NovelToon NovelToon
AKU JATUH CINTA KEPADA CEO KU

AKU JATUH CINTA KEPADA CEO KU

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / CEO
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Lim Kyung rin

He Ma Li, seorang wanita muda yang penuh semangat, baru saja diterima sebagai karyawan di sebuah perusahaan besar. Berbekal mimpi besar dan tekad kuat, Ma Li berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya yang penuh tekanan. Namun, ada satu sosok yang selalu menguji ketenangannya—CEO Zhang Xiang Li, seorang pria keras kepala dan penuh aturan. Dikenal sebagai pemimpin yang ambisius dan tegas, Xiang Li menjalankan perusahaannya dengan tangan besi, tidak memberi ruang untuk kesalahan.

Awalnya, Ma Li menganggap Xiang Li hanya sebagai bos yang sulit didekati. Namun, semakin lama bekerja di dekatnya, Ma Li mulai melihat sisi lain dari pria tersebut. Di balik sikap dingin dan tatapan tajamnya, Xiang Li memiliki cerita hidup yang sulit, yang perlahan membuat Ma Li semakin tertarik.

Tanpa disadari, perasaan cinta mulai tumbuh di hati Ma Li. Namun, cinta ini bukanlah sesuatu yang mudah. Bagi Xiang Li, cinta dan pekerjaan tidak pernah bisa bercampur, dan dia bersikeras menahan perasaannya agar tetap profesional. Mampukah Ma Li menembus dinding yang dibangun oleh Xiang Li? Apakah cinta Ma Li cukup kuat untuk membuat CEO keras kepala ini membuka hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lim Kyung rin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 15

28 Juni 2023 Zhang Xiang Li dan He Ma Li memutuskan untuk merayakan ulang tahun mereka yang jatuh pada hari yang sama bersama-sama. Mereka mengadakan pesta kecil di rumah orang tua He Ma Li, yang disiapkan dengan penuh kehangatan dan keakraban. Ruangan dihias dengan sederhana namun indah, dipenuhi balon dan dekorasi berwarna lembut yang membuat suasana semakin meriah.

Zhang Xiang Li sekarang berusia 30 tahun sedangkan He Ma Li sekarang berusia 28 tahun.

Keluarga dan teman-teman terdekat mereka hadir untuk merayakan, membawa hadiah serta doa baik untuk keduanya. Acara ini diisi dengan momen-momen menyenangkan, seperti permainan seru, cerita-cerita hangat dari masa lalu, serta hidangan lezat yang disiapkan oleh keluarga He Ma Li. Zhang Xiang Li dan He Ma Li tampak sangat bahagia bisa merayakan hari istimewa ini bersama, dikelilingi oleh orang-orang yang mereka cintai.

Di tengah perayaan, ada sesi tiup lilin bersama dan pemotongan kue ulang tahun yang dilakukan berdua, diiringi nyanyian dari semua tamu yang hadir. Momen itu terasa begitu istimewa bagi Zhang Xiang Li dan He Ma Li, membuat ulang tahun ini menjadi kenangan yang tidak akan mereka lupakan.

Setelah tiup lilin dan pemotongan kue, Zhang Xiang Li dan He Ma Li mengucapkan terima kasih kepada semua yang hadir. Mereka berbagi rasa syukur dan kebahagiaan atas dukungan keluarga serta teman-teman selama ini. Suasana menjadi lebih akrab ketika mereka mulai bercanda bersama dan bercerita tentang pengalaman-pengalaman lucu selama tahun terakhir.

Kemudian, orang tua He Ma Li mengadakan sesi kejutan khusus. Mereka memutar video kompilasi foto dan momen-momen indah dari masa kecil Zhang Xiang Li dan He Ma Li hingga saat ini. Video itu diiringi dengan lagu-lagu favorit mereka, membuat suasana haru dan penuh nostalgia. Beberapa teman mereka bahkan tampak terharu, mengingat betapa banyak kenangan yang sudah dilalui bersama.

