Briyan seorang pemuda tampan berumur 27 tahun, dia hanya hidup bersama ibunya, dia belum pernah sama sekali bertemu dengan Ayah kandungnya, Ibunya Saraswati selalu menyembunyikan tentang siapa ayah kandung Briyan sebenarnya
Sampai suatu hari Briyan bertemu dengan Liliana dia adalah anak angkat dari seorang laki-laki kaya raya. Hubungan Briyan dan juga Liliana tidaklah mudah, kakak dari Liliana mencoba menghancurkan hubungan Liliana dengan kekasihnya, belum juga Adrian ayah angkat Liliana juga tidak menyetujui hubungan mereka.
Adrian belum mengetahui bahwa Briyan adalah anak kandungnya, dia menyuruh Liliana untuk mengakhiri hubungannya dengan Briyan karena menurutnya Briyan hanyalah pemuda miskin yang hanya menginginkan hartanya saja.
Hingga suatu hari, akhirnya Adrian mengetahui bahwa sebenarnya Briyan adalah anak kandungnya dengan Saraswati
Bagaimanakah kisah selanjutnya? Yuk kawal cerita ini sampai selesai😊
Jagan lupa tinggalkan jejak kalian ya readers........
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indaria_ria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15# Kedatangan Lilian
Pagi hari di kantor milik pak Adrian, di ruangan miliknya sudah berkumpul beberapa orang yang sudah siap mendengarkan keputusan rapat yang akan pak Adrian umumkan hari ini.
Disana belum terlihat Arka datang, pak Adrian sudah mencoba menghubungi asisten pribadinya tapi ternyata nomer ponsel milik Arka tidak bisa di hubungi.
"Kemana anak itu?" batin pak Adrian.
Sementara itu Arka sedang berada di dalam mobilnya, setengah jam lalu dia sudah berangkat dari rumahnya tapi ternyata dia terjebak kemacetan di jalan raya, hari ini dia memang terlambat bangun pagi, bahkan baterai ponsel miliknya pun belum sempat dia isi.
"Aku pasti terlambat, pak Adrian pasti akan marah, ditambah ponselku juga tidak nyala sama sekali." Arka mulai gelisah.
Sementara itu pak Adrian sudah tidak bisa menunggu Arka lagi, waktu akan terus berjalan ada dan tanpa adanya Arka keputusannya harus segera diumumkan.
"Baiklah saya akan membacakan keputusannya sekarang." pak Adrian terdiam sejenak.
"Saya sudah memilih dan sudah saya putuskan bahwa perusahaan yang akan saya pilih adalah perusahaan milik pak Gunawan."
Mereka semua yang berada disana sebenarnya sudah memprediksikannya kalau perusahaan pak Gunawan lah yang akan pak Adrian pilih, disana pak Gunawan yang datang sendiri tanpa Briyan benar-benar puas dengan hasil keputusan yang pak Adrian pilih, dia akan berusaha menjadi partner yang baik untuk kedepannya.
"Maaf saya terlambat." ucap Arka yang baru saja masuk keruangan pak Adrian.
"Kemana saja kamu, kamu tau ini sudah jam berapa?" tanya pak Adrian tegas.
"Saya tau pak, mohon maaf jalanan sangat macet sekali." alasan Arka.
"Lalu ada apa dengan ponselmu? apa kamu akan alasan kalau ponselmu mati?" gertak pak Adrian.
"Itu juga benar pak, tapi maaf sebenarnya semalam saya juga terkena sabotase dari seseorang." sambung Arka sambil melirik ke beberapa orang suruhan pak Agung yang hadir disana.
"Sabotase? ada apa?" pak Adrian tau pembicaraannya dengan Arka lebih baik hanya berdua saja, kalau sampai yang lain tau pasti akan tambah runyam.
"Baiklah rapat saya akhiri, Arka kamu tetap disini!."
Semua orang yang ikut dalam rapat itu satu persatu segera keluar dari ruangan itu, sementara pak Gunawan langsung dibawa sekretaris pak Adrian untuk segera menandatangani surat kontrak diruangan lain.
Arka yang masih diruangan bersama pak Adrian segera diminta pak Adrian untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, disana pak Adrian mulai emosi mendengar penjelasan Arka.
"Berani-beraninya Agung berurusan denganku, sudah lama perusahaannya selalu saja bersaing denganku, apa maunya sebenarnya? Sekarang aku yakin dia akan melakukan sesuatu karena perusahaannya tidak terpilih olehku" batin pak Adrian
**
Sementara itu ditempat lain Lilian sedang berada didepan rumah milik Briyan, hari ini Lilian meminta ijin untuk datang terlambat ke kantor papanya, dia bermaksud ingin menemui Saraswati, ibu dari Briyan untuk meminta maaf.
Lilian mencoba mengetuk pintu rumah Briyan, tapi belum ada sahutan dari dalam rumah, Lilian mencoba melihat sekeliling rumah itu. Biasanya Saraswati sedang berada dibelakang rumah.
"Siapa?" samar-samar terdengar suara dari dalam rumah, Lilian langsung kembali mendekati pintu.
"Saya bu, Lilian." sahut Lilian dari luar.
"Masuklah, pintu tidak di kunci." jawab Saraswati.
Lilian segera membuka pintu milik Saraswati, dia sedikit heran kenapa ibu Briyan tidak membukakannya biasanya dia akan berada di depan pintu kalau Lilian datang.
