di mana ia tidak pernah menyangka bahwa hidup nya akan mengalami perubahan yang sangat besar,
Di awali dengan hancurnya sebuah karir yang ia bangun selama ini hingga di campakkan oleh tunangannya begitu saja tanpa suatu alasan yang jelas,
Alea, merupakan seorang wanita karir berusia 25 tahun dan hidup sebatang kara, tanpa sanak saudara, tinggal dan di besarkan di panti asuhan dan tak pernah ada yang mencari ataupun mengadopsi nya sebagai anak angkat membuat Alea sudah terbiasa menganggap dirinya sebagai yatim piatu dan hanya menganggap orang-orang di panti asuhan sebagai keluarga nya
Klik untuk 👉🏻 (lanjutkan membaca)🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mey Andani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15
Huft... Aku benar-benar merasakan darah ku seolah berhenti mengalir, suara yang begitu merdu baru saja berbisik di telingaku, baru saja aku akan terbawa suasana, tiba-tiba saja sebuah suara mengagetkan ku dan Daniel
"Ekhemm, ekhem!!"
Ku pikir Bu Nami sengaja berdehem untuk mengingatkan kami kalau dia masih berada di tempat yang sama
Dia menghampiri ku, aku ingin bertanya apa yang akan dia lakukan, namun tiba-tiba dia mengambil spatula yang ada di tanganku dengan paksa sambil tersenyum
"Sini biar ibu yang lanjutkan masak, sebaiknya kalian kembali ke kamar saja, lagian di luar juga masih gelap kok" kata Bu Nami sambil mengulum senyum
"Tapi Bu, aku....-
Aku tak bisa berbuat apa-apa kecuali pasrah saat Bu Nami mendorong tubuhku pelan dengan maksud agar aku menjauh
Ku lihat sekilas dia seperti memberikan sebuah kode pada Daniel, namun aku tidak mengerti apa maksud nya
Daniel menarik tangan ku dan membawaku ke kamar, namun itu bukan kamarnya melainkan kamarku sendiri
"Ma-mau ngapain ke kamar, itu i-ibu..." aku ingin menghentikan daniel namun dia lebih dulu menutup pintu kamar dan menguncinya
"Ma- mas, kita mau ngapain?!" tanyaku yang sok polos
sangat jauh di luar ekspektasi ku, mas Daniel langsung menyerang ku tanpa memberi celah sedikitpun pun, dia menci*um ku dan melum4t bibirku dengan beringas, aku yang sebelumnya tak memiliki persiapan sama sekali, sampai kewalahan menghadapinya
setelah beberapa saat aku kehabisan nafas dan memaksa mendorong tubuhnya, mas Daniel melihatku telah mengambil nafas yang cukup, lagi-lagi dia tidak memberikan kesempatan kedua untuk mu,
Untuk beberapa saat kami saling terhanyut dalam gair4h yang mulai memanas, aku dengan kesadaran penuh, merasa berat berada di situasi ini, namun anehnya aku tidak bisa menolak perlakuan mas Daniel terhadapku
ku rasakan tangan mas Daniel mulai liar, dia meraba bagian tu6uh ku, saat tangan nya hampir sampai di bagian sensitif ku, dengan cepat aku langsung menghentikan nya
Dia menghentikan lum4tan nya hingga tautan bibir kami terlepas, dia menatapku seolah bertanya, mengapa aku menghentikannya
Aku menatapnya dengan tatapan penuh harap, aku menggeleng kan kepalaku perlahan, berharap dia mengerti bahwa aku tidak ingin pergi terlalu jauh lagi, bukan aku bermaksud menolaknya, aku sadar bahwa hubungan ini tidak seharusnya terjadi, dan tidak akan pernah terjadi sama sekali, karna aku bukan kak Nira dan Daniel adalah kakak iparku
"Kenapa?!" tanya mas Daniel dengan suara serak
"Aku belum siap!" jawabku sekena nya
"Bukankah kita sudah menikah, dan sekarang sudah lebih dari empat tahun usia pernikahan kita, lalu apa lagi yang ingin kau tunggu?!" tanya nya
Sementara kini posisi kami masih dalam keadaan dia berada di atasku
"Aku...-
Belum sempat aku menjawab nya, mas Daniel kembali menyerang ku dengan ciuman ganas nya, aku tidak bisa terima sehingga kali ini aku memberontak dengan mendorong nya paksa agar menjauh dariku
