"Untukmu Haikal Mahendra, lelaki hebat yang tertawa tanpa harus merasa bahagia." - Rumah Tanpa Jendela.
"Gue nggak boleh nyerah sebelum denger kata sayang dari mama papa." - Haikal Mahendra.
Instagram : @wp.definasyafa
@haikal.mhdr
TikTok : @wp.definasyafa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon definasyafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
⋆˚𝜗 After Divorce 𝜚˚⋆
...“Terlalu rusak untuk di satukan, terlalu hancur untuk di perbaiki. Tapi aku harus mampu berdiri dengan kakiku sendiri, jika tidak diriku sendiri siapa lagi yang akan membantuku untuk berdiri?” - Haikal Mahendra....
Selama perpisahan orang tuanya, Haikal tinggal di rumah yang lumayan luas itu seorang diri. Dia selalu menunggu kedatangan Mama atau Papa-nya untuk menjenguknya. Bahkan sudah selama dua bulan ini Haikal hanya memakan makanan yang tersisa di rumahnya, seperti mie instan, telur, dan lainnya hingga makanan itu habis.
Haikal yang berusia 13 tahun itu selalu menunggu uang yang orangtuanya janjikan. Tapi mereka tidak pernah memberikan uang itu untuknya. Jangankan memberi uang, merema bahkan tidak pernah menemuinya untuk sekedar melihat seperti apa kondisi anaknya ini.
Hingga pada akhirnya Haikal memutuskan untuk mencari pekerjaan agar dia dapat memiliki uang untuk dirinya makan. Nyatanya itu tidak semudah yang Haikal kira, di usianya yang masih 13 tahun dan dia masih seorang pelajar SMP, itu sangat sulit untuknya mencari pekerjaan.
Semua tempat yang Haikal datangi selalu menolak lamaran pekerjaannya dengan alasan dia masih anak sekolah, mereka tidak mau pekerjaan Haikal tidak profesional nantinya. Karena dia harus membagi waktu antara bekerja dan sekolah.
Disini Haikal saat ini, di depan warung nasi padang yang habis dia datangi untuk melamar pekerjaan, tapi lagi dan lagi dia di tolak dengan alasan dia masih anak sekolah.
Haikal menghembuskan nafas beratnya.
“Ya Allah, Haikal harus cari kerja dimana lagi, mana laper banget.” tangan kanan Haikal mengelus perutnya yang keroncongan.
Seharian ini dia hanya memakan roti yang dia beli tadi pagi menggunakan uang tabungannya. Uang itu kini hanya tersisa 200.000, bagaimana dia bisa hidup dengan uang itu selama dia belum mendapat pekerjaan.
Kaki jenjangnya berjalan di pinggir trotoar guna kembali pulang. Jarak antara warung nasi padang itu dan rumahnya cukup jauh, tapi dia tetap memilih untuk berjalan kaki karena dia ingin menghemat uangnya yang sudah menipis. Kakinya melangkah secara perlahan menerobos dinginnya angin malam, melawan rasa kelah dan rasa laparnya.
“Huftt akhirnya sampai juga.” gumam Haikal, dia berjalan menuju kamar mandinya berada. Haikal akan membersihkan badannya dan segera tidur agar rasa laparnya hilang.
...᭝ ᨳ☀ଓ ՟
...
Kringgg
Kringgg
Kringg
Bel sekolah berbunyi, pertanda bahwa istirahat tiba. Kini seluruh siswa di SMP ini berbondong-bondong berjalan menuju kantin berada, begitupun dengan Haikal yang ingin membeli roti untuk mengganjal perutnya.
Dia berjalan seorang diri melewati lorong yang tampak sepi, di tengah perjalanannya dia melihat seorang siswa baru yang sepertinya untuk kelas setengahnya itu yang tengah di palak oleh kakak kelasnya di pojok lorong. Haikal berjalan menghampiri segerombolan kakak kelasnya itu dengan keberanian penuh.
“Lepasin temen gue, atau gue bakal aduin lo semua ke kepala sekolah.” ujarnya sok berani, tak lupa muka tengil yang menambah kesan songong nya.
Haikal adalah type lelaki yang tidak suka dengan tindakan bullying, itu sebabnya dia bertekad untuk menolong siswa baru yang tengah di bully itu. Sontak ucapan Haikal mengalihkan atensi ke empat kakak kelasnya yang tengah melakukan aksi bully.
“Siapa lo, nggak usah jadi sok pahlawan disini.” salah satu di antara mereka yang sepertinya ketua Geng itu pun melangkah mendekat menghampiri Haikal.
Haikal terkekeh singkat, “lo nggak perlu tau siapa gue, yang lo harus tau lepasin dia atau gue bakal laporin ini semua kepala sekolah. Nggak mungkin deh kalau sekolah sebesar ini nggak ada cctv-nya, kan?”
Lelaki berbadan tinggi gemuk yang menghampiri ikan itu langsung terdiam, wajah sombong dan anggurnya itu seketika berubah jadi pucat pasi.
Dia menoleh ke arah tinggal teman yang ada di belakang nya, “cabut!”