Tak lama kemudian, acara dilanjutkan dengan permainan yang melibatkan semua tamu. Ada permainan tebak gambar, karaoke, dan lomba kecil-kecilan yang membuat semua orang tertawa dan menikmati suasana pesta. Zhang Xiang Li dan He Ma Li, yang biasanya sibuk dengan rutinitas mereka masing-masing, merasa acara ini memberikan kehangatan yang berbeda dan benar-benar membuat mereka merasa dihargai.

Di penghujung acara, Zhang Xiang Li memberikan hadiah kejutan untuk He Ma Li. Ternyata, ia diam-diam telah menyiapkan kalung berbandul inisial nama mereka berdua sebagai tanda persahabatan mereka yang kuat. He Ma Li sangat terharu dan mengucapkan terima kasih, memeluk Zhang Xiang Li dengan hangat sebagai tanda persahabatan yang dalam.

Perayaan ini benar-benar menjadi momen yang tak terlupakan bagi mereka berdua. Keluarga dan teman-teman perlahan-lahan mulai pamit pulang, meninggalkan Zhang Xiang Li dan He Ma Li dengan hati penuh kehangatan serta rasa syukur. Mereka berdua tersenyum puas, yakin bahwa perayaan ulang tahun kali ini adalah salah satu yang paling berkesan dalam hidup mereka.

Setelah semua tamu pulang, Zhang Xiang Li dan He Ma Li memutuskan untuk duduk di teras rumah, menikmati sisa malam yang tenang di bawah langit berbintang. Mereka berdua saling berbagi harapan dan impian untuk tahun yang akan datang, berbicara tentang rencana dan tujuan yang ingin mereka capai. Zhang Xiang Li menceritakan keinginannya untuk mengeksplorasi lebih banyak hal dalam kariernya, sementara He Ma Li bertekad untuk lebih berani dalam mengambil langkah besar demi mimpinya.

Malam itu, mereka menyadari betapa bersyukurnya memiliki satu sama lain sebagai teman yang selalu mendukung. He Ma Li, dengan senyum lembut, berkata, “Terima kasih sudah selalu ada di sisiku, Xiang Li. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau tidak ada kamu dalam hidupku.” Zhang Xiang Li tersenyum kembali dan menjawab, “Aku juga merasa sama, Ma Li. Terima kasih sudah menjadi teman terbaik dan selalu membuatku merasa diterima apa adanya.”

Mereka tertawa, mengenang berbagai kenangan indah dan juga momen-momen sulit yang pernah mereka lewati bersama. Keakraban itu menegaskan kembali betapa eratnya persahabatan mereka. Di tengah malam yang sunyi, angin lembut berhembus seolah menjadi saksi janji tak terucap bahwa mereka akan selalu ada untuk satu sama lain, apapun yang terjadi di masa depan.

Ketika akhirnya malam semakin larut, Zhang Xiang Li dan He Ma Li pun memutuskan untuk beristirahat. Mereka berpamitan, saling berpelukan dengan hangat, dan kembali ke kamar masing-masing dengan hati yang penuh kebahagiaan dan rasa syukur. Bagi mereka, ulang tahun ini tidak hanya menjadi perayaan pertambahan usia, tetapi juga perayaan persahabatan sejati yang telah menguatkan mereka di setiap langkah kehidupan.

Dan dengan demikian, malam itu ditutup dengan kebahagiaan yang sederhana namun bermakna, meninggalkan kenangan indah yang akan mereka simpan selamanya di hati mereka.

Setelah percakapan hangat di teras, Zhang Xiang Li dan He Ma Li masuk ke ruang keluarga untuk melanjutkan momen yang telah mereka tunggu-tunggu: bertukar hadiah. Keduanya saling tersenyum sambil membawa kotak kado yang sudah disiapkan dengan hati-hati. Zhang Xiang Li menyerahkan kadonya terlebih dahulu kepada He Ma Li, dengan wajah penuh rasa penasaran.

