Mayang terpaksa harus menikah dengan Randi. Ia di jodohkan oleh ibu tiri nya pada pria arogan dan tempramen itu, demi bisa melunasi hutang kakak tiri nya bernama Sonya pada Randi.
Mayang menempati rumah orang tua Randi dan satu rumah dengan mertua juga kakak ipar nya yang sudah menikah.
Selama ini Mayang selalu di perlakukan semena-mena oleh suami dan keluarga suaminya. Kecuali Rion yang merupakan suami Lia, kakak ipar Randi.
"Mayang, kenapa kamu tidur di teras? Ayo masuk, disini dingin. Apa Randi yang melakukan ini?" ajak Rion, yang baru pulang dari bekerja. Ia terkejut melihat Mayang yang tidur meringkuk diatas lantai teras.
Mayang yang kaget mendengar suara bariton milik kakak iparnya langsung duduk dan menunduk malu. "Nggak papa mas! Aku takut mas Randi akan memarahiku, jika aku memaksa masuk dan tidur di dalam."
"Keterlaluan sekali Randi, bisa-bisa nya menyuruh istrinya tidur di luar, padahal di luar hujan deras." Rion menggertakkan rahangnya hingga menegas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Sesampainya di depan gedung firma milik Rion. Mayang menatap kagum pada gedung 7 lantai itu, terlihat sangat mewah dan elegant. Rion merubah konsep gedung ini sesuai selera Mayang.
Di atas gedung terdapat nama firma milik Rion. "Dewangga Law Firm"
Membaca nama firma milik Rion, Mayang tersenyum dan menyentuh dadanya.
Rion pernah menanyakan Mayang tentang interior dan desain gedung barunya. Mayang pikir usulnya hanya dianggap angin lalu, mengingat pembangunan gedung firma ini sudah seratus persen selesai ketika Rion meminta pendapatnya.
Namun kenyataannya, Rion benar-benar mengaplikasikan konsep yang ia katakan pada Rion. Menatap gedung itu dengan mata berkaca-kaca karena merasa Rion benar-benar tulus menyayanginya.
"Ah! Mas Rion memang yang terbaik!" gumam Mayang pelan, lalu mengusap airmatanya yang sedikit keluar. Lalu mulai berjalan untuk memasuki lobby.
Saat sampai di lobby, Mayang kembali dibuat tercengang. Karena bagian dalam lobby ini benar-benar indah. Dekorasi warna putih dan gold mendominasi. Seperti yang ia katakan beberapa waktu lalu.
"Ya ampun mas Rion nggak main-main ternyata. Dia benar-benar pakai desainku. Dengan uang semuanya terasa lebih mudah." gumam Mayang lagi.
Ia menatap sekeliling, dan melihat sofa berwarna putih yang berada di sudut gedung. Ia berjalan menuju sofa dan duduk disana. Kemudian mengambil ponselnya dari dalam tas untuk menghubungi Rion.
"Halo mas!" ucap Mayang setelah panggilannya terjawab.
"Aku sudah di lobby." lanjutnya.
"Sayang langsung ke lantai 7 ya." kata Rion. Dia mengulum senyum melihat Mayang dari CCTV yang terhubung ke layar komputernya.
"Hmm! Ya sudah."
Mayang kembali memasukkan ponselnya setelah panggilan terputus, dan berjalan menuju lift. Ia menekan lift untuk menuju ke lantai 7. Setelah lift terbuka, Mayang langsung masuk dan menekan lantai 7.
Bahkan lift nya pun berwarna gold. Ucap Mayang dalam hati. Tak butuh waktu lama, lift yang di naiki Mayang sudah sampai di lantai 7.
Dan saat terbuka, Mayang langsung di sambut oleh Rion yang berdiri dengan kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celana. Senyumnya yang terkulum membuat Mayang membeku sesaat.
Menatap ketampanan Rion yang menurutnya paripurna.
"Hei, malah bengong. Ayok!" Rion mengibaskan tangannya ke depan wajah Mayang.
"Eeh. I-iya. Heheh." mayang langsung meraih tangan Rion yang menyambutnya.
Mereka berjalan dengan Rion menggamit pinggang Mayang mesra.
