NovelToon NovelToon
Warisan Sihir Radena

Warisan Sihir Radena

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa
Popularitas:469
Nilai: 5
Nama Author: Dzira Ramadhan

Di negeri magis Aelderia, Radena, seorang putri kerajaan yang berbakat sihir, merasa terbelenggu oleh takdirnya sebagai pewaris takhta. Hidupnya berubah ketika ia dihantui mimpi misterius tentang kehancuran dunia dan mendengar legenda tentang Astralis—sebuah senjata legendaris yang dipercaya mampu menyelamatkan atau menghancurkan dunia. Dalam pelariannya mencari kebenaran, ia bertemu Frieden, seorang petualang misterius yang ternyata terikat dalam takdir yang sama.

Perjalanan mereka membawa keduanya melewati hutan gelap, kuil tersembunyi, hingga pertempuran melawan sekte sihir gelap yang mengincar Astralis demi kekuatan tak terbayangkan. Namun, untuk mendapatkan senjata itu, Radena harus menghadapi rahasia besar tentang asal-usul sihir dan pengorbanan yang melahirkan dunia mereka.

Ketika kegelapan semakin mendekat, Radena dan Frieden harus memutuskan: berjuang bersama atau terpecah oleh rahasia yang membebani jiwa mereka. Di antara pilihan dan takdir, apakah Radena siap memb

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dzira Ramadhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8: Ritual Darah Bintang

Radena dan Frieden melanjutkan perjalanan mereka setelah meninggalkan Hutan Kegelapan. Cincin petunjuk yang mereka temukan di kuil menunjukkan lokasi berikutnya, sebuah gunung terpencil di barat bernama Puncak Astralis.

   Gunung itu terkenal di kalangan petualang sebagai tempat yang penuh bahaya. Legenda mengatakan bahwa di sana pernah dilakukan ritual purba yang melibatkan darah bintang—materi langit yang dikorbankan untuk menciptakan sihir pertama di dunia.

   Radena memegang cincin itu di tangannya, matanya terfokus pada simbol-simbol yang bersinar samar. “Aku merasa tempat ini menyimpan sesuatu yang besar, Frieden. Sesuatu yang lebih dari sekadar petunjuk.”

   Frieden, yang berjalan di sampingnya sambil membawa peta, mengangguk setuju. “Dan juga lebih banyak bahaya, jika aku harus menebak.”

   Radena tersenyum kecil. “Kau semakin pesimis.”

   “Bukan pesimis, hanya realistis,” balas Frieden dengan nada  ringan.

   Namun, jauh di dalam hati mereka, keduanya tahu bahwa pendakian ini akan menjadi ujian terbesar sejauh ini.

   Pendakian Menuju Puncak

   Udara di kaki gunung terasa tipis dan dingin, bahkan sebelum mereka memulai pendakian. Pohon-pohon yang tumbuh di lerengnya tampak seperti tangan kaku yang meraih langit, seolah-olah gunung ini menolak kedatangan siapa pun.

   “Semakin menyenangkan saja,” kata Frieden sambil menarik napas dalam, memandangi jalur berbatu yang berliku-liku ke atas.

   Radena memandangi lereng curam itu dengan tatapan serius. “Kita tidak punya waktu untuk berhenti. Kalau sekte gelap sudah tahu tentang tempat ini, mereka mungkin sudah di depan kita.”

   Mereka mulai mendaki, menghadapi medan yang semakin sulit. Batu-batu lepas membuat langkah mereka tidak stabil, dan udara yang semakin dingin membuat mereka sulit bernapas.

   Saat mereka mendekati puncak, energi sihir yang kuat mulai terasa. Radena berhenti sejenak, meletakkan tangannya di dada.

   “Kau merasakan itu?” tanyanya.

   Frieden mengangguk, mengerutkan dahi. “Ya, seperti... sesuatu yang mengawasi kita.”

   Radena menggenggam tongkatnya lebih erat. Ia tahu energi ini bukan hanya fenomena alam; ini adalah jejak sihir purba yang masih hidup.

   Ritual yang Terlupakan

   Ketika mereka akhirnya mencapai puncak, mereka menemukan sebuah altar besar yang dikelilingi oleh lingkaran batu kuno. Di tengah altar itu, ada sebuah mangkuk besar yang terbuat dari kristal biru, dengan cairan merah tua yang tampak seperti darah, tetapi berkilauan seperti bintang di bawah cahaya.

   “Ini darah bintang,” kata Radena dengan nada kagum. “Bahan sihir paling murni yang pernah ada.”

   Frieden menatap cairan itu dengan hati-hati. “Dan juga bahan yang mungkin akan membunuh kita kalau kita salah menggunakannya.”

   Radena memandangi ukiran di altar. Simbol-simbol itu menyerupai yang ada di cincin, tetapi ada pola baru yang terlihat seperti lingkaran dengan titik-titik kecil di dalamnya.

   “Ini adalah bagian dari ritual,” gumam Radena. “Kita harus mengaktifkan sesuatu di sini.”

   “Tunggu,” kata Frieden, mengangkat tangannya. “Kau yakin tentang ini? Apa pun yang kita lakukan di sini bisa membangunkan sesuatu yang tidak ingin kita hadapi.”

   Radena mengangguk pelan. “Aku tahu risikonya, tapi kita tidak punya pilihan lain.”

   Ia mengeluarkan cincin dari tasnya dan meletakkannya di tengah altar. Saat cincin itu bersentuhan dengan darah bintang, cahaya biru terang menyelimuti mereka.

