Kelahiran Gara menjadi pertanda karena bertepatan dengan kematian Hybrid yang telah membawa malapetaka besar untuk daratan barat selama berabad-abad. Pertanda itu semakin mengkhawatirkan pihak kerajaan ketika ia belum mendapatkan jati dirinya diusia 7 tahun. Mendengar kabar itu, pemerintah INTI langsung turun tangan dan mengirimkan Pasukan 13 untuk membawanya ke Negeri Nitmedden. Namun Raja Charles menitahkan untuk tidak membawa Gara dan menjamin akan keselamatan bangsa Supernatural. Gara mengasingkan diri ke Akademi Negeri Danveurn di wilayah Astbourne untuk memulai pencarian jati dirinya.
Akankah Gara mendapatkan jati dirinya? Bagaimana kehidupan asramanya di Akademi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cutdiann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 19: SOMETHING THAT CAN'T BE FORCED.
Beberapa hari telah berlalu sejak kemunculan sifatku. Kami Aku belajar dengan baik, mebgikuti kelas-kelas yang ku perlukan hingga berlatih senjata bersama Mr. Chairoz.
Kami telah berlatih menggunakan busur, pedang, tombak dan banyak lainnya. Tentu saja, kami tidak benar menggunakan senjata sungguhan, kami menggunakan replika yang terbuat dari kayu.
Hati-hati telah kami lalui bersama, dan hari ini saat malam tiba, pada waktu bebas, aku dan anak-anak clan lain sedang berkumpul di pojok ruang tengah asrama, beberapa dari mereka masih sibuk dengan peralatan yang dimiliki. Benda-benda itu sendiri mereka dapatkan sebagai alat tambahan dari guru masing-masing.
Beberapa Wizard clan yang ada memperhatikan tongkat sihir mereka. Benda itu memiliki tampak yang indah, aku bisa dengan jelas melihat ukiran-ukiran unik di sana. Tapi kenyataannya tetap sama, mereka belum bisa menggunakannya. Beberapa kali mereka mengucapkan kata-kata rumit sebagai mantra tapi tidak ada yang terjadi. Meski begitu mereka bisa menggunakan gemstone untuk mengeluarkan kekuatan mereka.
Aku juga memperhatikan Mermaid clan dengan kerang mereka. Kerang itu sangat indah. Ini kedua kalinya aku melihat kerang, saat aku masih sangat kecil ketika ayah datang membawakannya. Saat itu kerang yang ayah bawa lebih kecil dari punya mereka. Kerang mereka berwarna putih seperti mutiara, tapi ketika terkena pantulan cahaya, dengan sangat jelas warna ungu dan sedikit manik-manik ada di sana. Aku tidak tau kegunaannya, tapi sesekali mereka mendekatkan kerang itu pada telinga mereka yang seketika berubah menjadi telinga para Mermaid. Sebagian dari mereka tersenyum, yang lain memasang wajah sedih. Apa yang mereka dengarkan, adalah sesuatu yang pasti aku tidak bisa dengar.
Para Angel clan memiliki sesuatu yang berbeda. Benda itu terbuat dari kaca, bulat seperti bulan, sama sekali tidak berisi. Benda itu diletakkan di atas sebuah besi dengan empat kaki penyangga yang memiliki ukiran indah untuk menjaganya tetap aman. Aku dengar dari kalimat-kalimat mereka, benda itulah yang dinamakan imortal crystal. Mereka juga mengatakan, satu Angel hanya bisa memiliki satu imortal crystal. Jika lebih dari itu, imortal crystal tidak akan bekerja untuk menyimpan jiwa-jiwa orang mati. Mereka bisa menggunakan imortal crystal yang lain ketika imortal crystal yang mereka miliki tidak berfungsi lagi. Castiel bilang, ketika benda itu sudah penuh dengan jiwa-jiwa orang mati, pemiliknya bisa membangkitkan sesuatu untuk hidup kembali.
