Yang baik hati boleh follow akun ig di bawah.
ig: by.uas
Tag: comedy, slice of life, sistem, Kaya raya, semi-harem.
Jadwal Update: Random—kalo mau upload aja.
Sypnosis:
Remy Baskara, pemuda sebatang kara tanpa pekerjaan, sudah lelah dengan hidupnya yang hampa. Saat hampir mengakhiri hidupnya, tiba-tiba sebuah suara menggema di kepalanya.
[Sistem "All In One" telah terikat kepada Host...]
Dengan kekuatan misterius yang bisa mengabulkan segala permintaannya, Remy bertekad mengubah nasibnya—membalas semua yang menindasnya dan menikmati hidup yang selama ini hanya ada dalam angannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bayu Aji Saputra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14 - Masalah baru
Setibanya di depan kost, Remy berhenti sejenak.
Dia menoleh ke arah Laila yang masih berjalan di sampingnya.
Wajah Laila sudah lebih tenang sekarang, meskipun ada sisa kelelahan yang terpancar jelas.
"Nih, udah sampai. Gue tungguin bentar, lo masuk dulu," kata Remy santai, tangannya masuk ke kantong jaket, mencari rokok.
Laila menghentikan langkahnya di depan pintu kost. Dia menatap Remy dan tersenyum tipis. "Makasih banget, Rem. Serius, lo kayak bodyguard gue aja, deh," ujarnya sambil terkekeh pelan.
Remy melirik ke arahnya, lalu nyengir. "Bodyguard tuh nggak keren, La. Gue lebih suka jadi hero. Tau kan bedanya? Bodyguard cuma jagain, hero itu ngalahin musuh terus keluarin lo dari masalah," balasnya dengan nada bercanda sambil menyulut rokok.
Laila tertawa kecil. "Iya, iya. Hero. Tapi serius, kalau nggak ada lo tadi, gue nggak tahu gimana jadinya." Ada ketulusan dalam tatapan matanya.
"Udahlah, nggak usah drama. Masalah kayak gitu kecil banget, kok," sahut Remy sambil menepuk bahunya pelan. "Tapi, serius juga, lo harus lebih hati-hati. Jangan cuma ngandelin gue. Gue nggak selalu ada, apalagi kalau lawannya gede-gede kayak tadi."
Laila mengangguk pelan, tersenyum lelah. "Iya, gue ngerti, kok."
Belum sempat obrolan mereka berlanjut, ponsel Laila berbunyi.
Dia mengeluarkannya dari tas kecil yang dia bawa, dan wajahnya langsung berubah sedikit tegang saat membaca pesan yang masuk.
Remy melirik sekilas, lalu berpaling. "Siapa tuh? Pacar?" tanyanya santai, senyumnya menggoda.
"Pacar apaan," jawab Laila, mendengus. "Ini bokap gue. Dia minta gue pulang sekarang, katanya ada urusan penting."
Remy mengangkat alis. "Aduh, seru banget hidup lo. Ini nih, momen-momen yang cocok banget buat ending drama TV. Tinggal lo pulang, terus ternyata bokap lo mau jodohin sama orang."
Laila tertawa kecil, meskipun wajahnya tetap sedikit tegang. "Lo suka banget ya ngebanyol soal orang kaya. Kayaknya lo sering nonton drama, deh."
"Eh, jangan salah. Gue nonton buat riset," jawab Remy sambil nyengir. "Lagipula, hidup orang kaya itu menarik buat diomongin. Masalah mereka tuh beda dimensi sama gue dulu yang cuma mikir duit makan."
"Lo pikir hidup orang kaya nggak ribet?" balas Laila, tersenyum kecil. "Kadang malah lebih stres. Ada aja yang dipikirin."
"Ya, itu sih nasib lo. Gue sih tetap pilih jadi kaya kalau dikasih pilihan," jawab Remy sambil mematikan rokoknya. "Udah, masuk sana. Udah malem juga."
Laila mengangguk. "Thanks banget ya, Rem. Serius."
Remy cuma mengacungkan jempol sambil memutar tubuhnya, berjalan menuju kost-nya sendiri.
Dia menghela napas panjang begitu Laila masuk ke dalam.
"Gue pasti masuk berita nih kalau kejadian ini bocor," gumamnya sambil jalan santai.
Ada senyum kecil di wajahnya, meskipun pikirannya mulai bercabang.
Begitu sampai di kamar, Remy langsung menjatuhkan tubuhnya ke kasur. Tengkurap, dia bergumam pelan, "Sistem."
[Saya di sini, Host.]
"Apa lagi yang bisa gue lakuin sekarang? Gue udah cukup senang sama hidup kayak gini," katanya, setengah bercanda, setengah serius.
Sebelum sistem sempat merespons, suara ketukan keras di pintu menginterupsi.
TOK! TOK! TOK!
"REMY!" suara Alfan terdengar dari luar, terdengar panik.
Remy langsung bangkit dari kasur, bergegas membuka pintu.
Di luar, Alfan berdiri dengan napas terengah-engah sambil menggendong Yudha yang babak belur.
"Fan, apa-apaan ini?!" Remy langsung bertanya, matanya melebar melihat kondisi Yudha.
"Ada gangster, Rem. Mereka nyerang kita tiba-tiba," jawab Alfan, suaranya gemetar.
"Berapa orang?" Remy mencoba tetap tenang, meskipun tangannya mulai mengepal.
"Bejibun cok sumpah. Seratus lebih ," jawab Alfan, wajahnya terlihat ketakutan.
Remy terdiam sejenak, lalu bertanya lagi, kali ini dengan nada lebih tegas. "Yang lain gimana?"
"Raul sama Bima dihajar pakai tongkat bisbol, terus mereka digeret pake motor. Cewek-cewek... mereka dibawa, Rem. Gue nggak bisa berbuat apa-apa," jawab Alfan, hampir menangis.
Remy langsung melepas jaketnya, melemparkannya ke kursi. "Fan, mending lo bantu Yudha duduk, sekalian istirahat juga."
"Mau ngapain lo, Rem?" tanya Alfan panik.
"Ngapain lagi?" jawab Remy tanpa menoleh. "Ngehajar mereka lah" Suaranya dingin, matanya penuh amarah.
Alfan terdiam beberapa detik, melihat punggung Remy yang semakin menjauh.
"Bangsat!" umpatnya kepada diri sendiri, segera bangkit dan berlari mengikuti Remy.
"Bu Sari!" teriaknya Alfan tiba-tiba.
Bu Sari muncul sambil benerin handuk di rambutnya, "kenape?"
"Saya minta tolong buat jagain Yudha, sebennntaarrrr ajaa." pinta Alfan sambil membungkuk.
Bu Sari, yang terlihat kebingungan, hanya mengangguk. "Iya, iya. Saya jagain."
Alfan langsung berlari mengejar Remy, meskipun napasnya masih terengah-engah.
"Rem! Tunggu gue!" teriaknya.
Remy berhenti sejenak, menoleh ke arah Alfan. "Lo nggak usah ikut, Fan. Lo udah kecapean gitu."
"Lo pikir gue bisa diem aja?! Mereka kawan gue juga, Rem!" seru Alfan dengan suara penuh emosi.
Remy menatap Alfan selama beberapa detik, lalu akhirnya mengangguk. "Yaudah, tunjukkin jalannya."