Follow ig author yuk🙌🏻 @hhnsaaa_
___
Dijodohkan memang tidak enak, maka dari itu Bella memilih jalan nya sendiri, dan untung nya Gevano menerima kenyataan itu dan memilih membantu Bella untuk menikah dengan lelaki pilihan nya.
Saat usai menikahkan Bella dengan lelaki yang di mau nya, Gevano pun mendapat keberuntungan yang begitu berharga dan sangat bernilai. Andina Putri.
Wanita 22 tahun, yang menjadi pelampiasan lelaki pilihan Bella, memilih untuk pasrah dan menerima takdir nya yang ditinggal pergi.
Tetapi tak berselang lama, datang bak pangeran berkuda, Gevano melamar nya.
Akankah mereka hidup bahagia? Sanggup kah Gevano dengan tingkah laku Andin yang begitu di luar kepala?
___
Cerita ini berdasarkan khayalan author semata jadi jangan baca deskripsi, cukup baca tiap bab dan jangan lupa tinggalin jejak berupa like & komen.
Mohon pengertiannya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hanisanisa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Usai mengurus pendaftaran pernikahan Gevano dan Andin.
"Kita ke makam Ibu dulu, kenalin suami mu ke Ibu" ujar Bapak Raka di angguki Andin dan Gevano.
"Setelah nya baru ke gereja terdekat" lanjut Bapak Raka lagi sembari melangkah menuju mobil.
...----------------...
Andin lebih dulu keluar dari mobil saat sudah sampai di area pemakaman.
"Ibu, Andin datang Bu.." lirih Andin langsung melangkah yakin masuk di susul Bapak Raka dan Gevano di belakang.
"Bunga hati ku, aku pulang.." gumam Bapak Raka langsung tertuju pada satu makam dengan tanda salib yang di hiasi berbagai bunga cantik.
"Andin udah lama nggak kesini, rumah Ibu tetap cantik ya" puji Andin sembari mengelus bunga yang ada di atas makam Ibu nya.
"Walau kita kesini tunggu bertahun-tahun, Bapak sering nyuruh orang buat ngerawat nya, jadi Andin nggak perlu khawatir" sahut Bapak Raka membuat Andin tersenyum manis.
"Ibu.. Andin selama ini di jaga sama Bapak dengan baik, Bapak nggak punya istri baru karna dia janji sama Ibu nggak akan duain Ibu apalagi cuek sama Andin" Andin terus bercerita hingga melupakan tujuan awal nya.
"Ini bunga kenapa jadi layu Bu? Andin siram ya" ucap Andin hendak mengambil botol air di belakang nya ia melirik Gevano dan tersadar tujuan utama nya.
"Oh ya Bu, Andin lupa kenalin satu orang lagi. Keasikan cerita sama Ibu sih hehe" Andin cengengesan lalu ia memegang tangan Gevano.
"Ini Gevano Bu.. Calon suami Andin, teman hidup Andin kelak jadi Bapak udah bukan teman Andin lagi. Ibu setuju nggak kalau Andin menikah?" ucap Andin terus mencoba mengenalkan Gevano pada Ibu nya.
Gevano tersenyum tipis mendengar kata-kata manis di sela ocehan Andin. Begitu juga dengan Bapak Raka.
Tiba-tiba bunga yang baru di siram dengan air menjadi mekar kembali dan mengeluarkan bau harum khas bunga melati putih.
"Ajaib, ini tanda nya Ibu setuju kah sama pernikahan ini? Atau.. Setuju sama calon nya nih" Andin kembali mengoceh dan memikirkan keajaiban yang tiba-tiba terjadi.
"Sama aja itu, kalau setuju sama calon nya berarti setuju juga kamu menikah" sahut Bapak Raka mengambil kesimpulan.
Andin mengangguk. "Kamu mau kenalan lebih dekat sama Ibu nggak?" tanya Andin kepada Gevano yang sejak tadi hanya diam.
Gevano nampak berpikir. "Aku nggak tau harus kenalan kayak gimana" ucap Gevano dengan jujur.