Dia sudah berhasil ku kalahkan, ku lihat dia berbaring telentang di sampingku, nafasnya yang kian memburu karna hasrat yang mungkin sudah membara namun kini dengan terpaksa harus ditunda
"Kenapa?!" tanya nya dengan nada bicara yang masih serak dan nafas yang Terengah-engah
"Maafkan aku" untuk sementara ini hanya kata itu yang bisa ku ucapkan dari mulutku
"Bukankah kamu juga menginginkan nya sejak lama, kamu bilang, kamu ingin punya anak dengan ku?!" tanya nya dengan nada yang dingin
"Aku tau, tapi ini terlalu mendadak bagiku" jawabku lirih
dia tak langsung menjawab, ku lihat dari ekor mataku, dia masih menatap langit-langit kamar, nafasnya sudah mulai teratur kembali
Untuk sesaat kami saling terhanyut dalam keheningan, namun tak lama kemudian Mas Daniel bangun dan duduk di tepi ranjang
"Baiklah, aku akan memberikan waktu untuk mu, lagi pula hari sudah mulai terang, sebaiknya aku akan membantu mu membereskan barang-barang mu, sebelum papa datang dan mengetahui kalau selama ini kita tidur di kamar yang terpisah"
"Baik lah" jawabku cepat, aku ingin bangun dari tempat tidur namun agak kesulitan karna tubuhku yang sedikit kaku, mungkin karena sebelumnya mas Daniel yang menindih ku, mas Daniel menyadari nya dan dia membantuku untuk bangun dengan mengulurkan tangannya
kami berdua pun mulai membereskan barang-barang ku satu persatu dan segera memindahkannya ke kamar mas Daniel, tak lama kemudian Bu Nami juga datang membantu setelah ia menyelesaikan pekerjaan dapurnya
"Bu, tolong pastikan lagi agar tidak ada satupun barang Nira yang tertinggal di kamarnya!" kata mas Daniel
"Iya Daniel, nanti ibu akan cek lagi!" jawab Bu Nami
"Gak usah! barusan aku udah cek kok mas, semua nya udah beres" sahut ku
"Kamu yakin?!" tanya mas Daniel yang mencoba memastikan lagi
"Yakin kok!, orang tadi aku baru aja dari kamar, lagian kan gak ada yang lebih tau tentang barang-barang ku selain aku sendiri"
"Ya, ya, ya... istriku memang benar!" kata mas Daniel sambil mengangguk-anggukkan kepalanya
Aku dan mas Daniel sedang merapikan sisa-sisa barang lainnya sambil sesekali bercanda dan tertawa Tanpa kami sadari, sepasang mata kini tengah memperhatikan kami
Astaga... bisa-bisa nya aku sampai melupakan kalau ada Bu Nami juga di sini
"Ekhemm,..!!"
Mendengar suara itu, aku dan mas Daniel spontan langsung melihat kearah nya, kami saling menatap satu sama lain saat menyadari ada Bu Nami yang sedang memperhatikan tingkah kami berdua, aku pun tersipu menundukkan wajahnya ku
"Ah- hehee, maaf Bu, aku lupa kalau masih ada ibu di sini" kata mas Daniel sambil menggaruk-garuk tengkuknya yang jelas-jelas tidak gatal
"Gak papa, ibu biasa aja kok, lagian ibu senang lihat kalian yang akhir-akhir ini sudah tidak lagi bertengkar" kata Bu Nami sambil tersenyum
"Kalo biasanya kan tiap hari ibu liatnya kalian bertengkar terus, kalo sekarang kayak adem banget ibu Liat nya" sambung nya
"Ck... Mana ada sih Bu, itu kan udah jadi masa lalu, sekarang mah, aku sama Nira mau belajar berdamai aja, lagian kita kan udah menikah empat tahun lebih, jadi gak ada salahnya belajar untuk membina hubungan dengan baik" kata mas Daniel
"Ya bagus itu,! ibu sangat setuju sama kalian, lagian kenapa gak dari dulu aja belajarnya, mungkin sekarang kalian pasti udah momong anak" kata Bu Nami
Aku menatap mas Daniel begitupun dengan dia yang juga menatapku, entah apa yang dipikirkan nya, seperti nya kami telah terhanyut dalam pikiran masing-masing
.
.
.
BERSAMBUNG
maaf jika saya lacang, thor
ini kan keluargany daniel... spt tahu keluarga aditya malah sebalikny...
bukti, masak cuman dpt photo yg backgroundny hotel aja sdh memutuskn pertunangan tanpa menerima penjelada alea