He Ma Li membuka kotak itu perlahan, dan di dalamnya terdapat sebuah syal rajutan tangan yang lembut berwarna biru tua, warna favoritnya. Zhang Xiang Li ternyata membuatnya sendiri, menghabiskan waktu berhari-hari demi menyiapkan syal yang sempurna. He Ma Li tampak terharu dan kagum. "Kamu buat ini sendiri? Ini sangat indah dan hangat!" katanya sambil memeluk syal itu. Zhang Xiang Li tersenyum lega, senang karena He Ma Li menyukai hadiahnya.

Kini giliran He Ma Li yang memberikan kadonya kepada Zhang Xiang Li. Di dalam kotak yang ia berikan, Zhang Xiang Li menemukan sebuah buku jurnal kulit yang elegan dengan inisial namanya diembos pada sampulnya. Di dalamnya, He Ma Li menuliskan beberapa kata motivasi dan pesan-pesan persahabatan pada halaman pertama, berharap jurnal itu dapat menjadi tempat bagi Zhang Xiang Li untuk menuangkan ide-ide kreatif dan impiannya.

Zhang Xiang Li tersenyum lebar sambil membolak-balik halaman jurnal itu, merasa bahwa hadiah ini sangat bermakna. "Terima kasih, Ma Li. Ini akan sangat berguna untukku. Kamu benar-benar tahu apa yang aku butuhkan," ujarnya dengan tulus.

Mereka berdua tertawa, merasa bahwa hadiah yang mereka berikan adalah cerminan dari betapa mereka saling memahami dan mendukung. Momen ini terasa begitu intim dan hangat, membuat mereka berdua semakin menghargai persahabatan yang telah terjalin lama.

Setelah bertukar hadiah, mereka melanjutkan malam dengan berbagi cerita lucu masa kecil dan merenungkan perjalanan hidup mereka. Dengan hati yang penuh rasa syukur, mereka tahu bahwa ulang tahun ini bukan hanya soal bertambahnya usia, tapi juga soal memperkuat ikatan yang telah terjalin dan berbagi kebahagiaan satu sama lain.

Malam semakin larut, dan akhirnya mereka mengakhiri perayaan ulang tahun bersama dengan tawa, senyum, dan janji untuk terus mendukung satu sama lain di tahun-tahun mendatang.

Setelah momen bertukar hadiah dan berbagi cerita, Zhang Xiang Li dan He Ma Li memutuskan untuk mengabadikan kenangan malam itu dengan berfoto bersama. Mereka berpose dengan penuh keceriaan di ruang keluarga yang masih dihiasi balon-balon dan lampu-lampu kecil. Gelak tawa terus terdengar saat mereka mencoba berbagai pose lucu dan spontan, mulai dari pose serius, canggung, hingga pose konyol yang membuat mereka tertawa terbahak-bahak.

Salah satu foto yang mereka ambil adalah ketika Zhang Xiang Li merangkul He Ma Li sambil memegang hadiah syal yang diberikan, dan He Ma Li memamerkan jurnal pemberiannya kepada Zhang Xiang Li. Gambar itu menjadi kenangan yang sempurna tentang kehangatan dan kebahagiaan yang mereka rasakan malam itu.

Tak lama kemudian, mereka duduk kembali di sofa sambil menikmati teh hangat yang telah dibuat oleh ibu He Ma Li. Sambil menyesap teh, Zhang Xiang Li berkata, “Aku merasa sangat beruntung bisa merayakan ulang tahun seperti ini. Kita benar-benar dikelilingi oleh orang-orang yang sayang pada kita.” He Ma Li mengangguk setuju, matanya berbinar sambil berkata, “Iya, dan aku tak bisa membayangkan merayakannya tanpa kamu di sini. Kamu adalah sahabat terbaik yang pernah kumiliki.”

Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati keheningan yang nyaman sambil memandang keluar jendela, melihat bintang-bintang yang bersinar di langit malam. Ada rasa tenang dan damai yang memenuhi hati mereka, seolah-olah momen ini adalah hadiah terbaik yang tidak bisa dinilai dengan apa pun.

