"Waaa kenapa begini."
Itulah jeritan hati sepasang insan yang di pertemukan di acara perjodohan oleh keluarga mereka yang merupakan mafia terbesar di kota dan membagi kota menjadi dua wilayah. Perjodohan mereka sebagai pewaris adalah kunci perdamaian dan penggabungan dua keluarga mafia yang selalu berselisih dan saling memperebutkan wilayah.
Namun keduanya menjadi sangat bingung dan tidak berani menolak walau mereka ingin menolak karena memiliki kekasih masing masing dan melihat satu sama lain sebagai aib di masa lalu.
Alasannya ketika keduanya sempat melarikan diri dari keluarga mereka karena tidak mau menjadi pewaris sewaktu muda, keduanya bekerja menjadi aktor dan aktris film porno yang selalu tampil bersama dalam setiap syuting.
"Ya, kami mau menikah," ujar keduanya dengan terpaksa demi menjaga perdamaian dua keluarga walau mereka tidak saling mencintai dan hanya tubuh mereka yang saling mengenal satu sama lain.
Mohon di baca dan tinggalkan jejak ya, makasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17
Sementara itu, di kos kosan Dean, selesai melakukan eksorsis kenangan di dalam kos kosan milik Dean, baik Dean dan Layla berbaring di ranjang dan tubuh mereka di tutupi oleh selimut, Dean melepas topengnya dan mengangkatnya, begitu juga Layla yang melakukan hal yang sama di sebelahnya,
“Kalau di pikir pikir, kenapa juga ya gue masih menyimpan topeng ini,”
Pikiran keduanya langsung kembali ke masa lalu, 2 tahun setelah debut mereka yang pertama sebagai siluet di sebuah film yang di garap oleh Clover,
*******
[Pov Layla]
Suatu hari, Layla di panggil ke kantor Jeffrey, saat itu Layla masih mengenakan pakaian mandi dan memakai topeng, dia menunduk dan terlihat gemetar menahan marah, sementara Jeffrey yang duduk di depannya terlihat pusing dan kesal,
“Kamu kenapa lari di tengah syuting ?” tanya Jeffrey.
“Sudah ku bilang kan pak, aku hanya mau syuting bersama Tyrel, aku tidak mau dengan yang lain,” jawab Layla tegas.
“Tapi Helga, semua itu permintaan direksi dan para fans, kamu tidak bisa menolak itu,” balas Jeffrey kesal sambil berdiri menatap Layla di depannya.
“Kalau bapak bilang sama saya kalau Tyrel tidak hadir sebelumnya, saya akan menolak, tapi direksi membohongi saya, apa apaan saya harus bersama dengan lima laki laki yang saya tidak kenal dan melakukan itu dengan mereka semua sekaligus, saya tidak mau,” teriak Layla.
“Bruk,” Jeffrey kembali duduk di kursinya, dia mengelus keningnya karena pusing dan memutar kursinya, kemudian dia berbalik dan kembali menatap Layla di depannya,
“Baiklah, aku akan coba bicara sama direksi, cara mereka tidak benar kalau mereka membohongi kamu, semua harus dengan persetujuan para pihak,” ujar Jeffrey.
“Setelah kejadian ini, aku mau berhenti saja pak, sudah cukup, aku sudah muak melihat para direksi yang melihat ku dengan mata keranjang dan sampai kapan pun saya tidak akan menuruti permintaan mereka untuk tidur bersama saya,” balas Layla.
“Ok ok...aku mengerti, tenangkan dulu dirimu, baru habis itu kita bicara lagi, kamu tidak mungkin bisa semudah itu berhenti soalnya,” balas Jeffrey.
“Hah....saya akan menggunakan semua kekuatan yang saya punya untuk berhenti dari sini, tolong jangan halangi saya kalau tidak mau bermasalah dengan keluarga saya,” balas Layla marah sambil menggebrak meja.
“Aduh kenapa jadi begini, baiklah sekarang kamu pulang dulu, besok saya kabari kelanjutannya, saya harus bicara dulu sama para direksi,” balas Jeffrey sambil mengangkat tangannya.
