Kejadian tak terduga di pesta ulang tahun sahabatnya membuat seorang gadis yang bernama Recia Zavira harus mengandung seorang anak dari Aaron Sanzio Raxanvi.
Aaro yang paling anti wanita selain ibunya itu, tiba-tiba harus belajar menjaga seorang gadis manja yang takut dengan dirinya, seorang gadis yang mengubah seluruh dunia Aaro hanya berpusat padanya.
Apakah dia bisa menjadi ayah yang baik untuk anaknya?
Apakah dia bisa membuat Cia agar tidak takut dengannya?
Dapatkan dia dan Cia menyatu?
Dapatkah Cia menghilangkan semua rasa takutnya pada Aaro?
Ayo baca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZaranyaZayn12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lima Belas
"Jadi? Lo mau pesan apa?" Tanya Aaro yang membuat Cia cemberut.
"Cia mau makan Bakso!" Kesal Cia membuat Aaro menghembuskan nafasnya kasar.
"Oke! Bakso! Tapi harus pake nasi!" Putus Aaro dengan final.
"Loh? Kok gitu sih? Kan Baso gak pake nasi!" Kesal Cia yang tidak di hirauakan oleh Aaro.
Aaro pun langsung bangkit dari tempat duduknya kemudian memesan apa yang di inginkan oleh Cia.
Aisyah yang melihat itu pun tertunduk kecewa. Bagaimana tidak? Dia sudah berusaha mendekati Aaro namun, sikap Aaro yang acuh tak acuh serta tidak menghiraukannya membuatnya sedih. Biasanya, Aaro selalu menanyakan pesanannya juga walaupun Aaro sedang terburu-buru sekalipun. Ini? Aaro langsung pergi begitu saja tanpa menghiraukan dirinya membuat Aisyah memandang Cia dengan jengkel, kesal, iri, semuanya di rasakannya saat ini.
Liat aja kamu Ci! Aku akan lakuin sesuatu yang bisa buat lo di benci sama Aaro! Tekad Aisyah.
"Lo mau pesan apa Ris? Biar sekalian gue pesanin juga." Tanya Rion kepada Risa.
"Samain sama Cia aja deh! Bakso!" Ujar Risa yang di angguki oleh Rion kemudian berjalan ke arah tempat Aaro berdiri saat ini.
"Ci? Abis ini nginep di rumah gue ya? Gue sendirian di rumah. Mama sama Papa lagi keluar negeri." Tanya Risa menunjukkan wajah memelasnya kepada Cia.
"Risa aja yang nginep di rumah Cia! Kan ada Mama Papa!" Ujar Cia dengan mengunyah yupinya.
"Nginep di basecamp kita aja! Biar bisa bareng-bareng!" Sambung Dita yang dibalas gelengan kepala oleh Risa. Cih! Palsu! Sinisnya dalam hati.
"Makasih!" Jawabnya yang di angguki oleh Dita.
"Yaudah, nanti Cia temenin Risa di rumah Risa, tapi Risa nanti bilang sama Mama Papa dulu ya!" Putus Cia setelah berpikir agak lama.
"Aaa makasih Cia..." Gemas Risa kemudian mengunyel kedua pipi Cia membuat yang punya moyong-monyong seperti ikan manyong.
"Sakit Risaaa!" Teriakan Cia menggema di kantin itu.
Seluruh pengunjung kantin menatap ke arah mereka dengan pandangan yang bertanya-tanya. Kenapa? Disana ada apa? Pikir mereka.
Hosh hosh hosh
"Kenapa Ci?" Tanya Aaro dengan ngos-ngosan.
"Loh? Kenapa apanya kak?" Tanya Cia dengan bingung.
"Lo kenapa? Teriakkan lo segede itu, lo kenapa?" Panik Aaro mencoba mengecek tubuh Cia membuat Cia berteriak lagi dengan kencangnya.
"Kakak jangan deket-deket ihhh! Cia takut!" Teriaknya membuat Aaro memundurkan langkahnya.
"Lo kenapa? Ada yang sakit? Dimana?" Tanya Aaro memundurkan langkahnya.
"Gak ada kak! Tadi Risa tekan pipi Cia kuat-kuat, jadi Cia teriak sakit Kak!" Jujur Cia yang membuat Aaro menghembuskan nafasnya lega.
"Jangan teriak-teriak kaya gitu lagi Ci! Gue kira lo kenapa-napa!" Dingin Aaro yang membuat Cia menatapnya dengan tidak enak.
"Maafin Cia Kak!" Ujar Cia dengan tertunduk.
"Kalo MPO ya emang dasar MPO ya! Minta Perhatian Orang!" Sinis Aisyah membuat Risa menatapnya tajam.
"Jaga ya mulut lo!" Tekan Risa namun tidak di hiraukan oleh Aisyah. Malah Aisyah semakin jadi menyudutkan Cia.