Saat jam mulai mendekati tengah malam, mereka menyadari bahwa perayaan ini akan segera berakhir. Sebelum berpamitan, mereka membuat janji kecil untuk tetap menjaga persahabatan ini apa pun yang terjadi di masa depan. Zhang Xiang Li berkata, “Apa pun yang kita lalui nanti, mari kita selalu saling mendukung dan menjaga hubungan ini.” He Ma Li mengangguk sambil tersenyum, “Iya, janji. Kita akan selalu ada untuk satu sama lain.”

Dengan penuh rasa syukur, mereka akhirnya berpamitan dan pulang ke rumah masing-masing, membawa pulang kenangan manis dan hangat yang akan selalu mereka simpan di hati. Perayaan ulang tahun ini menjadi simbol dari persahabatan mereka yang semakin kuat, memberi mereka kekuatan dan semangat untuk menghadapi hari-hari yang akan datang.

Keesokan paginya, Zhang Xiang Li tiba di depan apartemen He Ma Li dengan mobilnya, tepat waktu seperti biasanya. Dia menunggu di dalam mobil sambil memikirkan acara ulang tahun yang mereka rayakan semalam. Senyum tipis tersungging di bibirnya, mengingat betapa hangatnya momen yang mereka habiskan bersama.

Tak lama kemudian, He Ma Li keluar dari gedung apartemen, mengenakan setelan kerja sederhana namun rapi dengan warna pastel yang selalu menjadi favoritnya. Zhang Xiang Li membuka kaca jendela dan melambai sambil tersenyum. "Selamat pagi, birthday girl!" candanya, meskipun hari ulang tahun mereka sudah berlalu.

He Ma Li tertawa kecil dan membalas, "Pagi, birthday boy! Terima kasih sudah menjemput." Dia segera masuk ke mobil, dan mereka pun mulai perjalanan menuju kantor dengan suasana hati yang ringan.

Di tengah perjalanan, Zhang Xiang Li dengan iseng bertanya, “Jadi, apa harapan kamu setelah ulang tahun kita kemarin?” He Ma Li terdiam sejenak, berpikir, lalu menjawab sambil tersenyum, “Aku harap kita bisa terus saling mendukung seperti ini, menjalani hari-hari dengan lebih bersemangat. Dan, mungkin... punya lebih banyak momen-momen kecil yang berkesan, seperti kemarin.”

Zhang Xiang Li mengangguk setuju, merasakan hal yang sama. "Aku juga berpikir begitu. Kamu tahu, persahabatan kita ini sangat berarti buatku. Aku merasa kita bisa melewati apapun bersama," katanya dengan tulus.

Setibanya di kantor, mereka berdua melangkah masuk dengan semangat baru. Beberapa rekan kerja yang hadir di perayaan kecil kemarin tersenyum melihat mereka berdua, menyapa dan mengucapkan sekali lagi selamat ulang tahun dengan tawa bercanda. He Ma Li dan Zhang Xiang Li saling pandang dan tersenyum, merasa dikelilingi oleh dukungan yang hangat.

Sepanjang hari, mereka bekerja seperti biasa, namun tetap saling melirik dan tersenyum saat sesekali bertemu pandang. Ada perasaan nyaman dan keakraban yang terasa berbeda sejak perayaan semalam. Tanpa banyak kata, keduanya tahu bahwa hubungan mereka menjadi semakin dalam dan kuat. Di balik segala kesibukan dan tantangan di kantor, mereka tahu bahwa ada seorang sahabat yang akan selalu ada, mendukung, dan memahami mereka.

Saat jam kerja berakhir, Zhang Xiang Li mengajak He Ma Li makan malam santai untuk merayakan hari pertama mereka bekerja setelah ulang tahun. Meskipun perayaan utama sudah selesai, mereka berdua menikmati momen ini dengan kebersamaan yang sederhana, saling bercerita tentang harapan dan impian masa depan. Hari itu menjadi salah satu momen kecil yang semakin memperkuat persahabatan mereka, memberi semangat untuk menghadapi hari-hari yang akan datang bersama.