   Dari cahaya itu, muncul sosok bayangan besar. Wujudnya seperti naga, tetapi tubuhnya terbuat dari kabut bercahaya. Matanya yang berwarna keemasan menatap langsung ke arah Radena.

   Sang Penjaga Ritual

   Sosok itu berbicara, suaranya menggema seperti guntur.

   “Siapa yang berani mengganggu tempat suci ini?”

   Radena melangkah maju dengan hati-hati. “Aku adalah Radena Altheron, pewaris kerajaan Aelderia. Aku datang untuk mencari kebenaran tentang sihir dan Astralis.”

   Mata naga itu menyipit, tampak menilai Radena. “Astralis adalah  warisan kekuatan yang melampaui dunia ini. Hanya mereka yang memiliki keberanian dan jiwa yang murni yang bisa melanjutkan perjalanan.”

   Frieden melangkah ke depan, berdiri di samping Radena. “Kami telah melampaui hutan dan penjaga kuil. Apa lagi yang harus kami buktikan?”

   Sang naga mengaum pelan, membuat tanah di sekitar mereka bergetar. “Kalian harus menghadapi ujian terakhir. Ujian jiwa.”

   Radena mengangguk, meskipun ia tidak sepenuhnya memahami apa yang akan terjadi. “Kami siap.”

 

   Ujian Jiwa

   Sang naga mengangkat satu cakarnya, dan dalam sekejap, dunia di sekitar Radena dan Frieden berubah. Mereka tidak lagi berada di puncak gunung, tetapi di tempat yang gelap dan kosong, hanya diterangi oleh cahaya redup dari langit yang tampak seperti kaca retak.

   “Di tempat ini, kalian akan menghadapi ketakutan terdalam kalian,” suara naga itu menggema. “Hanya dengan menghadapinya, kalian bisa menemukan kekuatan sejati di dalam diri kalian.”

   Radena mendapati dirinya sendirian. Frieden tidak terlihat di mana pun. Ia memegang tongkatnya erat-erat, merasakan ketegangan di udara.

   Tiba-tiba, bayangan muncul di depannya, berubah menjadi sosok yang sangat ia kenal: ayahnya, Raja Altheron.

   “Radena,” kata bayangan itu, suaranya dingin. “Kau adalah kegagalan. Kau terlalu lemah untuk menjadi pewaris takhta.”

   Radena merasakan dadanya sesak. Kata-kata itu adalah ketakutan terdalamnya—bahwa ia tidak pernah cukup baik untuk menjadi pewaris kerajaan.

   Namun, ia menggenggam tongkatnya lebih erat, menatap bayangan itu dengan penuh tekad. “Aku mungkin memiliki kelemahan, tetapi aku tidak akan membiarkan rasa takut ini menguasai diriku.”

   Dengan satu mantra, ia mengarahkan cahaya dari tongkatnya ke bayangan itu, membuatnya lenyap menjadi serpihan.

   Sementara itu, Frieden berada di tempat lain, menghadapi ujian serupa. Bayangannya sendiri muncul dalam wujud dirinya yang lebih muda, saat ia kehilangan keluarganya dalam serangan sekte gelap.

   “Kau tidak bisa melindungi siapa pun,” kata bayangan itu. “Apa yang membuatmu berpikir kau bisa menyelamatkan dunia?”

   Frieden menutup matanya, menahan rasa sakit dari kenangan itu. “Aku tidak sempurna. Tapi aku akan terus berjuang, meskipun aku gagal.”

   Dengan ayunan pedangnya, ia menghancurkan bayangan itu, menunjukkan tekadnya untuk tidak menyerah.

   Kembali ke Puncak

   Ketika mereka kembali ke puncak gunung, naga itu berdiri di depan mereka, tampak puas.

   “Kalian telah menunjukkan keberanian sejati,” katanya. “Bawa cincin ini ke lokasi berikutnya, dan bersiaplah menghadapi ujian yang lebih besar.”

   Cincin di altar berubah, simbol-simbol di atasnya menjadi lebih jelas. Radena mengambilnya, merasa lebih percaya diri daripada sebelumnya.

   “Kita berhasil,” kata Frieden dengan senyum kecil.

   Radena mengangguk, tetapi dalam hatinya, ia tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang—dan bahaya yang lebih besar menunggu di depan.

1
Sriverie
👍
Dzira Ramadhan: makasih udang😭
total 1 replies
Sriverie
gurita unyu
Sriverie
naga Wak👍
Sriverie
👍
M. Nabil Hadafi
Aku gk tau ceritanya termasuk bagus apa tidak,tp aku suka dan enjoy bacanya
Dzira Ramadhan: mantap
total 1 replies
Author GG
ini sengaja di publish atau bagaimana author ...
Dzira Ramadhan: hmm, itu sementara
total 1 replies
「Hikotoki」
sinopsis hanya menjelaskan secara singkat tujuan mc, atau keinginannya saja, tidak perlu menjelaskan bab 1 bab 2 bab 3, selain boros juga menurunkan kualitas novelmu
Yessica Gutierrez Mamani
karya ini benar-benar bikin saya terhibur. Terima kasih thor banyak, keep up the good work!
Dzira Ramadhan: makasih
total 1 replies
Mashiro Shiina
Lanjutkan menulis, aku siap menjadi penggemarmu setia.
Dzira Ramadhan: makasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!