ISTRI UNTUK CUCU CEO
Suara teriakan di samping kos kosan Inez membuat dia merinding, setiap malam tetangganya mengerang kenikmatan, dan racauan seperti ayam betina yang mau bertelur.
Bahkan Inez sering mendengar , suara pukulan di dinding kamar kosnya.
Suara lelaki dan suara wanita bersahutan seperti mendapat hadiah yang menyenangkan.
"Ooohhh, yaa"
"Oooohhh ya"
"Gimana sayang? Mau di luar apa di dalam?"
"Di dalam sayang, biar enak" kata Si cewe, cewe itu bernama Kak Erni, senior perawat Lansia di tempat bekerja Inez saat ini
Inez yang hari ini , hari kedua dia masuk kerja lewat jalur Tenaga kerja yayasan , semalaman ga bisa tidur karena suara berisik tetangganya itu, akhirnya dia kesiangan. Tidak sempat sarapan, dia hanya minum susu hangat untuk menambah energinya di pagi hari.
Inez pagi sekali berangkat, dengan memakai seragam perawatnya berwarna tosca dengan rok selutut dan bertangan pendek, ya, Inez seorang perawat, jalur kursus, kursus perawat Lansia.
Sebelumnya Inez bekerja sebagai TKW di Cina, tapi karena dia ga betah ,sebab, ibunya selalu ingin bertemu. Dan menyuruh Inez kerja di Indonesia saja, agar Ibunya bisa menengok meski hanya Sebulan sekali.
Ibu nya Inez terbilang bukan orang miskin, dia memiliki bisnis kue dengan 3 karyawannya, beliau tidak kesepian, tapi karena Inez anak satu satunya dan ingin mandiri, akhirnya Ibunya merelakan Inez untuk bekerja.
Saat sekolah, Inez sangat nakal, bahkan jarang pulang, pernah terciduk polisi mangkal di jalanan kota, Tapi Inez pastinya menyangkal, karena Inez tidak merasa sedang mangkal, dia sedang menunggu temannya yang membeli barang pesanan dia, entah barang apa, Inez pun tak perduli, di sanalah Inez di tangkap.
Ibunya Inez bernama ibu Anita langsung memberi jaminan bahwa anaknya masih sekolah dan tak mungkin kerja seperti itu.
Inez selalu di manja, tapi dia selalu membangkang, mungkin karena didikan ibunya yang hanya memberi uang tapi tidak di beri kasih sayang, ibunya selalu berangkat pagi pulang malam , karena punya toko kue.
Mereka jarang komunikasi, bahkan setiap malam, ibunya selalu menolak bila di ajak diskusi soal sekolahnya. Inez anak pintar tapi dia nakal, Guru guru sering memberi peringatan pada bu Anita, tapi Bu Anita cuek saja, toh ,nilai nilai Inez masih sangat bagus, bahkan dia selalu peringkat satu.
Sebagai anak dari pedagang Kue, Inez sama sekali tidak suka kue, dia membenci kue! bahkan jika ibunya mau mewariskan bisnis kue, Inez tidak mau mengurusnya, dia lebih baik cari uang sendiri.
Hingga akhirnya , dia mendaftar Kursus Lansia setelah kepulangan dia dari TKW di Cina.
Selama 3 bulan kursus, Inez sangat terampil, dia selalu lulus tiap ada tes ujian. Hingga 3 bulan terlewati, dia pun di salurkan di Panti Jompo Asih. Panti Jompo orang orang elit.
Di sana dia harus merawat seorang kakek bernama ,Kakek Wijaya.
Hari pertama Masuk , Inez pun langsung di tunjuk untuk merawat Kakek Wijaya, Kakek Wijaya adalah seorang pengusaha sukses, dengan memiliki berbagai usaha di kota. Tapi dia tidak mau di urus oleh anak anaknya, dia ingin berada di panti jompo. Pak Wijaya hanya memiliki satu anak bernama Pak Arya, dan Pak Arya pun hanya memiliki satu anak bernama Angga.
Angga lah yang setiap hari datang menjenguk kakeknya, karena Angga dulunya sangat di sayang oleh Kakeknya.
Ketika orang tuanya sibuk berkarir, yang membesarkan Angga adalah Kakek Wijaya seorang diri.