Demon clan punya benda yang menarik perhatianku juga. Mereka mendapati sebuah cincin yang terbuat dari mutiara. Putih bersih, siapa saja bisa melihat kerlap-kerlip di sana. Awalnya aku pikir itu hanya hiasan tangan biasa. Namun ketika mereka memakainya, sesuatu terjadi. Bagi beberapa orang, cincin itu bisa menyesuaikan diri. Mereka tidak bisa dilepas. Mutiara putih yang tadinya indah berubah menjadi hitam pekat, seperti kegelapan malam, saat mereka mentransformasi tangan mereka menjadi tangan Demon. Sepertinya cincin itu memiliki kekuatan tersendiri yang aku juga tidak tau.
Sebuah kantong kain kecil adalah benda yang paling diperhatikan Fairy clan. Aku penasaran apa isinya. Ketika mereka memasukkan tangan kedalamnya, lalu keluar debu berwarna putih kekuningan. Mereka menaburkan debu-debu itu pada diri mereka sendiri, seketikanya mereka menghilang. Namun beberapa menit kemudian mereka kembali muncul. Aku dengar, itu adalah sparkle dusk. Debu-debu yang bisa membuat penggunanya menghilang.
Sedangkan Vampire clan, mereka memiliki degger seperti punyaku. Deggernya berbeda, tidak sepanjang punyaku. Anehnya, kenapa mereka harus memiliki tujuh degger yang serupa?
"Bagaimana cara kerjanya?" Tanyaku tertarik saat Andrea Nikolai si Vampire bangun dari kasur dengan salah satu degger miliknya di tangan.
"Beruntung aku menanyakan hal yang sama pada Mr. Samuel tadi sore. Vampire clan memiliki kecepatan yang hampir setara dengan Lycanthrope clan. Untuk membantu hal itu, penggunaan degger sangat akan membantu. Lagipula tidak memakan banyak tenaga. Hanya saja, penggunaan degger harus memiliki tumbal agar bisa berfungsi dengan benar. Penggunanya harus memperkenalkan degger pada bagian dari tubuhnya" kata Andrea seraya mengambil semua degger miliknya dan meletakkan benda itu di lantai.
"Dan apa yang akan kau lakukan?" Tanyaku.
Andrea mengambil sebuah gunting, lalu mengatur posisi kedua tangannya tepat di atas ketujuh degger miliknya. "Aku akan memulai ritualku. Pertama aku akan memperkenalkan deggerku pada darahku terlebih dahulu" hanya sedetik dia melukai telapak tangannya sendiri dengan gunting itu.
Bukan Andrea, atau Vampire lain yang ada di ruangan ini, tapi aku yang merasakan sesuatu. Mataku tertuju pada lukanya yang mengeluarkan darah-darah merah segar itu. Menetes dari ujung kulitnya, lalu terjatuh menuju degger-degger milik Andrea. Perlu beberapa menit sampai aku menyadari tenggorokanku memanas. Anehnya lagi, aku tau aku tidaklah lapar. Tapi, aku kehausan.
"Ah, ternyata rasanya seperih ini. Lalu, kalau tidak salah, degger-degger ini harus mengenai sinar bulan, dan setelahnya harus dibersihkan pada air mengalir. Terakhir aku hanya harus mengucapkan kalimat kuno ini, yang artinya adalah 'Kau berada dalam perintahku. Pergi ketika ada harapan, dan kembali ketika selesai.' Jujur saja itu terdengar seperti teka-teki" Andrea meletakkan catatan miliknya kembali ke depan saku celana, dan pergi membawa degger-degger miliknya.
Tanpa sadar aku menahan rasa hausku sendiri, dengan menggigit bibir bawahku kuat-kuat. Rasanya aku ingin mendapati darah-darah yang ku lihat dari luka Andrea, atau dari orang-orang yang tidak menginginkan luka. Mudah saja jika aku harus melukai mereka, hanya saja, aku menahan diriku sendiri.
Saga, apa yang terjadi padaku?
"Jujur saja, aku tidak tau. Sebaiknya jangan lakukan apapun di sini. Pergilah ketempat Chairoz dan katakan hal ini padanya."
Aku merasa pusing, seakan aku ingin tertidur dan sesuatu akan membangunkanku.
"Ada sesuatu yang ingin mengambil ahli tubuhmu. Aku akan membantumu tetap sadar, tahan rasa hausmu, dan pergilah ke tempat Chairoz."