Haikal yang melihat itu terkekeh geli, hebat juga dia ternyata. Eh, entahlah dia yang hebat atau mereka yang bodoh yang jelas Haikal tau apa kelemahan mereka sekarang.
“Lo gapapa?” tangan Haikal terulur untuk membantu murid baru itu berdiri.
Dengan sedikit ragu lelaki itu menerima uluran tangan Haikal dan kembali berdiri dengan tegak, “thanks ya,”
Haikal mengangguk singkat, dia menatap murid baru di depannya lekat. Lelaki yang memiliki kulit seputih salju, hidung yang mancung, mata yang sangat sipit seperti bukan asli orang Indonesia.
“Lo orang mana?” karena rasa penasarannya yang besar, Haikal memutuskan untuk bertanya langsung pada murid baru itu.
Lelaki pemilik mata sipit itu mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri, “gue Cakra pindahan dari Tiongkok.”
Cakrawala Diningrat, putra tunggal keluarga Diningrat. Ibunya seorang anak tunggal konglomerat China, sementara sang ayah adalah anak kedua dari salah satu keluarga yang sangat terpandang di Amerika Serikat. Hidup dengan bergelimang harta, mungkin bagi sebagian orang menjadi seorang Cakra adalah sebuah impian, tapi tidak dengan Cakra, kedua orang tuanya yang selalu sibuk bekerja membuatnya selalu merasa kesepian di mansion mewahnya.
Haikal mengangguk-anggukkan kepalanya berulang kali, dia menerima uluran tangan itu dengan itu dengan sangat baik. “gue Haikal.”
Cakra tersenyum dia melepas uluran tangannya, “thanks lo udah nolongin gue, sebagai tanda terima kasih gue traktir lo di kantin.”
Kedua mata Haikal melotot sempurna, rejeki anak Sholeh ini mah tau aja kalau kalau Haikal lagi lapar dan tidak memiliki uang. Emang dasarnya kalau rejeki mah nggak bakal kemana.
Hanya bermodal wajah songong dan sok beraninya dia sekarang bisa mendapat makan gratis, tapi niat Haikal sebenarnya bukan itu, dia ikhlas sangat ikhlas tapi kalau dapat rejeki kan tidak boleh di tolak.
“serius lo?”
Cakra mengangguk singkat, “iya, lo boleh pesen apa aja nanti sesuka lo.”
Kedua bola mata Haikal semakin melotot lebar, bahkan mulutnya ikut mengangga sangking kagetnya. Bagaimana bisa mereka baru berkenalan dan lelaki China itu dengan mudahnya ingin mentraktir dirinya begitu saja. Dari penampilan Cakra saat ini memang terlihat bahwa dia bukan orang sembarangan, jam tangannya saja rolex, Haikal cukup tau kalau benda itu sangat amat mahal.
“Udah ayo, gue laper.”
Cakra merangkul pundak Haikal seakan mereka sudah kenal lama. Cakra itu type lelaki yang mudah akrab hanya saja dia harus menyesuaikan diri terlebih dahulu.
Kedua lelaki tampan itu berjalan beriringan menuju kantin berada, di jam istirahat kantin memang selalu ramai. Sekolah ini termasuk sekolah favorit, biayanya begitu mahal hingga Haikal bingung harus mendapat uang dari mana untuk biaya sekolah kedepannya. Jangankan biaya sekolah, biaya untuk makan sehari-harinya saja dia kesulitan.
Haikal dan Cakra kini sudah memakan nasi goreng yang telah mereka pesan. Di tengah-tengah kegiatan makannya, mereka sesekali mengobrol untuk mengenal lebih dekat satu sama lain.
“Lo baru pindah, ya? Gue baru liat lo soalnya.” Tanya Haikal sebelum memasukkan sendokan terakhir kedalam mulutnya.
Cakra menyeruput es teh manisnya sebelum menjawab pertanyaan Haikal, “iya baru hari ini gue masuk.”
Lelaki blasteran China – Indonesia itu menatap piring Haikal yang sudah kosong, “lo laper banget?”
Haikal menyengir lebar, “hehehe, iya dari semalem gue belum makan.” Setelah mengatakan itu Haikal kembali menyeruput es teh manisnya hingga tandas,
“Alhamdulillah,” gumamnya pelan.
Cakra menyergit bingung, “kenapa lo nggak makan dari semalem?”
“Nggak punya duit.” Haikal berucap santai sambil mencomot kripik kaca milik Cakra tanpa rasa malu sedikitpun. Padahal mereka baru kenal, memang dasarnya Haikal itu nggak punya malu, malah sukanya malu-maluin.
Cakra yang semula mengunyah nasi gorengnya pun dengan cepat menelannya, menatap Haikal serius. “orang tua lo?”
Haikal menelan kripik kaca yang ada di dalam mulutnya, dia menatap Cakra yang juga tengah menatapnya. “gue anak broken home Mama sama Papa gue udah bahagia sama keluarga barunya.”