"Ibu ada di kamar Lilian, masuklah." Lilian bertambah heran, ada apa dengan ibunya Briyan.
"Ibu? ibu kenapa?" tanya Lilian setelah mendapati Saraswati sedang berbaring di tempat tidurnya dengan balutan perban di kepala serta kakinya.
"Ibu habis kecelakaan Lilian." jelas Saraswati.
"Kecelakaan? dimana bu?" Lilian segera mendekat, dan mulai melihat luka di kaki Saraswati.
"Dijalan dekat lampu merah." mendengar jawaban ibunya Briyan, Lilian langsung terkejut.
"Di dekat lampu merah? bukankah mama kemarin juga baru saja menabrak orang disana? apa jangan-jangan orang yang ditabrak mama itu adalah ibu Saraswati?" batin Lilian bertanya-tanya.
"Siapa orang yang sudah menabrak ibu?" Lilian mencoba memastikan.
"Ibu juga kurang tau, tapi yang menabrak ibu itu seorang perempuan." Lilian mulai yakin.
"Apa orangnya naik mobil? siapa nama orangnya bu?" tanya Lilian kembali.
"Ya dia naik mobil, namanya itu kalau tidak salah Casandra."
Deg...
Benar saja Casandra, mamanya lah yang sudah menabrak ibu Briyan, Lilian mulai takut seandainya Ibu Briyan mengetahui kalau yang sudah membuatnya celaka adalah mamanya sendiri.
"Kenapa Lilian? kenapa wajahmu jadi pucat?" Saraswati langsung heran melihat perubahan dari wajah Lilian setelah mendengar nama orang yang sudah menabraknya.
"Ti-tidak apa-apa bu, semoga orang yang sudah menabrak ibu mau bertanggung jawab." jawab Lilian
"Orang itu pantasnya di hukum, dan tidak boleh bebas berkendara lagi, bukan hanya ibu yang sudah dia tabrak, tapi ternyata kasusnya sudah banyak di luar." Tiba-tiba saja Briyan sudah masuk kekamar ibunya dan mendapati Lilian sudah ada di dekat ibunya.
"Briyan? kamu tidak bekerja?" jawab Lilian yang sedikit gugup.
"Ibu habis kecelakaan, dan hari ini aku cuti untuk menjaga ibu." jawab singkat Briyan.
"Kenapa Briyan sekarang bersikap dingin, apa ini gara-gara karena aku sudah memutuskan hubungan ini." batin Lilian, mereka langsung sama-sama terdiam dengan pemikiran masing-masing.
"Lilian, ada apa tiba-tiba kamu datang kemari nak?" suara Saraswati memecahkan keheningan.
"A-aku kesini hanya untuk?"
"Minta maaf?" sambung Briyan, Lilian hanya bisa melongo mendengar Briyan sudah bisa menebak tujuannya kerumah itu.
"Kenapa harus minta maaf Lilian bukankah kamu tidak punya salah sama ibu?" ucap Saraswati.
"Tapi? aku sudah menganggap ibu seperti ibuku sendiri, maafkan Lilian bu." terlihat mata Lilian mulai berembun.
"Sudahlah, kalau itu pilihanmu tidak apa-apa, lagian Briyan juga bukan orang kaya Lilian, pantasnya kamu mendapatkan orang yang sederajat dengan keluargamu." Briyan langsung mengalihkan pandangannya setelah tau Lilian lansung menatap kearahnya.
"Briyan apa Rania sudah datang? dia meminta tolong kamu untuk mengantar nya kemarin." ucapan Saraswati seolah menunjukkan pada Lilian kalau ternyata sudah ada wanita lain yang berada di kehidupan Briyan.
"Iya bu, Rania tadi sudah menghubungiku." jawab Briyan.
Sebenarnya di dalam hati, Briyan tidak tega membicarakan perempuan lain didepan Lilian, dia tau sekali bagaimana Lilian, dia pasti akan marah besar, tapi sekarang sudah berbeda. Briyan tidak yakin kalau Lilian akan marah, karena dirinya yang sudah memilih berpisah dari dirinya.
"Maaf ibu, kalau begitu saya pamit pulang ya, aku harus kembali kekantor." tiba-tiba saja Lilian langsung berpamitan, sebenarnya ada rasa marah dihatinya, kenapa dengan cepat Briyan bisa melupakannya dan langsung bisa menggantikan perempuan lain di kehidupannya.
''Sabar Lilian, bukankah kamu sendiri yang meminta untuk mengakhiri hubungan ini?" batin Lilian menguatkan diri sendiri.
Briyan tidak bisa tau apakah Lilian menghindar dan memilih pergi setelah dirinya membicarakan perempuan lain di depannya atau Lilian memang sudah bisa melupakan dirinya dan sudah tidak marah dia dekat dengan perempuan lain.
"Lilian, maaf bukan maksudku membuatmu marah." ucap Briyan.
"Marah? marah untuk apa Briyan? oh, orang yang bernama Rania? bukankah kamu sudah bebas dekat dengan perempuan lain mulai sekarang?" sebenarnya mulut dan hati Lilian berbeda, apa yang di ucapkannya sebenarnya adalah kebalikannya, tapi dia mencoba bersikap biasa di depan Briyan.
"Baiklah, semoga kamu juga cepat mendapat penggantiku, dan tentunya orang yang kaya yang setara dengan keluargamu." ucap Briyan kembali, sebenarnya di dalam hatinya, Briyan masih berat berpisah dengan Liliana.
Bersambung....