Layla yang masih mengenakan pakaian mandi dan topeng langsung berbalik kemudian keluar ruangan meninggalkan Jeffrey yang pusing tujuh keliling di dalam. Dua hari kemudian, Layla di nyatakan pensiun dari rumah produksi dan dia di beri kabar melalui email, Layla yang sedang di kos kosannya dan berbaring di ranjang, menaruh smartphonenya,
“Haah...sekarang ngapain, gue bahkan ga sempet mengucapkan selamat tinggal sama Tyrel...siapa sih nama sebenarnya ? kalau di pikir pikir kita cuma ngobrol kalau syuting saja ya,” ujar Sarah.
Dia kembali mengambil smartphonenya dan mencoba mencari nama Tyrel di mesin pencarinya, yang muncul adalah profil profil sosial media milik orang lain yang tidak dia kenal dan video yang di perankan oleh nya yang di upload ke situs situs pribadi. Dengan lemas, Layla menaruh kembali smartphone nya, dia menoleh melihat tasnya dan tangannya terjulur ke dalam tasnya, dia menarik keluar topeng yang di pakai nya waktu syuting dan mengangkatnya untuk melihatnya.
“Gue mau ketemu Tyrel tapi gue harus cari dia dimana ? ga mungkin gue balik ke Clover cuma untuk menemuinya, nanti malah jadi masalah kalau gue dateng, yang penting sekarang cari kerja dulu, gue kan udah mau lulus setahun lagi,” ujar Layla dalam hati.
Layla menaruh topengnya di sampingnya dan mulai mencari cari pekerjaan yang kira kira cocok untuk dirinya. Setelah itu, dia bertekad untuk fokus di kuliahnya yang hanya tinggal satu tahun lagi. Beberapa hari setelahnya, di kampus, ketika baru selesai kelas,
“Oi La,” teriak seorang gadis.
Layla berbalik dan membetulkan kacamatanya, dia melihat Tania dan temannya Sharon menghampirinya.
“Kak Tania, Sharon, ada apa ?” tanya Layla.
“Lo mau kemana ?” tanya Tania.
“Mau pulang, kenapa ?” tanya Layla.
“Ikut kita dulu yu, kita mau belanja di mall,” ajak Sharon.
“Oh ok, gue juga ada yang mau gue beli, naik apa ?” balas Layla.
“Mobil gue, ayolah,” balas Tania.
“Loh kak Rose ga ikut ?” tanya Layla.
“Tau deh, katanya dia udah ada janji dan buru buru keluar dari kelas,” jawab Sharon.
“Ah palingan pacaran, denger denger kan dia udah dapet pacar, tapi belum bilang ke kita kita, baru ada beberapa orang aja yang liat lagi jalan jalan dan boncengan ama cowo,” tambah Tania.
“Iya sih, gue juga udah denger gosipnya,” balas Layla.
“Udah ah, yuk berangkat,” balas Tania.
Ketiganya berjalan keluar kampus dan menuju ke tempat parkir mobil, tapi Layla terlihat tidak bersemangat, tiba tiba dia berhenti,
“Eh guys, kayaknya gue ga jadi ikut deh,” ujar Layla.
“Lah kok tiba tiba, emang lo mau kemana ?” tanya Sharon.
“Gue baru inget gue ada perlu,” jawab Layla.
“Oh kalau gitu ok deh, sampai besok ya,” balas Sharon.
“Iya, sorry ya, sampai besok,” balas Layla.
“Santai aja La, sampai besok (menoleh melihat Sharon) yuk Sharon,” ujar Tania.
“Iya kak, ayo,” balas Sharon.
Keduanya langsung naik mobil dan mengeluarkan mobil dari tempat parkir, mereka melambaikan tangan pada Layla yang membalas lambaian tangan mereka, tapi yang ada di pikiran Layla,
“Gue harus mencari Tyler tanpa harus ke Clover, maaf ya teman teman tapi untuk sementara biarkan gue sendirian dulu,” ujar Layla dalam hati.
