Di tahun 2145, dunia yang pernah subur berubah menjadi neraka yang tandus. Bumi telah menyerah pada keserakahan manusia, hancur oleh perang nuklir, perubahan iklim yang tak terkendali, dan bencana alam yang merajalela. Langit dipenuhi asap pekat, daratan terbelah oleh gempa, dan peradaban runtuh dalam kekacauan.
Di tengah kehancuran ini, seorang ilmuwan bernama Dr. Elara Wu berjuang untuk menyelamatkan sisa-sisa umat manusia. Dia menemukan petunjuk tentang sebuah koloni rahasia di planet lain, yang dibangun oleh kelompok elite sebelum kehancuran. Namun, akses ke koloni tersebut membutuhkan kunci berupa perangkat kuno yang tersembunyi di jantung kota yang sekarang menjadi reruntuhan.
Elara bergabung dengan Orion, seorang mantan tentara yang kehilangan keluarganya dalam perang terakhir. Bersama, mereka harus melawan kelompok anarkis yang memanfaatkan kekacauan, menghadapi cuaca ekstrem, dan menemukan kembali harapan di dunia yang hampir tanpa masa depan.
Apakah Elara dan Orion mampu m
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12: Akhir yang Tak Terelakkan
Dunia terasa semakin sempit bagi Elara dan Orion. Hutan beton yang dulunya menyembunyikan segala rahasia kini menjadi medan pertempuran yang penuh darah dan kematian. Jaringan Kematian, pasukan bayaran yang dipekerjakan oleh kekuatan gelap di luar Eden, telah mengepung mereka dengan brutal. Kematian semakin dekat, dan tak ada lagi tempat untuk bersembunyi. Setiap detak jantung mereka membawa mereka lebih dekat ke ambang kehancuran.
Elara menyeka darah yang mengalir dari wajah Orion, sementara nafasnya sendiri terasa semakin berat. “Kita harus keluar dari sini. Sekarang,” desaknya, meskipun dirinya sudah hampir kehabisan tenaga.
Namun, di hadapan mereka, pasukan bayaran yang lebih besar kini muncul dari balik bayang-bayang, senjata mereka terarah dengan penuh keyakinan. Salah satu dari mereka, yang tampaknya merupakan pemimpin kelompok, mengenakan pelindung tubuh berteknologi tinggi dan tampak sangat tenang, meskipun dalam pertempuran yang telah berlangsung. Wajahnya tertutup masker, hanya menyisakan sepasang mata tajam yang menatap mereka seperti mangsa.
“Aku ingin kalian tahu, ini bukan karena kami menyukai pekerjaan ini. Ini adalah perintah langsung. Kalian berdua terlalu berbahaya untuk dibiarkan hidup,” suara pemimpin itu terdengar dengan ketenangan yang menakutkan.
Orion, meskipun terluka parah, masih menunjukkan senyuman tipis. “Kau tahu, kami tidak akan mati dengan mudah,” katanya dengan suara serak. “Jika kalian ingin membunuh kami, kalian harus melakukannya sendiri.”
Pemimpin itu mengangguk, dan tanpa memberi kesempatan untuk melawan, ia memberi perintah kepada anak buahnya. “Selesaikan pekerjaan ini. Jangan tinggalkan satu pun yang masih bernyawa.”
---
Suara tembakan semakin sering terdengar, bergema melalui reruntuhan kota yang hancur. Elara dan Orion bergerak dengan sisa kekuatan mereka, melompat di antara bayang-bayang dan reruntuhan untuk menghindari tembakan. Mereka tahu bahwa semakin lama mereka bertahan, semakin besar kemungkinan mereka mati di tempat ini.
“Orion, kita harus keluar dari sini!” Elara berteriak, suaranya penuh keputusasaan.
Orion, yang sudah semakin lemah karena kehilangan darah, menatapnya dengan mata yang semakin sayu. “Aku tidak bisa... Kita... sudah terlalu terlambat.”
