mereka yang lain juga melakukan hal yang sama kecuali Abi, yang acuh tak acuh menanggapi, malah sibuk dengan urusannya sendiri.

“Apaan sih kalian,” geram Anz melihat Irwin. Namun dengan segera Anz menundukkan pandangan.

“Lihat wajahnya Anz sampai memerah,” menunjuk dan tertawa keras yang kemudian juga diikuti rekannya yang lain.

“Kalian apa-apaansih, kemana baju kalian?” Elak Anz.

“Yaelah Anz, santai saja kali. Orang kami semua bandanya bagus-bagus gini, lihat nih,” mengusap-ngusap perut “roti sobek kami keras. Kau pikir sayangmu aja yang punya.”

Albert memutar matanya malas “yank, ambil baju gantimu, cepat. Kita gak punya banyak waktu nih.”

Anz menyeret koper besarnya keluar, mengikuti langkah Albert yang lebih dulu melangkah.

Ruang berdempetan dengan barak mereka hanya seukuran setengah lebih kecil daripada ruangan barak mereka tempati. Terdapat satu bak air besar yang menampung air jernih. Bagian kanannya terdapat enam ruangan kecil berderet yang di dalamnya terdapat closed dan shower.

“Jangan masuk kesini! Awas saja kalau masuk,” ucap peringat Anz melangkah kaki masuk dalam salah satu ruangan kecil itu.

“Siapa yang masuk sih yank. Waktu kita tidak sampai satu jam lagi loh, ada kegiatan kita ini. Sayang masuk dan mandi yang bersih dan wangi ya. Aku ada di ruangan sebelah sini, mau mandi juga.”

Setengah jam waktu berlalu Albert dan Anz keluar dari kamar mandi bersama-sama dalam keadaan outfit yang sudah terganti dan badan sudah fresh dan wangi.

“Kalian,”ucap datar Abi.

“Ngapain aja kalian di dalam?”  Sambung tanya Sulaiman.

“Kalau di kamar mandi, emang mau ngapain lagi selain mandi?” Ucap malas Albert menarik gagang koper dari tangan Anz.

“Mungkin kalian baru saja memadu kasih.”

Tangan Anz yang diam dalam seketika melayang menghantam kepala Kays “kalau ngomong di saring dulu. Jangan asal keluar,” menatap datar.

Semua suara mendadak hilang, terdiam, terbungkam. Lantas mereka semua segera membuka plastik sandal baru yang mereka ambil dari bekal, tas ransel mereka masing-masing.

Albert keluar dari barak kembali setelah selesai meletakkan barangnya dan barang Anz dan melihat rekan-rekannya diam dan menunduk, membuang pandangan, dan sebagian sibuk dengan kukunya. Albert menatap bingung mereka satu persatu dan kemudian menyerahkan sepasang sandal kepada Anz “terimakasih.”

Mereka berjalan beriringan menuju kantin. Ainsley berjalan baris terdepan sedangkan Albert dan Anz berjalan paling belakang dan tangan mereka saling tergenggam kuat.

Mereka memasuki ruangan besar. Samping pintu masuk, sebelah kiri terdapat prancis yang telah tersusun hidangan makanan dan juga piring yang tersusun tinggi.

Mereka sepuluh mengantri, mengambil piring, meletakkan nasi, lauk pauk yang tersedia dan memindahkannya dalam piring mereka.

Jejeran meja persegi panjang, tersusun rapi dan kursi panjang mendampingi. Anz yang berada di urutan paling akhir setelah selesai meletakkan makanan yang ada sesuai porsinya, berbalik badan dan melihat orang-orang yang berada dalam ruangan itu. Semua pandangan mata tertuju pada mereka. Anz menelan air liurnya kasar dan sedikit meraba tengkuk lehernya sendiri yang terasa merinding.

...***...

Malam menyapa dengan keindahan langit bertaburan bintang dan dihiasi bulan yang bersinar terang. Anz kini berada di atas atap barak, berjalan gontai di atas coran semen itu yang kemudian merebahkan badan di atas seng tebal berwarna merah.

Pandangan mata menatap lekat langit malam “instingku mengatakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi.”

Anz, mengeluarkan benda pipih miliknya dari saku celananya itu. Terlihat ia sesekali memencet tombol yang ada di sana dan matanya memandang fokus pada layar benda itu, yang kemudian meletakkan benda pipih itu pada daun telinganya. “Hallo sayang, uang yang mami papi kirim masih kurang? Mami kirim lagi ya.” Anz menjauhkan benda pipih tersebut dari daun telinganya dan kemudian melihat layar itu kembali, terlihat tulisan sambungan terputus, tertera di sana. Hembusan napas panjang Anz lakukan.

Sedangkan di lain sisi, “kalian lihat Anz?” Tanya Albert yang mulai merasakan kekhawatiran, bingung mencari keberadaan Anz.

Suasana barak telalu berisik, mereka sibuk bermain gitar dan bernyanyi bersama, mereka duduk melingkar di lantai, di bagian tengah-tengah ruang. Abi tidak ikut bergabung, malah asik dengan buku bacaannya, menghentikan sejenak kegiatannya, menatap dalam pada Albert yang kebingungan keluar masuk barak. Suasana dingin tidak di rasakannya, malah lelehan dan cucuran keringat membasahi baju Albert.

“Al,” panggil Abi yang di tanggapi dengan tatapan kegelisan dan bertanya ada apa? “sudah periksa di kamar mandi? Mungkin Anz lagi berak!”

“Sudah.” Langkah Albert kembali ke luar mencari Anz.

Sedangkan di lain sisi Anz tiduran tenang di atas atap sana, tanpa mempedulikan suara nyanyian rekan-rekannya.

Kenapa kalian begini ma, pa, aku ini anak kalian atau apa sih? Monolog Anz dengan pandangan mata terus menatap langit.

Kasih dan sayang adalah dua hal yang berbeda. Kasih adalah memberi dan sayang juga memberi, namun dalam hal memberi ini bukanlah hal yang sama yang di beri. Kasih adalah memberi, memberi segala sesuatu dalam bentuk materi sedang definisi memberi dari sayang adalah memberi dalam bentuk memperhatikan, meluangkan waktu, dan memahami.

Kasih dan sayang selayaknya memberi dua hal yang berbeda dalam segi materi dan  waktu dengan mempertimbangkan bersamaan dan keseimbangan.

“ANZ,” Teriak lantang Albert sambil melangkahkan kakinya keluar barak.

Namun di lain sisi, Anz setelah mendapatkan kekecewaan dari suara salah satu orang tersayangnya, lantas memakaikan hand seat dan mengaktifkan radio dari hpnya dan memejamkan mata, merasakan resapan angin memasuki pori-pori kulitnya.

Hampir dua jam terlewatinya waktu, mata yang terpejam, terbuka perlahan. Anz menonaktifkan kembali radio di hpnya dan kemudian melepaskan hand seat yang terpasang di daun telinganya itu. Sayup-sayup pendengaran telinga Anz menangkap suara lirihan tangisan yang terasa begitu memilukan dan sesekali terdengar suara ratapan hanya dia semangat hidupku, aku tidak mau kehilangannya. Aku tidak mau kehingan lagi. Suara itu terulang-ulang terdengar berkali-kali.

1
Không có tên
Ceritanya bikin merinding, ga bisa lepas ya!
_Sebx_
Seneng banget nemu cerita sebaik ini, terus berkarya thor!
AcidFace
Jangan tinggalkan aku bersama rasa penasaran, thor! 😩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!