Tanpa sepatah kata, aku hanya beranjak dari sofa mendadak dan berjalan keluar dari asrama. Aku hanya menghiraukan orang-orang yang bertanya: Kau akan kemana?
Semakin aku menahan, semakin aku mencium aroma yang tidak tertahankan. Itu aroma darah Andrea yang lebih dahulu keluar. Lalu melihat Andrea di lorong terbuka, tengah menghadap kearah bulan sabit di langit. Sepertinya hendak melanjutkan ritual itu.
Andrea menghentikanku dari banyaknya orang yang masih beraktifitas, "Kau akan kemana?"
Aroma itu semakin intens saat tangan Andrea yang terluka menyentuh bahuku. Aku pikir lukanya akan mengeluarkan darah seperti yang aku harapkan, bukan, tapi sesuatu yang ada dalam diriku harapkan. Aku bingung saat ini. Luka Andrea telah ia bersihkan, tapi aroma itu masih bisa ku cium dengan sangat jelas.
Aku menutup hidung dan mukutku, "Aku ingin ke ruangan Mr. Chairoz." Begitu saja aku meninggalkan Andrea dengan yang lain.
Aku berlari, dan akhirnya sampai di kantor Mr. Chairoz. Saat masuk, ternyata ia tidak sendirian, melainkan bersama rekan Hunter nya yang sedang minum-minum di sofa, sampai mereka semua sadar atas kehadiranku.
"Gara, ada apa denganmu?" Mr. Abraham sambil meletakkan botol-botol itu di meja. Sementara Mr. Chairoz menghampiriku.
"Guru..."
Sesaat sebelum aku tidak sadar, Mr. Samuel datang. Aku menutup mata dan terjatuh di tangan guru Chairoz. Tapi sedetik setelahnya aku kembali sadar, namun aku tidak bisa menggerakkan tubuhku.
Aku bangun dan menyeimbangkan diri. Diriku yang bergerak bebas ini memperhatikan setiap bagian dari tubuhku sendiri, lalu aku tiba-tiba bersuara, "Ini hebat!"
Itu pasti Saga. Dia yang mengambil alih tubuhku. Dia berbohong padaku.
"Hei, percayalah, aku tidak berbohong padamu. Sesuatu benar-benar ingin mengambil alih tubuhmu, tapi aku menghentikannya ketika kau tidak sadarkan diri. Untuk mengamankanmu, aku yang harus mengambil alih tubuhmu sementara waktu. Beruntung aku lebih cepat darinya."
Tidak hanya Mr. Chairoz, tapi seluruh orang yang ada di depanku terkejut. Kecuali Mr. Samuel.
" Gara, kau ingin tau sesuatu? Cobalah untuk memaksakan diri bergerak, sekuat yang kau bisa lakukan. Lalu kau akan melihat sesuatu yang hanya bisa kau lakukan."
Berbicara saja aku tidak bisa. Apalagi untuk bergerak.
"Coba saja, ini adalah trik yang tidak ada orang lain bisa lakukan. Kau akan berterima kasih padaku suatu saat karna aku memberitaumu hal ini."
Aku hanya berusaha menggerakkan diri, sampai aku tiba-tiba terjatuh ke tanah. Lalu aku bangun, dan melihat diriku sendiri di depanku. Dia benar-benar diriku, dengan pakaian yang sama, wajah yang sama, dan tubuh yang sama. Hanya saja, ketika aku melihat pada diriku sendiri, aku seperti ruang kosong yang tidak bisa menyentuh apa-apa.
"Kau hanya sebuah bentuk dari jiwamu sendiri. Ini hanyalah tubuh tanpa apa-apa. Jika aku tidak ada di sini, mungkin kau sudah dinyatakan mati oleh pria Hunter Angel itu."
Ini menakjubkan, meski sedikit ada kesan mengerikan. Tapi, Angel clan bisa melihat jiwa seseorang. Kenapa Mr. Michael tidak menyadari aku ada dilain sisi saat ini?
"Angel clan hanya tidak bisa melihat jiwa kita, kecuali kau berniat untuk menampakkan diri."
Aku memperhatian diriku sendiri yang saat ini di depanku. Dia adalah Saga. Karna manik mata kuning keemasan itu, hanya dimiliki olehnya. Dan tepat di bawah mataku, Saga memiliki garis hitam. Biasanya garis itu digunakan oleh perempuan kerajaan sebagai perhiasan. Ibuku kadang menggunakannya juga.
