Sebuah cerita horor yang mengikuti petualangan tiga orang sahabat sejati Maxim, Alexa Dan Leo yang tinggal diDesa Batu Chadas yang terletak diHolland Tengah. Pada malam Halloween tiba mereka memutuskan untuk menyelidiki sebuah Rumah Tua yang terkenal angker dan dihuni oleh penyihir yang bernama Hiltja. Ketiga nya terdorong rasa ingin tahu untuk menemukan bukti yang katanya dirumah tua itu terdapat sebuah kutukan yang berhubungan dengan dunia kegelapan. Setelah mereka berhasil mengungkapkan misteri rumah tua itu. Mereka menyadari bahwa rumah tua bukan hanya berhantu saja. Melainkan bisa menghubungkan dunia lain. yaitu Dunia manusia dan roh. yang memprediksi tentang kebangkitan roh roh jahat yang bisa membuat manusia diambang kehancuran antara hidup dan mati.
Bagaimana kah kelanjutan kisah ini. nantikan kelanjutan nya..
pesan moral yang bisa ambil. Dengan ketulusan dalam persahabatan bisa mengalahkan semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wida_Ast Jcy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15. MUSNAH NYA ALTAR
Maxim melangkah maju, mengangkat pisau perak di tangannya. "Kamu seharusnya tidak ada di sini," katanya tegas, meski suaranya bergetar sedikit.
"Tempat kalian bukan disini. Kalian harus pergi. "ucap maxim dengan berani.
"Kami sudah menghancurkan gerbangmu. Tidak ada lagi tempat bagimu di dunia ini." ucap maxim
Hiltja tertawa rendah, suara itu menggema seperti denting lonceng kematian.
Hihihi... Kalian sungguh berani. kalian sangat bernyali untuk menghancurkan ku. hihihihi... tawa Hiltja.
“Gerbang itu hanyalah awal, anak kecil. Hihihi.... suara Hiltja.
"Aku pasti punya jalan untuk masuk ke dunia kalian. Hihihi.... tawa Hiltja.
"Kalian kira aku membutuhkan cermin untuk memasuki dunia manusia??? tentu tidaakkk. Justru yang kalian lakukan akan membangunkan roh roh yang lebih kuat. Hihihihi.... tawa Hiltja.
"Sesuatu benda yang kalian pun tak akan faham sendiri. Hihihi.. tawa Hiltja.
"Leo menatap Hiltja dengan penuh kemarahan. “Kalau begitu, kenapa kamu tidak menyelesaikannya sekarang juga, hah? " jawap Leo menantang padahal dia pun sebenarnya ketakutan.
"Kenapa hanya mengancam?” kalau kamu mau menguasai dunia manusia. Kenapa kamu tidak lakukan sekarang ha?? "ucap nya lagi Leo penuh ambisi dan menantang.
Hiltja menoleh ke arah Leo, senyumnya semakin lebar. “Karena aku ingin kalian merasakan penderitaan terlebih dahulu. Kalian adalah permainan yang menyenangkan bagi kami.” Hihihi... tawa Hiltja.
"Manusia akan ketakutan. Manusia akan khawatir. Manusia akan gelisah.. itu yang kami ingin kan. hihihi...tawa Hiltja.
"Dengan perlahan perlahan Kehidupan manusia akan porak poranda dan kalian akan ketakutan. Dan kalian akan hancur dan musnah. Hihihi..... tawa Hiltja.
Maxim memutar otaknya dengan cepat, matanya terpaku pada altar hitam yang kini menjadi pusat perhatian. Dia berusaha mencari cara untuk memusnahkan altar itu.
“Dia terhubung dengan altar itu,” bisiknya kepada Alexa dan Leo.
“Kita harus menghancurkan nya. Itu satu-satunya cara untuk melemahkannya.”Buat sementara. Walaupun kita tahu dia tidak akan musnah selamanya."bisik maxim kepada Leo dan Alexa.
"Hanya cara ini yang kita bisa lakukan sekarang. "ujar nya dengan tegas.
Alexa menelan ludah, matanya tak lepas dari sosok Hiltja. “Bagaimana caranya? " tanya lexa.
"Energinya begitu kuat, bahkan mendekati altar saja terasa seperti masuk ke dalam neraka.” tanya nya lagi.
Maxim menggenggam pisau peraknya lebih erat. “Kita harus mencobanya bersama-sama. Kalau tidak, kita semua akan mati di sini. "jawab maxim.
“Kalian tidak punya tempat untuk lari,” kata Hiltja, suaranya dingin seperti es.
“Kalian akan menjadi milikku, satu per satu.” Hihihihi....
"Kalian tidak akan bisa mengusir ku. Dirumah ku sendiri. Hihihihi.... tawa Hiltja.
Leo meraih sebuah lilin tua yang ada di dekatnya, mencoba mengalihkan perhatian Hiltja.
“Kalau begitu, kenapa tidak mulai dariku?” teriaknya, melempar lilin itu ke arah sosok gelap tersebut.
Lilin itu tidak melukai Hiltja, tetapi usahanya berhasil. Hiltja berbalik ke arah Leo dengan tatapan penuh kemarahan.