Setelah bekerja seharian, Zhang Xiang Li dan He Ma Li memutuskan untuk makan malam di restoran favorit mereka, sebuah kafe kecil dengan suasana hangat yang menghadap taman kota. Suasananya tenang, dengan lampu-lampu temaram yang menambah keintiman malam itu. Mereka memilih meja dekat jendela, dan segera memesan makanan kesukaan masing-masing.

Sambil menunggu makanan datang, Zhang Xiang Li mulai berbicara tentang mimpinya untuk membuka usaha sendiri suatu hari nanti. "Aku selalu ingin punya bisnis sendiri, mungkin sebuah studio kreatif atau ruang kerja bersama untuk seniman dan kreator," katanya dengan semangat yang terpancar di wajahnya. “Aku tahu ini hanya angan-angan, tapi rasanya ide itu selalu muncul dalam pikiranku.”

He Ma Li mendengarkan dengan penuh perhatian, lalu menanggapi, “Aku pikir itu ide yang luar biasa. Kamu memang punya kemampuan dan passion di bidang itu. Mungkin kamu bisa mulai merencanakan langkah kecil dari sekarang.”

Zhang Xiang Li tersenyum senang mendengar dukungan dari He Ma Li. "Terima kasih, Ma Li. Kamu selalu tahu cara membuatku merasa lebih percaya diri. Kalau nanti aku benar-benar melakukannya, kamu yang pertama kali kuajak kerja sama!"

Makanan mereka tiba, dan keduanya melanjutkan percakapan dengan santai. He Ma Li kemudian berbagi tentang mimpinya sendiri, yaitu bisa berkeliling dunia suatu hari nanti. "Aku ingin melihat tempat-tempat baru, belajar tentang budaya-budaya lain, dan mungkin suatu saat menulis buku perjalanan," katanya, matanya berbinar penuh harapan.

Zhang Xiang Li menatapnya dengan kagum. “Itu mimpi yang keren! Kamu pasti bisa mewujudkannya. Kamu selalu berani mengambil langkah besar, dan aku yakin kamu akan menemukan cara untuk mewujudkannya.”

Percakapan mereka berlanjut, mengalir alami dari satu topik ke topik lain, dari mimpi hingga kenangan-kenangan masa kecil yang membuat mereka tertawa lepas. Malam itu benar-benar terasa spesial, bukan karena suasana atau tempatnya, tetapi karena kehangatan dan kedalaman percakapan yang mereka bagi.

Setelah selesai makan, mereka berjalan-jalan sebentar di taman yang berada di dekat restoran. Udara malam yang sejuk membuat suasana menjadi semakin nyaman. Di tengah taman yang tenang, Zhang Xiang Li berhenti sejenak dan menatap bintang-bintang di langit.

“Aku bersyukur bisa memiliki seorang sahabat seperti kamu, Ma Li. Kamu membuat hidup terasa lebih berarti, dan aku tak bisa membayangkan menjalani hari-hari tanpamu di sisiku,” ucapnya tulus.

He Ma Li tersenyum lembut, merasa bahwa perasaan itu begitu nyata dan tulus. “Aku juga merasakan hal yang sama, Xiang Li. Kamu adalah seseorang yang selalu memberiku kekuatan dan keyakinan. Aku beruntung punya kamu di hidupku.”

Di bawah langit malam yang indah, mereka berdua saling menatap dan tersenyum. Tak ada kata-kata yang perlu diucapkan lagi; keduanya tahu bahwa persahabatan ini adalah salah satu hal terpenting dalam hidup mereka. Malam itu, mereka pulang dengan hati yang hangat, membawa kenangan indah dan janji tak terucap untuk selalu ada satu sama lain, apa pun yang terjadi di masa depan.