"Aku seperti ternostalgia akan sesuatu. Anak ini, ada sesuatu yang menganggunya. Sesuatu itu nyaris tidak bisa dikendalikan. Lebih tidak terkontrol dariku. Samuel Benicio, sepertinya kau tau akan kondisi anak ini. Beruntung sekali aku lebih cepat mengambil alih tubuhnya daripada sesuatu itu" ucap Saga sambil meletakkan keduatangannya di pinggang. Kenapa rasanya seperti dia mengenal semua orang disini?
"Kau, serigala Gara?" Tanya Mr. Chairoz.
"Sangat tidak sopan. Bukan itu yang terpenting. Gara sedang dalam kondisi seperti ini."
Mr. Arthur terlihat bersemangat, "Kau serupa dengan Gara, tapi kalian berbeda. Sangat bertolak belakang."
"Itu tidak mungkin. Di sini tidak ada satupun manusia, lalu bagaimana mungkin?" Gumam Mr. Samuel.
Aku sama sekali tidak mengerti, dan apa hubungannya dengan manusia?
Aku memperhatikan Saga, wajahnya yang kebingungan itu sangat bisa di baca, ia tengah memikirkan sesuatu. Sementara yang lain masih tidak mengerti.
"Apa maksudmu?" Mr. Chairoz menyela ketika Mr. Samuel hendak keluar ruangan.
"Sifat Vampire Gara mulai muncul."
Satu kalimat itu membuat aku dan semua orang terdiam kaku. Mr. Samuel pergi dan sedetik kemudian dia kembali untuk mengambil sebuah botol yang masih tertutup dan menghampiri Saga. Ketika ia membuka tutup botol itu, aroma yang berbeda seakan memenuhi indra penciumanku.
Botol itu berisikan darah, tapi jauh berbeda dengan darah Andrea. Lebih kuat, dan tajam. Aroma itu membuat tubuhku bergetar, tidak kuat menahan kehausanku yang kini bisa ku rasakan. Aneh, padahal aku hanya sebuah bentuk dari jiwaku sendiri, namun kenapa aku bisa merasakannya?
"Biarkan Gara meminumnya, dia akan baik-baik saja setelah itu" ucap Mr. Samuel sambil melihat Saga. Serigala itu melirikku, menatapku dengan tatapan khawatir.
"Aroma itu membuat sesuatu dalam dirimu semakin tidak terkendalikan. Jika kau tidak dengan cepat mengambil alih tubuhmu sendiri, dia akan mengambilnya. Ingat itu baik-baik. Aku hanya bisa membantumu sebelum saat itu terjadi."
Aku berjalan, mendekati Saga. Kemudian dengan sekejap aku kembali pada tubuhku sendiri. Ketika itu Mr. Samuel menyodorkan botol di tangannya padaku. Namun sebelum aku meraihnya, semuanya menjadi gelap. Rasanya seperti aku terjatuh ditanah.
Ini... Aku tidak sadarkan diri.
Apakah sesuatu itu sudah mengambil alih tubuhku saat ini?
"Serigala itu benar-benar keras kepala, aku tidak akan mengambil alih tubuhmh jika kau mendengarkanku."
Itu adalah suaraku. Aku berbalik, dan di sana diriku berada. Dia sedang menghampiriku dengan dua kaki yang sama. Manik mata itu... memiliki warna seperti darah. Manik mata itu seperti manik mata milik Vampire clan.
"Kau-"
"Gara, kau itu seorang Hybrid" dia menekan kata terakhir.
"Kau adalah... sisi Vampireku."
Dia menyeringai, lalu menghilang dari hadapanku. "Pada akhirnya, kau tidak akan bisa melawan dirimu sendiri."
Aku terkejut sambil membalikkan tubuh ketika suara itu membisik telingaku. Dia bisa berpindah tempat semudah itu. Lagipula, ini adalah alam bawah sadarku. Pastinya siapapun bisa melakukan hal sesuka hati.
"Aku bisa melawan Saga, aku juga bisa melawanmu."