"Shalom Bu, saya Gevano Candra Banyu calon suami nya Andin. Saya akan buktiin kalau Andin bisa bahagia selama ada di tangan saya" ujar Gevano dengan raut serius.
Andin memperhatikan wajah Gevano yang fokus pada makam Ibu Dina. Hingga Gevano menatap Andin balik ia masih belum sadar.
"Ndin, jangan di liatin mulu calon mu itu, nggak akan kemana-mana dia, kan kamu pegang terus tangan nya" cetus Bapak Raka menyadarkan Andin.
"Hah?" cengo Andin segera melirik tangan nya yang memang benar memegang tangan Gevano.
Andin langsung menepis tangan nya dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa.
"Dia duluan yang pegang" elak Andin menutupi malu yang di perbuat nya sendiri.
Gevano terkekeh pelan. Terserah Andin lah mau menyalahkan nya, yang penting Gevano bisa melihat pipi Andin memerah lagi.
Andin kembali bercerita pada Ibu Dina tentang kehidupan nya yang selama ini dia jalani.
Hingga tak sadar hampir satu jam mereka berada di area pemakaman.
"Ndin, kita lanjut ke gereja terdekat ya, jangan kamu lupa itu" ucap Bapak Raka mengingatkan, di tambah cuaca mulai panas.
Andin mengangguk patuh. "Andin pergi dulu ya Bu, Andin janji akan sering-sering kesini Bu buat jenguk Ibu ku yang cantik ini" pamit Andin sembari mencium kayu nisan bertuliskan Andina Pangestu Puteri.
...----------------...
Sampai di gereja, ketiga nya menunggu pendeta datang untuk meminta berkat serta mengesahkan pernikahan mereka.
Setelah pendeta datang, mereka melangsungkan pernikahan secara tertutup dan tanpa mengundang siapapun. Itu permintaan Andin secara langsung.
Tapi Gevano berjanji akan membuat acara pernikahan mereka kelak dengan mewah, bahkan akan mengundang banyak kalangan.
Kini mereka telah resmi menjadi suami istri secara agama dan negara tentunya.
"Kita pulang ke rumah dulu ya, Bapak rindu rumah itu" ucap Bapak Raka di angguki Gevano dan Andin.
"Andin mau tidur di situ dulu ya, udah lama banget nggak ke rumah itu" ucap Andin menatap Gevano. Gevano mengangguk menyetujui nya.
Sesampainya di rumah kebesaran keluarga Andin. Gevano sempat terpukau, rumah keluarga istri nya ternyata bisa di bilang besar, dan mungkin hanya berbeda sedikit dengan rumah keluarga nya.
"Shalom!" pekik Andin saat membuka pintu dengan semangat.
"Shalom Nona Andin! Apa kabar Nona? Lama tak berjumpa" sahut salah satu pembantu dengan akrab.
"Kabar Andin baik, Andin habis dari makam Ibu juga tadi sama Bapak, sama suami Andin" balas Andin merangkul lengan Gevano memperkenalkan nya pada pembantu yang sudah ia anggap keluarga.
"Wah Nona sekali nya pulang bawa suami" ujar Bibi Fatih dengan tersenyum manis.
"Rumah ini nggak pernah berubah ya dari dulu, jadi kangen ngesot-ngesot di lantai deh" ucap Andin menatap sekeliling.
"Nanti ya Nona kalau mau ngesot-ngesot nya, belum di pel soalnya" sahut Bibi Fatih di angguki Andin.
"Tuan Raka nya mana Nona?" tanya Bibi Fatih tak melihat keberadaan Bapak Raka.
"Ada di luar lagi cek garasi mungkin" jawab Andin sampai melupakan Bapak nya sendiri.
Bibi Fatih mengangguk. "Nona sama suami Nona sudah makan?" tanya Bibi Fatih dengan lembut.
"Sudah Bi di jalan tadi sebelum ke makam Ibu" jawab Andin langsung bergelayut manja di lengan Bibi Fatih.
"Andin ke kamar dulu ya Bi, nanti Andin ceritain kehidupan Andin selama di desa" ucap Andin dengan suara manja nya.