Namun, Elara tidak mau menyerah. Tanpa ragu, dia menariknya ke dalam sebuah gedung yang hampir roboh, mencari perlindungan sementara. Tetapi sebelum mereka bisa mencapai pintu masuk, sebuah ledakan dahsyat mengguncang tanah di bawah kaki mereka. Kekuatan ledakan itu melontarkan mereka berdua ke udara, menghantam dinding beton dan menyebabkan tubuh mereka terhempas dengan keras.
Elara merasakan kepalanya berputar, dan tubuhnya terasa hancur. Namun, dalam kebingungannya, dia masih bisa melihat wajah Orion yang tergolek tak bergerak di dekatnya. Darah mengalir deras dari luka tembak di bahu dan perutnya.
“Orion...” suara Elara hampir tak terdengar, tetapi dia berusaha merangkak mendekat. Namun, kegelapan segera mengambil alih.
Beberapa detik kemudian, Elara merasa tubuhnya semakin lemah. Sebuah tangan kasar menariknya ke dalam kegelapan. Mata Elara berusaha terbuka, melihat satu-satunya hal yang tersisa: wajah pemimpin Jaringan Kematian, yang kini berdiri di atasnya.
“Tidak ada yang akan tahu siapa kalian sebenarnya. Eden akan tetap berdiri, dan kalian akan menjadi kenangan yang terlupakan,” ujar pemimpin itu dengan suara penuh keyakinan. “Kalian tidak akan bisa melawan sistem yang lebih besar.”
Sebelum Elara bisa memberikan perlawanan, sebuah suara keras terdengar. Teman yang terluka, Orion, meskipun dalam keadaan hampir mati, berhasil meraih pistol di saku pelindungnya dan menembak tepat ke arah pemimpin itu. Namun, tembakan itu hanya mengenai tubuhnya sebagian, membuat pemimpin itu sedikit terhuyung mundur. Meskipun terluka, pria itu tersenyum dengan penuh keangkuhan.
“Elara!” Orion berteriak, tubuhnya semakin lemah. Tetapi darah yang terus mengalir membuat suaranya semakin tidak terdengar. “Kita... harus terus berjuang.”
Namun, sebelum Elara bisa merespon, lebih banyak pasukan bayaran muncul. Mereka berjumlah belasan orang, masing-masing membawa senjata canggih. Tanpa ragu, mereka menembak habis kedua tubuh yang sudah lemah itu. Setiap peluru yang masuk ke tubuh mereka seakan semakin mendekatkan mereka pada akhir hidup.
Pada akhirnya, Elara merasakan tubuhnya tak mampu lagi bergerak. Darah menggenang di sekitar mereka, menciptakan pemandangan yang suram dan penuh kehancuran. Tak ada lagi harapan. Dunia yang dulu penuh dengan impian dan perjuangan kini hancur begitu saja. Eden tetap berdiri kokoh, dan tidak ada yang akan pernah tahu kebenaran yang dibawa Elara dan Orion.
Namun, di balik kehancuran ini, mungkin ada secercah harapan yang tersembunyi. Sebuah kisah yang mungkin takkan pernah terlupakan, meskipun dunia memilih untuk melupakan mereka.
Seiring waktu berlalu, mayat Elara dan Orion tergeletak di tengah puing-puing kota yang hancur. Dunia luar tetap tak tersentuh, dan rahasia Eden tetap terkubur dalam kegelapan. Tetapi darah mereka, meskipun telah membeku, tidak akan sia-sia. Dunia mungkin telah lupa, tetapi keteguhan hati mereka akan tetap hidup, menyimpan memori tentang perjuangan yang tak pernah usai.
Kematian mungkin adalah akhir bagi mereka, tetapi dalam kegelapan ini, mungkin ada cahaya baru yang akan muncul, sebuah masa depan yang akan membawa dunia pada perubahan. Namun, itu hanya akan terwujud jika ada yang berani mengingat dan melanjutkan perjuangan yang telah dimulai Elara dan Orion.
Tapi itu, hanya waktu yang akan menentukan.