"Manja! Gak tau sopan santun! Ga tau makasih! Lengkap deh semua yang jelek lengket sama kamu! Kayak gak pernah di didik aja! Kayak lonte gitu! Jalang!" Tambahnya membuat Risa lepas kendali. Mereka yang menyaksikannya juga tidak menyangka jika Aisyah yang mereka kenal bisa sekasar itu dalam berbicara.
"Heh! Jaga ya mulut lo itu! Jangan kebanyakan bacot kalau gak mau gue remes tuh mulut! Sialan!" Risa menjambak rambut yang berada di dalam jibab itu dari luar dengan keras.
"Aaaa lepasin! Kamu gila?" Tanya Aisyah berteriak kencang.
"Lepasin Ris!" Ujar Aaro dengan dingin membuat Risa melepaskan tangannya secara reflek, sedangkan Cia semakin merapatkan tubuhnya kepada Risa.
"Mulut lo di jaga lain kali!" Sinis Risa kemudian menarik tangan Cia untuk pergi dari sana.
Hap
Aaro menggenggam tangan Cia dengan lembut. Mencoba tidak menakuti Cia karena memegangnya dengan kasar.
"Tunggu!" Ujar Aaro dingin. Cia berusaha melepaskan pegangan tangan Aaro pada tangannya, namun, Nihil! Bukannya terlepas, tangan itu malah menggenggam tangannya semakin kencang.
Air mata yang sudah menggenang di matanya sejak tadi sekarang tumpah begitu saja membasahi pipi Chubby itu.
"Lepasin tangan Cia! Cia takut!" Isaknya membuat Aaro tetap enggan melepaskannya walaupun tangis itu sudah bertambah kencang.
"Lepasin tangan Cia!" Tegas Risa mencoba menepis tangan itu, namun sulit! Tidak terlepas.
"Lo tau? Jangan karena kita udah temenan dari dulu jadi lo bisa bilang kaya gitu ke istri gue! Terserah dia mau bersikap kayak gimana! Mau teriak? Manja? Bar-bar? Apapun itu! Bukan urusan lo! Dia bukan lonte ataupun jalang kaya yang lo bilang! Jaga mulut lo kalau lo masih mau tetap berada dalam lingkup keluarga gue!" Ujar Aaro dengan dingin dan tegas membuat Aisyah merasa kecewa.
"Aku udah belain kamu A'! Kenapa kamu malah marah-marah sama aku kayak gini?" Tanya Aisyah dengan kecewa.
"Gue bukannya marah-marah! Tapi mulut lo harus di kasih peringatan! Gak mungkin lo hina istri gue, gue diam aja!" Jawab Aaro dengan menusuk.
"Makasih lo udah belain gue! Tapi gue gak perlu! Gue salah dan gue tau itu! Makanya gue diem aja waktu dia semena-mena sama gue!" Sambungnya membuat mereka yang berada di sana tidak berani berbicara sedikitpun.
"Istri?" Tanya Aisyah setelah menyadari kata-kata Aaro yang sejak tadi menyebutkan kata istri pada nama Cia. Apakah benar? Tadi juga Rion mengatakan hal yang sama bukan? Panik Aisyah.
"Iya! Dia istri gue! Biarin dia mau bilang apa aja tentang gue! Gue gak masalah! Gue gak perlu pembelaan lo karena memang gue yang salah dan bikin dia takut! Itu salah gue! Bukan salah Cia!" Ketus Aaro membuat Aisyah lemas seketika. Kakinya serasa menjadi jelly membuatnya memegang meja makan dengan erat dan terduduk begitu saja.
"Istri?" Gumamnya masih tidak bisa menerima kenyataan itu.
"Lepasin Cia!" Lirih suara itu menyadarkan Aaro begitu saja.
Tak
Aaro melepaskan genggaman tangannya pada tangan Cia yang sudah dingin, bahkan wajahnya saja sudah sangat pucat. Setakut itukah Cia padanya? Pikir Aaro.
Setelah Aaro melepaskan tangan Cia, Cia berlari kencang membuat Risa, Rion dan Aaro panik melihatnya.
Aaro mengejar Cia karena ingin memberi tau Cia agar jangan berlari seperti itu.
Di atas sana! Kaca besar itu terlihat goyah membuat Aaro mempercepat larinya ke arah Cia.
"Ciaa! Awas! Nundukk!" Teriak Aaro kencang.
Hap
Aaro memeluk tubuh Cia cepat! Melingkupi seluruh tubuh Cia yang berjongkok itu dengan tubuh besarnya, hingga
Prangg
Tress
Argh
Ringis Aaro ketika seluruh tubuhnya terasa mati rasa saat itu juga. Pecahan kaca yang jatuh dari atas itu berhamburan ke mana-mana membuat situasi koridor kantin menjadi riuh seketika.