Setelah itu, Layla terus melakukan pencarian mulai dari pergi ke kampus kampus lain, karena Tyler pernah mengatakan kalau dia masih kuliah ketika berjalan jalan di mall pertama kali. Satu setengah bulan kemudian, “tap,” Layla berdiri di depan kantor Clover dan menatap kantor di depannya mengenakan masker, kacamata hitam dan topi sehingga tidak ada yang mengenali dirinya.
“Akhirnya gue di sini lagi, terpaksa deh, gue harus tanya soal Tyler di sini, ayo berjuang dan semoga penyamaran gue ga ketahuan,” ujar Layla membulatkan tekadnya.
Layla melangkah masuk dan meminta kepada resepsionis untuk bertemu dengan pria bernama Tyler atau meminta kontak nya. Tapi resepsionis mengatakan kalau Tyler sudah tidak di sana dan untuk lebih jelasnya mereka memanggil Jeffrey. Begitu Jeffrey keluar, dia langsung tahu kalau yang berdiri di depannya adalah Layla dan dia langsung menarik Layla ke dalam, begitu sampai di dalam,
“Kamu kenapa kesini Helga ?” tanya Jeffrey.
“Sebelum itu, apa yang di katakan oleh resepsionis tadi benar ? Tyler udah ga di sini ?” tanya Layla.
“Haaah...kalian memang bermasalah, dia juga baru keluar dua minggu lalu, alasannya kurang lebih sama seperti kamu,” jawab Jeffrey.
“Kalau begitu beritahu aku, siapa nama sebenarnya, kontaknya dan dimana aku bisa mencarinya ?” tanya Layla langsung.
“Kamu ini, mana bisa aku membocorkan rahasia pribadi orang lain segampang itu apalagi orang itu adalah aktor di sini, lagipula kenapa kamu tiba tiba mencarinya ?” tanya Jeffrey.
“Aku belum mengucapkan perpisahan kepadanya,” jawab Layla.
“Hahaha kamu itu, sudahlah, mohon maaf aku tidak bisa mengatakan apa yang kamu minta, sekali mohon maaf, yang kamu minta itu adalah rahasia perusahaan, aku bisa di pecat kalau aku membocorkan nya,” balas Jeffrey.
“Sama sekali tidak bisa pak, petunjuk dia ada di mana gitu ? atau inisialnya ?” tanya Layla memelas.
“Tidak bisa, maaf,” balas Jeffrey.
Layla langsung terlihat lesu, dia sadar kalau dirinya tidak akan bertemu lagi dengan pria bernama Tyler yang dia cari, dia membuka tasnya dan mengeluarkan topengnya, kemudian menaruhnya di meja, tapi Jeffrey mengambil topengnya dan memberikannya lagi pada Layla.
“Ambil saja, buat kamu,” ujar Jeffrey.
“Baik pak, saya akan simpan, mudah mudahan kalau dia bertemu saya, dia masih ingat topeng ini,” balas Layla yang tersenyum sedih menatap topeng nya.
“Aku doakan kamu akan bertemu dia suatu hari nanti,” ujar Jeffrey.
“Terima kasih pak, saya permisi dulu,” balas Layla.
Dia kembali memakai masker, kacamata hitam dan topinya kemudian berdiri. Setelah bersalaman dengan Jeffrey, dengan gontai Layla meninggalkan ruangan dan meninggalkan Jeffrey sendirian di dalam. Ketika keluar dari lobby dan sedang menuruni tangga, tiba tiba Layla melihat seorang pria yang memakai mantel, bermasker, kacamata hitam dan topi melangkah menaiki tangga. Keduanya berpapasan dan saling melewati satu sama lain, setelah lewat Layla menoleh sambil memegang topi besarnya agar tidak tertiup angin untuk melihat pria yang sedang menaiki tangga dari belakang dengan kedua tangan masuk ke dalam saku mantelnya.
“Tidak mungkin ah,” pikirnya.
Layla kembali berbalik dan menuruni tangga, kemudian dia membuka tasnya dan melihat sebuah topeng di dalam tasnya,
“Sampai gue temukan Tyler, gue akan simpan topeng ini,” ujarnya dalam hati.