“Sungguh keberanian bodoh,” katanya, sebelum melangkah lebih cepat ke arahnya.
"Kalian mau bermain main dengan ku. Hihihihi.. tawa Hiltja dengan amarah nya yang memuncak.
“Maxim, cepat!” teriak Alexa, mengayunkan sebuah kayu tua untuk menangkis salah satu bayangan yang mendekat.
Maxim mencapai altar itu, mengangkat pisaunya tinggi-tinggi. Tetapi sebelum ia bisa menusuk altar, sebuah kekuatan tak terlihat menghentikannya. Hiltja melesat cepat, melepaskan Leo dan muncul tepat di depan Maxim.
“Kamu pikir kamu bisa menghancurkan ini?” suara Hiltja menjadi seperti raungan yang memenuhi ruangan.
“Kekuatan ini lebih tua dari kehidupan itu sendiri!” Kalian tidak akan bisa memusnahkan aku. Hihihi...tawa Hiltja dengan sombong.
" Aku ingin kalian yang menderita. Aku ingin kalian tersiksa. Aku ingin kalian merasakan apa yang aku rasakan bocah tegikkk. Hihihihi... tawa Hiltja bertambah marah dan ganas.
Tetapi sebelum Hiltja sempat menyerang Maxim, Alexa melompat maju dengan sisa keberaniannya. Ia menyentuh altar dengan tangan kosong, meskipun energi gelap langsung membakar kulitnya. Dengan napas terengah-engah, ia berteriak, “Maxim, sekarang!”
Maxim tidak ragu lagi. Ia menusukkan pisau peraknya ke tengah altar, tepat pada simbol utama yang terpahat di atasnya. Altar itu bergetar hebat, retakan-retakan besar mulai muncul, dan cahaya terang meledak dari dalamnya.
Duaaarrrrrrrrrrr..... Duaaarrrrrrrrr......suara ledakan yang dasyat.
"Aaarrrkkkkkkkkk..... Aarrrkkkkkk... suara pekik Hiltja.
Hiltja menjerit keras, suara nya begitu melengking hingga membuat telinga mereka berdenging. Aroma hangus dan rasa dingin yang menusuk masih tersisa di udara. Dengan sekalipun mata ia pun hilang dengan bayangan hitam yang lain.
Dan Alexa jatuh terduduk di lantai, napasnya tersengal-sengal. Tangannya yang terbakar terasa perih, tetapi ia tidak peduli.
“Apakah... ini sudah selesai?” tanyanya dengan suara pelan.
Maxim melihat ke arah altar yang kini hancur menjadi puing-puing. serpihan.
“Aku nggak tahu,” jawabnya jujur.
“Tapi kita berhasil menghancurkan pusat kekuatan nya. Setidak nya kita sudah membuat dia pergi buat sementara. Kita berhasil...kita berhasil lexa. ”ucap Maxim girang.
Leo, yang terlihat lelah dan penuh luka, berjalan mendekat. “Kalau ini belum selesai, kayak nya aku serius mau pindah ke kota saja. Pergi jauh dari desa ini.”ucap Leo meledek.
Mereka bertiga tertawa mendengar ucapan Leo.
"Aku tahu pun ingin hanya sementara saja. Setidak nya aku mau refreshing biar tenang dulu otak ku ini. "ucap Leo lagi.
Jauh disudut hati mereka. Bahwa ini hanya bersifat sementara. Memang ini belum sepenuhnya berakhir. Ini hanya sementara. Hiltja kapan saja dia suka pasti dia akan kembali. Iblis seperti dia pasti ada cara untuk menakuti manusia. Selagi mereka betul betul menemukan cara untuk memusnahkan dia. Selama itu dia pasti akan kembali. Dan kegelapan mungkin sekarang terkalahkan.
Mereka bertiga pun jalan keluar meninggal kan rumah tua itu. Dengan puing puing altar dan sisa dia pecahan nya. Ehhhhmmmm... Untuk kedua kalinya kita semua masih selamat. "ucap mereka berbarengan.
Terlihat matahari yang terbit dari atas perbukitan. terasa asri dan sejuk. Sejuk layak nya kehidupan baru telah muncul kembali. mereka bertiga pun menghela nafas.
"Kita telah menang kembali. Apakah kita akan tenang dalam beberapa hari??? tanya Leo.
"Yah semoga saja. Aku mau kita hidup jauh dari bayang bayang bayang Hiltja. " jawap lexa.
"Aku berharap kali ini. Dia memberi kita kesempatan untuk menikmati hidup dulu. hahhaha... "ucap maxim dengan meledek.
Harapan baru didepan mata telah pun datang. walaupun mereka tahu. Apapun halangan yang datang lagi dengan kekuatan dan kesetiaan yang mereka miliki. Mereka percaya pasti bisa mengalahkan segala kekuatan jahat seperti apa pun itu. Dengan bersama sama mereka pasti tak terkalahkan kan. Mereka akan bersatu untuk menghapi sesuatu bahkan yang datang lebih berbahaya sekali pun.
(Apakah semuanya sudah selesai dan berakhir??
BERSAMBUNG...