Amora Kiyoko, seorang gadis yatim piatu yang lembut hati, menjalani hidup penuh cobaan. Ia tinggal bersama bibinya, Tessa, dan sepupunya, Keyla, yang memperlakukannya dengan kejam.
Di tempat lain, Arhan Saskara, CEO muda PT Saskara Group, tengah menghadapi masalah di perusahaannya. Sikapnya yang dingin dan tegas membuat semua orang segan, kecuali sahabatnya, Galang Frederick.
Hari itu, ia ada pertemuan penting di sebuah restoran, tempat di mana Amora baru saja bekerja sebagai pelayan.
Namun, saat hendak menyajikan kopi untuk Arhan, Amora tanpa sengaja menumpahkannya ke tangan pria itu. Arhan meringis menahan sakit, sementara Galang memarahi Amora, "Kau ini bisa kerja atau tidak?!"
Penasaran kelanjutan cerita nya, yuk ikuti terus kisahnya, beri dukungan dan votenya🙏🏻😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Up 23
Zeline menggeleng cepat. “Jangan bercanda! Selama di Jepang, dia selalu video call sama aku, dan dia terlihat baik-baik saja. Mana mungkin dia sakit?!”
“Aku tahu ini sulit dipercaya. Awalnya aku dan Arhan juga tidak yakin, tapi itulah kenyataannya,” jawab Galang menunduk.
Zeline menutup mulutnya, air matanya mulai jatuh. “Tidak mungkin... Tidak mungkin... Kenapa nasib buruk selalu menimpa Amora? Hiks… Hiks...”
Galang memeluk Zeline erat. “Jangan menangis, Zel. Kita harus kuat untuk Amora. Kalau kita terlihat sedih, dia akan semakin terpuruk.”
Zeline mengusap air matanya. “Kamu benar. Aku nggak boleh cengeng. Aku harus kuat untuk Amora.”
Galang tersenyum kecil. “Itu baru calon istriku. Sekarang aku antar kamu pulang, ya. Sudah malam.”
Zeline mengangguk pelan. “Ehmm.”
Di mansion, Arhan sedang makan malam bersama Amora.
“Kak, kenapa makanannya banyak banget, padahal kita cuma berdua?” tanya Amora bingung.
“Ini semua buat kamu, Sayang,” jawab Arhan sambil tersenyum.
“Ha? Kakak serius? Mana mungkin aku bisa menghabiskan semuanya!” protes Amora.
“Hehe... Pilih saja yang kamu suka, Ara Sayang,” ujar Arhan santai.
“Terus, yang lain mau Kakak apain?”
“Buang.”
“Kak!” Amora menatap Arhan dengan ekspresi tak percaya.
“Ada apa, Sayang?”
“Kenapa harus dibuang? Kita itu nggak boleh membuang-buang makanan. Tunggu sebentar!” Amora bangkit dari kursinya.
“Mau ke mana?” tanya Arhan heran.
Amora kembali dengan para pengawal mansion.
“Sayang, kenapa kamu bawa mereka?”
“Makan bersama kita,” jawab Amora santai.
“Hah?” Arhan tampak terkejut.
“Ayolah. Daripada makanannya Kakak buang.”
Arhan akhirnya menyerah. “Baiklah. Kalian duduklah dan makanlah.”
“Terima kasih, Kak.” Amora tiba-tiba mengecup pipi Arhan di depan para pengawal, membuat pria itu terdiam dengan mata membelalak.
“Siap, Tuan. Terima kasih,” ucap salah satu pengawal dengan kikuk sebelum mulai makan.
Amora tersenyum puas. “Kak, aku sudah kenyang.”
“Baiklah. Ayo kita istirahat di kamar,” ajak Arhan.
“Iya, Kak.”
Di kamar utama, Amora duduk di tepi ranjang sambil memandang Arhan.
“Kak,” panggilnya pelan.
“Ya?”
“Apa kita memang harus tidur sekamar?”
Arhan mendekat, menatap Amora lembut. “Aku ingin menjagamu, Sayang. Aku janji tidak akan macam-macam.”
“Aku tidak berpikir seperti itu, Kak,” jawab Amora malu-malu.
Arhan tersenyum. “Minum obat dulu, ya, Sayang.”
“Iya.”
“Sayang, besok kita ke rumah sakit, ya,” kata Arhan sambil duduk di sampingnya.
“Ngapain ke Rumah Sakit?”
“Supaya kita tahu perkembangan kesehatanmu dan kapan kamu bisa mulai kemoterapi.”
Amora menggeleng. “Aku takut, Kak.”
“Kenapa harus takut, Sayang? Aku akan selalu di sampingmu,” ucap Arhan menenangkan.
“Tapi…”
“Semua akan baik-baik saja. Sekarang tidurlah, aku akan menjagamu,” kata Arhan sambil menepuk pelan pundaknya.
Amora akhirnya merebahkan diri, lalu perlahan tertidur. Tak lama kemudian, Arhan pun ikut terlelap di sampingnya.
Di pagi hari...
Amora memandang Arhan yang sibuk menyiapkan sesuatu. “Kakak nggak ke kantor?”
Arhan tersenyum tipis. “Tidak, Sayang. Ingat, hari ini kita ke rumah sakit.”
“Harus hari ini, Kak?” tanya Amora dengan nada ragu.
“Iya, Sayang. Lebih cepat lebih baik,” ujar Arhan lembut.
Amora mengangguk kecil. “Baiklah, aku akan bersiap.”
Di rumah sakit, dokter menyambut mereka dengan ramah.
“Selamat datang, Tuan Saskara,” sapanya.
Arhan langsung menatap dokter dengan penuh harapan. “Dokter, saya yakin Anda bisa menyembuhkan calon istri saya.”
Dokter tersenyum. “Anda rupanya pandai memilih calon istri. Nona Amora, mari kita mulai pemeriksaannya.”
Amora menggenggam tangan Arhan erat. “Kak...”
Arhan menepuk tangannya lembut. “Tenanglah, Sayang. Aku di sini.”
Beberapa menit kemudian, dokter kembali dengan hasil pemeriksaan.
“Bagaimana, Dok?” tanya Arhan cemas.
“Kita bisa melakukan kemoterapi dua minggu sekali, Tuan. Jika memungkinkan, kita mulai hari ini.”
“Lakukan yang terbaik,” jawab Arhan tanpa ragu.
Kemoterapi berlangsung beberapa jam. Setelah selesai, meski dokter menyarankan Amora dirawat, dia bersikeras ingin pulang, dan Arhan terpaksa menuruti keinginannya
mohon dukungan like dan vote nya 🙏🏻😁