"Mas! Kenapa disini sepi?" tanya Mayang dengan mata menatap seisi bangunan lantai 7.
"Disini lantai khusus untukku. Ruang kerjaku ada di lantai 6." Kata Rion gemas menatap wajah polos Mayang.
Ia membawa Mayang masuk ke dalam kamar miliknya. Kamar untuk beristirahat ketika ia lelah atau malas pulang ke rumah. Di lantai 7 hanya ada kamar miliknya dan pantry khusus. Ada juga ruang terbuka di bagian balkon dengan pemandangan kota jakarta. Disini juga terdapat sofa untuk menerima tamu, dan ruang televisi. Benar-benar Rion buat seperti rumah.
"Kok kekamar sih?" ucap Mayang dengan wajah malu. Hingga membuat pipinya bersemu merah.
Rion menatapnya gemas karena Mayang masih saja malu-malu dengannya, meskipun mereka pernah beberapa kali berc*nta.
Ia mengambil remot yang tertempel di dinding lalu menekannya. Sehingga membuat dinding kaca transparan penyekat kamar itu menjadi buram.
Mayang di buat tercengang dengan hal itu. "Maas!"
"Apa! Hmm!" Rion memeluk Mayang dan menciumi lehernya, menghisap aroma tubuh Mayang yang membuatnya candu. Ia mendorong tubuh Mayang hingga ke ranjang dan merebahkannya.
"Sore nanti aku akan berangkat ke Jogja, seminggu kedepan kita tidak bisa bertemu." ucap Rion, ketika berada diatas tubuh Mayang. Ia mengusap pipi Mayang dengan jempolnya dan berakhir mengusap bibir ranum milik Mayang yang membuatnya candu.
Nafas Mayang naik-turun sebab hasratnya sudah memuncak. Karena hisapan Rion di lehernya, membuat lehernya saat ini menjadi merah. Terlebih ia merasakan senjata milik Rion sudah mengembang sempurna.
"Mau sampai kapan kita seperti ini mas?" tanya Mayang. Meskipun ia mencintai Rion, rasanya tidak ingin terus-menerus seperti ini. Menjalin hubungan tanpa kejelasan, padahal mereka sudah beberapa kali berhubungan suami istri.
"Sampai kamu siap untuk menikah, jangan memintaku untuk berhenti menyentuhmu. Karena itu tidak akan mungkin bisa aku lakukan." jawab Rion dengan suara serak karena berhasrat.
Mayang memang belum siap untuk kembali menikah, rasa traumanya menjadi istri Randy. Membuatnya dilanda ketakutan akan menerima perlakuan yang sama dari Rion.
Tapi setelah beberapa bulan menjalin hubungan dengan Rion, dan melihat penerimaan keluarga Rion terhadapnya. Membuatnya berpikir ulang. Ia tidak ingin terus menerus berbuat dosa bersama Rion seperti ini.
"Kalau begitu,,,"
Tok
Tok
Tok
Ucapan Mayang terpotong, karena terdengar ketukan pintu. "Tunggu sebentar ya." kata Rion, lalu mengecup singkat bibir Mayang. Ia bangkit dari atas tubuh Mayang dan membuka pintu dan berdiri di tengah-tengah pintu yang terbuka sedikit.
"Ada apa?" tanya Rion dengan suara dingin.
"Ada tuan Lutfi ingin bertemu anda Tuan." jawab sang asisten.
"Argh! Sialan! Mengganggu saja." ucap Rion frustasi.
"Dimana dia?" lanjutnya lagi.
"Di ruangan anda tuan."
"Ya sudah. Aku kesana."
Rion menutup pintunya lagi, dan mendekati Mayang.
Ia menatap Mayang yang juga menatapnya sayu. "Sayang! Bang Lutfi datang. Aku temui sebentar ya."
"Hmm!" jawab Mayang dengan mengangguk dan tersenyum.
"Tapi aku sudah sangat ingin." rengek Rion. Ia kembali duduk di tepi ranjang dan meraba-raba tubuh Mayang.
"Sudah sana temui dulu. Aku tunggu disini."
"Hhh! Baiklah. Kita akan temui dia sebentar. Kamu ikut ya, aku akan mengenalkanmu dengannya. Kamu belum pernah bertemu dengan Abang ku kan."