Entah bisikan dari mana, Haikal mengatakan kehidupan kelamnya pada orang yang bahkan baru dia kenal beberapa menit yang lalu. Apa ini tanda bahwa dia memang membutuhkan sosok teman yang siap mendengar keluh kesahnya, jujur saja dia memang sangat lelah memendam semua ini sendirian. Andai Nenek-nya masih ada, mungkin hidup Haikal tidak akan sesusah sekarang.
Cakra menatap Haikal iba, dia merasa kasihan dengan Haikal tapi sepertinya Haikal adalah type orang yang tidak suka di kasihani. Sepertinya Cakra akan membantu Haikal tanpa memperlihatkan bahwa dia iba padanya.
“Karena sekarang kita temenan dan lo udah nolongin gue, jadi lo boleh minta tolong sama gue apapun itu, gue bakal bantu lo sebisanya.” Cakra berucap tulus, Haikal baik jadi dia juga akan bersikap baik padanya.
Kebaikan pasti akan di balas dengan kebaikan, begitupun dengan kejahatan. Apapun yang kita perbuat di dunia ini pasti ada imbal-baliknya. Apa yang kita tanam itulah kita tuai, quote itu memang nyata adanya.
Haikal menatap Cakra lama, dia nampak berfikir keras ingin meminta bantuan apa. “oh iya, lo punya kenalan nggak yang lagi buka lowongan kerja, yang bisa buat anak SMP juga kayak gue.”
Cakra terdiam sejenak, dimana ada lowongan kerja untuk anak SMP seperti mereka. Namun, beberapa detik kemudian senyumnya kembali merekah saat dia mengingat bahwa dia memiliki cafe pemberian Daddy. “gimana kalo lo kerja di cafe gue?”
Mulut Haikal hampir menganga lebar, bagaimana bisa anak seumurannya memiliki cafe sendiri. “lo, punya cafe?”
Cakra mengangguk mantap, “iya, cafe pemberian Daddy gue pas gue ultah kemaren. Baru buka sih, tapi udah banyak pengunjung kok. Kalau lo mau lo bisa kerja di sana, bukannya juga waktu malem jadi nggak bakal ganggu waktu sekolah lo.”
Haikal mengangguk-anggukkan kepalanya pelan, meski sedikit tercengang dengan perkataan Cakra. Sebenarnya seberapa kaya teman barunya ini, tapi Haikal juga bersyukur akhirnya dia bisa mendapat pekerjaan juga setelah hampir putus asa rasanya.
“Iya gue mau cak, kapan gue bisa mulai kerja?” tanya Haikal antusias, lebih cepat dia bekerja lebih cepat juga dia mendapatkan uang dan kembali bisa makan dengan normal.
Cakra tersenyum, dia senang jika bisa membantu orang baik seperti Haikal. “nanti pulang sekolah lo ikut gue buat ketemu Daddy, karena gue belum siap buat ngelola cafe-nya jadi Daddy gue yang megang. Kayaknya nanti malem lo udah mulai kerja deh kal, kalau lo udah siap.”
Haikal mengangguk antusias, matanya terlihat begitu berbinar menandakan bahwa dia begitu bahagia sekarang. “gue siap cak, thanks ya padahal kita baru kenal tapi lo udah baik banget sama gue.”
Cakra mengangguk singkat sambil menyeruput es teh manisnya yang sisa setengah. “lo temen pertama gue kal, jadi udah seharusnya gue bantuin lo.”
“Bukan, bukan temen tapi sahabat. Lo mau kan jadi sahabat gue?”
Haikal menyengir lebar, ini kali pertama juga baginya memiliki teman dan Haikal ingin ini semua lebih dari sekedar teman biasa. Sahabat, Haikal ingin bersahabat dengan Cakra. Dia juga berjanji pada dirinya sendiri akan selalu ada untuk Cakra, apapun keadaannya. Sampai akhir hayatnya, Haikal akan menjadi sahabat Cakra selamanya.
Cakra tersenyum tipis dengan kepala yang mengangguk tanpa ragu. “iya gue mau.”
Hari pertamanya sekolah di Indonesia, dia sudah bisa memiliki sahabat orang Indonesia, apalagi orang itu sebaik Haikal. Cakra berjanji akan menganggap Haikal layaknya keluarga nya sendiri. Dia akan selalu membantu Haikal apapun itu, dia tidak akan membuat Haikal merasa sendiri di dunia yang sudah tidak adil padanya.
“Udahlah yuk kelas, lo sekelas sama gue kan 7C?” Haikal berucap sambil berdiri dari duduknya.
Cakra yang melihat Haikal berdiri pun lantas juga ikut berdiri dari duduknya tak lupa dia menarik 2 lembar uang berwarna merah di bawah gelas kosongnya. “iya gue di kelas 7C”
Hari ini, Senin 15 Mei 2017 Haikal Mahendra dan Cakrawala Diningrat resmi bersahabat. Susah maupun senang mereka akan melaluinya bersama selamanya, meskipun maut memisahkan persahabatan mereka tidak akan pernah putus sampai kapanpun. Haikal akan selalu menjadi sahabat Cakra, dan begitupun sebaliknya, Cakra akan menjadi sahabat Haikal.