Ibu Panti bernama Ibu Miranti, beliau memiliki kedisplinan tinggi, hingga para Lansia di sini terawat semua, satu lansia satu perawat agar optimal dalam merawat pasiennya. Gaji di sini pun tak main main, 10 juta perbulan, bagi para lansia tua yang miskin, jangan masuk ke sini deh, soalnya sangat mahal bulanannya, hanya untuk lansia pengusaha sukses saja.
Inez duduk di sofa kantor bu Miranti.
"Inez, hari ini hari kedua, Inez sudah mengerti kan apa tugas Inez?" Miranti masih sedikit ragu, karena kakek Wijaya, adalah kakek terkaya di panti Jompo ini.
"Mengerti bu" ucap Inez
"Besok lagi, datang lebih pagi, kalau bisa sebelum Kakek Wijaya bangun tidur, kamu sudah di sini, gimana bisa?"
"Bisa bu, saya pasti bisa"
"Bagus ,ibu suka semangatmu, sayangilah, Kakek Wijaya, seperti kakekmu, terkadang mereka rewel seperti anak kecil terkadang galak dan terkadang mereka menangis"
"Khusus kakek Wijaya, dia tidak memiliki masalah tersebut, dia cocok buat pemula seperti mu, dia selalu hidup sehat hingga kini, makanan juga selalu sehat dan mahal, tidak boleh terlewatkan memakan buah Apel"
"Oh iya, saat pagi, kamu harus mencucikan seprei tidur, karena Kakek Wijaya tidak mau memakai seprei yang sama setiap hari, dan kamu tenang saja, baju kakek Wijaya sudah ada yang mencucikan, beliau masih bisa berjalan meski lemah, jadi kamu tak perlu mengangkatnya, dia bisa jalan sendiri meski hanya pelan pelan, ibu Harap kamu sabar ya?"
"Iya bu"
"Ya sudah , sana ke kamar kakek Wijaya, jangan lupa jadwal jadwal kebiasaan dia di hafalkan agar kamu terbiasa"
"Iya bu Miranti"
Inez pun keluar dari ruangan bu Miranti, dia pergi ke ruangan penyimpanan barang perawat.
Locker milik Inez bernomor 35. Dia masukan tas dan semua barang berharganya.
Bahu Inez pun di tepuk oleh kak Erni, tetangganya yang setiap malam anu an bersama pacarnya yang emang ganteng.
"Hei, kamu baru ya?"
"Iya kak!"
"Kamu kebagian ngurusin kakek mana?"
"Kakek Wijaya"
"OMG, dia kakek terkaya di sini, kamu beruntung, kalau gue yang mengurusi dia, pasti gue mau jadi istrinya"
"Ko istri kak?"
"Iya, lumayan, dia udah tua, warisannya banyak, kita akan mendadak kaya"
"Bukannya kak Erni, punya pacar?"
"Oh, si Dion? Iya dia pacar Gue"
"Semalaman kalian ngapain sih kak? Berisik banget"
"Maaf yah! Heheh, si Dion emang Hyper, ya gimana lagi, gue juga heheheh"
"Maksudnya?"
"Ah, jangan sok bego! Umurmu berapa sekarang?"
"23 kak"
"Uda dewasa, masa lo ga tahu hal begituan?"
"Gak tahu kak, selama ini aku hanya kerja dan kerja"
"Ah bohong, gue ga percaya, lumayan juga lo, tarif berapa?"
"Astaga, kak? Aku ga begitu?"
"Baik baik, aku percaya! Palingan juga ga lama lagi"
"Ga lama apa kak?"
" hehehehe , engga , gak apa apa"
"Udah sana, lo kerja, keburu ngomel bu Miranti"
"Iya kak".
Inez pun pergi langsung ke kamar, Pak Wijaya.
Dengan Rambut di ikat cem pol, terlihat sangat cantik, bahkan Pak Wijaya yang sudah tua sampe melotot.
Melihat penampilan Inez di hari keduanya ini, pak Wijaya lebih sopan, tidak cerewet.
"Pak Wijaya, sudah makan?"
"Belum mbak, belum makan"
"Baiklah, ayo saya suapi"
"Mbak Inez hari ini cantik sekali"
"Terimakasih pak, padahal aku biasa saja pak"
Sambil gemetar, pak Wijaya berdiri .
"Bapak mau kemana?"
"Saya mau pipis, Mbak Inez tunggu di sini saja ya, aku bisa sendiri" ucap Pak Wijaya.
Pak Wijaya pun di tuntun hingga masuk kamar mandi.
Pintu pun di tutup, karena pak Wijaya malu.
