para pemuda yang memasuki hutan yang salah, lantaran mereka tak akan bisa pulang dalam keadaan bernyawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novita Ledo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Awal dari Kegelapan Baru
Beberapa tahun berlalu sejak peristiwa di Giripati. Hutan itu telah menjadi area terlarang, dihindari oleh siapa pun yang mendengar cerita tentang desa terkutuk tersebut. Namun, seperti banyak legenda lainnya, rasa penasaran manusia selalu menemukan jalannya.
Pada suatu hari, sekelompok arkeolog muda memutuskan untuk menjelajahi reruntuhan Giripati. Mereka beralasan bahwa hutan itu menyimpan sejarah kuno yang penting, dan mereka yakin mitos tentang kutukan hanyalah cerita rakyat belaka. Dipimpin oleh seorang pria ambisius bernama Dr. Adrian, kelompok itu membawa peralatan modern, bertekad menggali misteri yang tertinggal.
Ketika mereka tiba di pinggiran hutan, mereka menemukan tanda-tanda aneh: pohon-pohon mati dengan cabang yang patah, tanah yang lembap dan berbau busuk, serta suara-suara samar yang menyerupai rintihan. Salah satu anggota tim, seorang wanita bernama Mira, mulai merasa tidak nyaman. “Aku tidak suka tempat ini,” bisiknya. “Ada sesuatu yang salah.”
Dr. Adrian menepis ketakutannya. “Ini hanya ilusi. Jangan biarkan cerita-cerita kuno memengaruhimu.”
Namun, semakin jauh mereka masuk ke dalam hutan, semakin nyata kegelisahan Mira. Ia mulai melihat bayangan-bayangan di antara pepohonan, dan mendengar bisikan yang memanggil namanya. Ketika mereka akhirnya mencapai pusat hutan, mereka menemukan sesuatu yang tidak mereka duga: tunas pohon kecil yang tumbuh di tengah reruntuhan altar. Meski ukurannya kecil, aura yang dipancarkan tunas itu sangat mengerikan.
Adrian mendekat, mengamati tunas itu dengan takjub. “Luar biasa… Ini mungkin memiliki nilai sejarah yang tak ternilai. Kita harus membawanya kembali untuk penelitian.”
Namun, saat ia menyentuh tunas itu, tanah di sekitarnya mulai retak, dan akar-akar hitam muncul dari dalam tanah, menjalar dengan kecepatan luar biasa. Salah satu anggota tim, Rian, menjerit saat akar itu melilit kakinya, menariknya ke dalam tanah. Tidak ada yang sempat menolongnya.
“Kita harus pergi sekarang!” teriak Mira, tetapi Adrian tetap terpaku, matanya terpaku pada tunas yang kini bersinar merah gelap. Ia terlihat seperti berada di bawah pengaruh sesuatu. “Ini… ini bukan kutukan. Ini adalah kekuatan. Kekuatan yang bisa kita kendalikan!” katanya dengan suara gemetar.
Akar-akar itu semakin ganas, menyerang anggota tim satu per satu. Hanya Mira yang berhasil melarikan diri, berlari tanpa henti hingga ia keluar dari hutan. Ia jatuh di tanah dengan tubuh gemetar, tetapi ketika ia menoleh ke belakang, ia melihat sesuatu yang membuat darahnya membeku: tunas kecil itu kini telah tumbuh lebih besar, dan di atasnya, wajah Dr. Adrian muncul, matanya hitam pekat, tersenyum mengerikan.
Penyebaran Kegelapan
Hutan Giripati tidak lagi diam. Dalam waktu singkat, akar-akar hitam mulai menyebar ke desa-desa terdekat, menyerang tanaman, hewan, dan manusia. Penduduk desa mulai melaporkan kehilangan jiwa-jiwa mereka, tubuh mereka berubah menjadi kulit kayu yang keras, wajah mereka perlahan memudar seperti yang terjadi di Giripati dahulu.
Mira, satu-satunya yang selamat dari tim ekspedisi, mencoba memperingatkan dunia tentang apa yang terjadi, tetapi tidak ada yang mempercayainya. Mereka menganggapnya gila. Namun, ketika desa-desa di sekitar Giripati mulai lenyap satu per satu, kebenaran mulai terungkap.
Penduduk yang tersisa berkumpul di kota besar, berharap mereka aman dari pengaruh hutan. Tetapi kegelapan tidak mengenal batas. Kabut hitam yang dahulu menyelimuti Giripati kini menyusup ke kota, membawa bisikan yang sama. Orang-orang mulai bermimpi tentang pohon raksasa, tentang wajah-wajah yang menangis, dan tentang seorang gadis kecil yang terus tertawa.
Dalam mimpi itu, gadis itu menyampaikan pesan:
“Tidak ada tempat yang aman. Kalian semua akan menjadi bagian darinya.”
Siklus yang Tak Terhentikan
Mira memutuskan untuk kembali ke Giripati, meskipun ia tahu itu adalah perjalanan tanpa jalan kembali. Ia merasa bertanggung jawab untuk menghentikan apa yang telah dimulai oleh timnya. Dengan membawa buku-buku kuno yang ia temukan, ia mencari cara untuk menghancurkan tunas yang telah tumbuh menjadi pohon baru.
Ketika ia mencapai hutan, Mira terkejut melihat bahwa pohon baru itu telah menjadi hampir sebesar pohon raksasa sebelumnya. Wajah-wajah baru menghiasi batangnya, termasuk wajah Adrian, yang kini tampak puas dan penuh senyum. Akar-akar pohon itu bergerak dengan sadar, merentang seperti tentakel, mencengkeram apa pun yang mendekat.
Mira menemukan altar yang sama, tetapi kali ini tidak ada hati yang berdetak di dalamnya. Sebagai gantinya, ia melihat sebuah cermin kecil di tengah altar. Di dalam cermin itu, ia melihat bayangan dirinya—tetapi bukan dirinya yang sekarang. Itu adalah Mira yang telah berubah menjadi bagian dari pohon, matanya hitam, bibirnya bergerak-gerak tanpa suara.
“Kau tidak bisa menghentikan ini,” bisikan dari pohon itu berkata. “Siklus ini akan terus berjalan. Yang bisa kau lakukan hanyalah menerima takdirmu.”
Namun, Mira menolak menyerah. Dengan parang di tangannya, ia menyerang akar-akar yang mencoba menangkapnya. Ia tahu ini adalah pertarungannya yang terakhir. Ketika ia akhirnya mencapai cermin di altar, ia menghancurkannya dengan kekuatan terakhirnya.
Sebuah ledakan cahaya yang menyilaukan menyelimuti hutan, dan jeritan ribuan jiwa menggema, lebih keras dari sebelumnya. Pohon itu bergetar hebat, akar-akarnya terbakar, dan wajah-wajah di batangnya menghilang satu per satu.
Akhir atau Awal?
Ketika cahaya itu mereda, Mira tidak lagi ada. Hutan Giripati tampak sunyi kembali, tanpa jejak pohon raksasa atau altar. Penduduk desa-desa terdekat melaporkan bahwa kabut hitam telah menghilang, dan tidak ada lagi bisikan di malam hari.
Namun, di tempat altar itu pernah berdiri, sebuah tunas kecil kembali muncul, kali ini dengan daun yang berwarna merah gelap. Dan dari jauh, jika seseorang mendekat dengan cukup tenang, mereka mungkin masih bisa mendengar suara gadis kecil yang tertawa pelan, menyambut siklus baru kegelapan yang akan datang.
**