Dalam perjalanan pulang, Zhang Xiang Li mengambil napas dalam-dalam, mengumpulkan keberanian untuk membicarakan sesuatu yang sejak tadi ada di pikirannya. Sesekali ia melirik He Ma Li yang sedang memandangi pemandangan malam di luar jendela mobil, senyum kecil terukir di wajahnya.

“Ada yang mau aku bicarakan,” kata Zhang Xiang Li tiba-tiba, memecah keheningan.

He Ma Li menoleh dan menatapnya penuh penasaran. “Ada apa?”

Zhang Xiang Li menggaruk tengkuknya sedikit gugup, tapi wajahnya tersenyum hangat. “Aku berpikir… sekarang kita sudah resmi jadi pasangan, aku ingin kamu memanggilku dengan panggilan yang lebih spesial. Mungkin… Baobei?”

He Ma Li terdiam sejenak, lalu pipinya langsung memerah mendengar permintaan itu. Meski sedikit terkejut, dia merasa senang mendengar betapa seriusnya Zhang Xiang Li ingin membuat hubungan mereka terasa lebih istimewa. “Baobei? Kamu yakin?” tanyanya sambil tersenyum malu.

“Ya,” jawab Zhang Xiang Li mantap sambil tersenyum lembut. “Aku ingin kita punya panggilan yang hanya kita berdua yang tahu, sesuatu yang berarti untuk kita. Lagipula, aku kan memang Baobei kamu, kan?”

Mendengar itu, He Ma Li tertawa kecil, merasakan kebahagiaan yang menghangatkan hatinya. “Baiklah, Baobei,” jawabnya pelan, suara lembutnya penuh kasih. “Kamu juga Baobei-ku.”

Keduanya saling berpandangan, senyum mereka tak hilang selama beberapa detik. Ada keheningan yang begitu nyaman di antara mereka, seolah-olah dunia di luar tidak lagi penting. Mereka berdua kini merasa semakin terikat, bukan hanya sebagai sahabat, tapi sebagai pasangan yang tengah dimabuk asmara dan penuh cinta.

Sepanjang sisa perjalanan, Zhang Xiang Li dan He Ma Li terus berbicara dengan panggilan “Baobei” yang diucapkan dengan hangat dan penuh perasaan. Setiap kali He Ma Li memanggilnya dengan panggilan itu, hati Zhang Xiang Li terasa berdebar lebih cepat. Hubungan mereka kini terasa lebih dekat dan intim, membawa kebahagiaan baru yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.

Saat mereka akhirnya tiba di depan apartemen He Ma Li, Zhang Xiang Li mengantar He Ma Li hingga ke pintu. Sebelum berpisah, dia menggenggam tangan He Ma Li, memandangnya dalam-dalam, dan berbisik, “Selamat malam, Baobei. Tidur nyenyak, ya.”

He Ma Li mengangguk sambil tersenyum lembut, kemudian berbalik masuk ke dalam apartemennya dengan hati yang penuh rasa bahagia. Di balik pintu, ia tersenyum sendiri, merasa bahwa panggilan “Baobei” itu mengandung kehangatan dan kasih sayang yang luar biasa.

Dengan perasaan berdebar, keduanya berpisah malam itu, namun di hati mereka, cinta itu terus tumbuh dan semakin dalam. Mereka tahu, panggilan sederhana itu telah menambah makna baru dalam hubungan mereka yang kini penuh cinta dan kehangatan.

1
yanah~
mampir kak 🤗
Alika Nasywa: thank you udah mampir ya
total 1 replies
Rini Rudiyanto
semangat thor /Good/
Alika Nasywa: Terima kasih tante atas komentar nya😍
total 1 replies
Wenchetri
lanjut Thor,,, 💓
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
total 1 replies
Wenchetri
Lanjut Thor
Alika Nasywa: baik, terimakasih telah mampir di novel ku untuk selanjutnya di tunggu aja ya hehe😁😘
total 1 replies
Laysa Candikia
Aku Mampir, semangatt Ci/Angry/
Laysa Candikia: Sama-sama, Ci
Alika Nasywa: xie xie ya
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!