"Hahaha, kau hanya akan mendapat rasa sakit."
Perkataannya membuat aku mengingat dihari sifat Lycanthrope ku muncul.
"Jika kau melawanku, mungkin kau akan merasakan sakit yang sama untuk kedua kalinya."
"Tidak ada manusia, itu hanya darah Andrea, kenapa kau bisa muncul?" Tanyaku.
"Kau pikir, kau adalah Vampire biasa? Tidak, Gara. Kau itu Hybrid. Segalanya berbeda. Kau bisa hidup tanpa manusia."
"Apa maksudmu?"
"Kau bisa meminum darah siapa saja."
Apakah itu sebabnya, aku bereaksi pada darah Andrea?
"Aku tidak ingin hal itu terjadi di sini, aku akan tetap melawan jika diharuskan meminum orang lain selain manusia" kataku.
"Sekali kau melawan, mungkin tidak hanya akan ada satu korban untuk dirimu. Pikirkan itu baik-baik."
Sial.
"Manusia, hanya manusia. Jangan pada clan lain, jangan pada orang-orang ini" ucapku mencari cara lain.
"Aku hanya memberitau padamu fakta jika kau terus memaksakan diri tidak meminum darah selain milik manusia. Di tempat ini tidak ada manusia. Mungkin kau bisa bertahan dengan darah manusia yang diperjual belikan dalam botol-botol itu. Tapi, bayangkan jika kau berada dalam satu kondisi ketika kau kehausan dan botol-botol yang kau miliki tidak tersisa sama sekali. Bukankah demi dirimu juga kau harus meminum darah clan-clan ini?"
Aku mengedipkan mata berkali-kali ketiga bayangan itu datang. Aku menatapi diriku sendiri di depan sana. Dia licik, tapi dia juga tidak salah.
"Jikapun kau melatih diri untuk melawan rasa itu, kau tidak akan bisa berlama-lama. Kau hanya akan merusak dirimu sendiri."
Dia berbalik, pergi meninggalkanku. "Kemana kau akan pergi?
"Membiarkanmu sadar kembali, kau kehausan 'kan?"
Begitu saja sampai aku tidak bisa melihat punggungnya lagi, ia ditelan kegelapan. Tiba-tiba aku merasakan sengatan listrik yang sama ketika saat bersama Saga dihutan. Aku tersadar. Penglihatanku awalanya kabur, namun perlahan dengan sangat jelas aku bisa melihat Mr. Chairoz dan lainnya bersamaku. Ternyata selama ini aku tidak sadarkan diri di tangan Mr. Chairoz. Aku masih tidak bisa mendengarkan mereka dengan baik. Namun, kefokusanku mulai bekerja bersamaan seluruh tubuhku ketika melihat botol yang dipegang Mr. Samuel.
Tanpa sadar, dengan cepat aku tebangun dari tangan Mr. Chairoz. Tapi ketika aku hendak berdiri, aku terjatuh karna kakiku yang rasanya seperti jeli, seperti aku tidak punya tenaga. Rasa hausku yang menjadi-jadi tidak menghentikan gerakanku. Aku merangkak menghampiri Mr. Samuel dua langkah, karna dirinya sendiri juga mendekatiku.
Tenggorokanku seperti terbakar oleh lava panas yang mengalir. Anehnya aku masih berusaha untuk menahan diriku. Sampai air mataku keluar begitu saja. Aku benar-benar tidak tahan akan rasa hausku sendiri.
Aku mengambil botol itu, dan mendudukkan diriku di atas tanah seraya menyatukan ujung botolnya pada bibirku. Aku meminum darah manusia ini, lalu seketika cairan itu membuat tenggorokanku menjadi normal. Panas itu seperti menghilang begitu saja. Aneh. Cairan ini membuat aku lebih tenang.
Aku merasa cukup puas, dan hampir menghabiskan satu botol penuh itu untuk diriku sendiri. Tatapanku hanya menatap tanah, sambil menyadari semua yang terjadi padaku. Kedua sifatku benar-benar sudah muncul dan ada pada diriku. Kedua sisi yang saling bertolak belakang, berbeda, namun mereka benar bahwa...
"Pada akhirnya, aku tidak akan bisa melawan diriku sendiri."