Pak Wijaya pun keluar masih dengan berjalan yang bergetar sempoyongan dia pun duduk di kasur. Sambil dipegang tangannya oleh Inez.
"Gimana pak, mau makan di sini atau jalan jalan?"
"Jalan jalan ayok, soalnya mataharinya bagus"
"Baik kek, sebentar aku siapkan dulu"
Inez pun membuka kursi rodanya dan membantu Kakek Wijaya untuk duduk.
"Ayo kek! Hati hati"
Kakek Wijaya tidak sungkan di peluk oleh Inez,
Karena kakek Wijaya bukan kakek mata keranjang, dia kakek yang realistis dan berpendidikan, terutama dia beragama dengan baik.
Bahkan malah, saat kami jalan jalan, kakek Wijaya bilang.
"Inez, kamu anak baik, kalau bisa rok mu jangan pendek, besok lagi beli yang panjang ya?"
"Kenapa emang kek?"
"Ga enak, kakek, lihat cewe seksi"
"Kenapa ga enak kek?"
"Ah kamu ini, mancing mulu, kakek anggap kamu cucu kakek! Kamu baik"
"Gimana kakek tahu aku baik?"
"Kakek ini, lelaki, bisa membedakan mana Wanita perawan dengan yang engga"
"Emang kalau yang ga perawan ga baik ya kek?"
"Ga gitu juga sih, cuman seumur kamu, masih bisa menjaga, itu sih hebat Inez"
Dari kejauhan ada mobil pajero hitam, dan yang pasti itu mobil orang kaya, dia berhenti di depan gerbang panti.
Keluar lah, sang cucu, bernama Angga.
"Kakek!"
"Cucuku itu, angga namanya"
"Iya kek"
Angga langsung memeluk kakeknya.
"Kek maaf aku baru ke sini, eh kakek udah punya perawat?"
"Iya, kenalkan nama dia Inez"
"Iya, tuan nama saya Inez"
"Jangan panggil tuan, kita sepertinya seumuran, panggil saja Angga"
"Baik Tuan Angga"
Mata Angga melirik ke arah Inez.
"Angga, jangan pake Tuan, panggil saja Angga"tegas Angga.
"Oh, iya Angga"
Angga pun menggantikan Inez mendorong kursi roda kakeknya.
"Kakek, ibu dan Ayah sibuk sekali, sampe sampe mereka tak ingat ulang tahunku kek"
"Sabar kamu, ayah ibumu bekerja untuk kamu juga, kamu anak yang paling di sayangi mereka"
"Kemarin, Angga melihat, ayah dan ibu bertengkar lagi"
"Kenapa lagi?"
"Entahlah, kata ibu, Ayah selingkuh, tapi ayah menyangkal itu, ayah bilang ibu fitnah, entah mana yang benar, Angga ga tahu"
"Kamu ga usah ikut campur urusan orang tua, yang penting hidupmu tidak susah itu sudah cukup"
Angga berbincang dengan kakeknya, sementara Inez hanya mengikuti dari belakang.
"Aduh kakek mau pipis lagi"ucap Kakek Wijaya.
"Sini biar Angga betulkan keteter nya"
Keteter adalah saluran penampungan kencing, untuk para orang tua yang tak bisa bangun ke kamar mandi, tadi kakek Wijaya sudah pasang sendiri di kamar mandi.
Angga langsung membetulkan Keteternya. Inez kagum dengan keahlian dan rasa Sayang Angga pada Kakeknya.
"Inez, kamu bisa pasang alat keteter ini?"
"Bisa, aku sudah belajar"
"Kamu canggung atau tidak?"
"Tidak, karena itu pekerjaan saya"
"Baiklah, makasih yah, jika aku tak ada di sini, mohon bantuannya menjaga kakek ku"
"Iya, Angga, tenang saja, saya lulusan perawat lansia terbaik ko"
Angga tersenyum pada Inez.
Kakek Wijaya melihat, ada kecocokan, tapi Angga sudah memiliki kekasih sejak dulu, yaitu Wina.
Kakek Wijaya, meski sudah tua dia terus saja memikirkan cucunya itu.
Dia memikirkan bagaimana caranya setelah dia mati, Angga tidak akan kesepian, dia bisa mendapatkan wanita yang setia dan menerima keadaan Angga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Jihan Hwang
keren...bagus ceritanya..
mampir dikarya aku juga ya jika berkenan/Smile//Pray/
2024-11-19
0
LISA
Aku mampir Kak
2024-11-08
1