Menjadi wanita gemuk, selalu di hina oleh orang sekitarnya. Menjadi bahan olok-olokan bahkan dia mati dalam keadaan yang mengenaskan. Lengkap sekali hidupnya untuk dikatakan hancur.
Namanya Alena Arganta, seorang Putri dari Duke Arganta yang baik hati. Dia dibesarkan dengan kasih sayang yang melimpah. Hingga membuat sosok Alena yang baik justru mudah dimanfaatkan oleh orang-orang.
Di usianya yang ke 20 tahun dia menjadi seorang Putri Mahkota, dan menikah dengan Pangeran Mahkota saat usianya 24 tahun. Namun di balik kedok cinta sang Pangeran, tersirat siasat licik pria itu untuk menghancurkan keluarga Arganta.
Hingga kebaikan hati Alena akhirnya dimanfaatkan dengan mudah dengan iming-iming cinta, hingga membuat dia berhasil menjadi Raja dan memb*antai seluruh Arganta yang ada, termasuk istrinya sendiri, Alena Arganta.
Tak disangka, Alena yang mati di bawah pisau penggal, kini hidup kembali ke waktu di mana dia belum menjadi Putri Mahkota.
Akankah nasibnya berubah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rzone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Menceritakan Segalanya Pada Mattias
“Benar Baginda, saya sedikit banyaknya setuju akan hal itu. Sebagai seorang Pangeran Mahkota, tugas berat yang seharusnya dia lakukan justru ditanggung oleh Pangeran Mattias.” Ucap yang lain, Raja menekan kepalanya yang berdenyut.
“Saya juga menginginkan hal serupa, akankah ada dari kalian yang memiliki solusinya?” Tanya Raja, beberapa Bangsawan menghela nafas lega.
“Saya memiliki satu hal yang ingin saya sampaikan, buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya. Begitupun dengan Pangeran Mattias, beliau begitu mencintai Lady Alena sehingga melakukan segala cara agar dapat bersama pujaan hatinya.” Raja mengangguk dan faham maksud ucapan bawahannya itu.
“Kau benar, aku harus menggunakan Lady Alena.” Ucap sang Raja, sedangkan rapat itu ditutup dua jam kemudian.
Malam itu, pengumuman pernikahan mengenai Duke Mattias dan Lady Alena diumumkan. Pesta kecil diadakan di kediaman Duke Arganta, meski tak semeriah pesta yang sering diadakan para Bangsawan lainnya, namun pesta itu masih sangat nyaman. Sedangkan Alena sendiri yang tahu mengenai hal itu tak dapat berbuat apapun, kecuali mengikuti alur waktu yang menyeretnya.
“Alena?” Mattias datang ke kamar Alena malam itu setelah pesta, Alena menghela nafas panjang.
“Apa yang terjadi di luar sana?” Tanya Alena, Mattias menggelengkan kepalanya. Dia enggan memberi tahu apapun tentang apa yang telah terjadi di Istana dan juga apa yang telah terjadi di luar kediaman itu.
“Anda tidak ingin memberi tahu saya?” Tanya Alena, Mattias mengangguk dan memeluk Alena begitu saja. Berat sekali memperjuangkan sesuatu rasanya, demi memiliki sesuatu Mattias juga harus siap menerima konsekuensinya.
“Kenapa anda jadi seperti ini?” Tanya Alena, setelah mereka saling mengungkapkan perasaan satu sama lain. Mattias jadi sering melakukan tindakan di luar kendali Alena.
“Alena, apa anda akan menyuruh saya kembali ke Istana?” Tanya Mattias, Alena menggelengkan kepalanya.
“Tidak, bila itu tidak anda inginkan.” Bisik Alena, Mattias mengangguk dan memberikan sebuah kertas pada Alena.
Alena menemukan stempel Raja pada amplop surat itu, Alena menghela nafas dan membuka surat yang berisikan undangan dari sang Raja untuk dapat bertemu.
“Baru saja menghadapi mertua yang sangat berbahaya, kini aku juga harus menghadapi ayah yang seperti itu.” Gerutu Mattias, Alena terkekeh dan mengusap kepala Mattias.
“Anda bisa melakukannya,” Bisik Alena, Mattias mengangguk.
“Aneh ya? Kita belum bertemu cukup lama. Namun kita sudah dapat memahami satu sama lain dengan sangat baik. Apa ini yang disebut takdir?” Bisik Mattias, Alena terkekeh dan mengangguk.
“Mattias, aku ingin memberitahu sesuatu padamu.” Alena menghela nafas, Mattias adalah orang yang mati dengannya. Tak mungkin bila Mattias akan mengkhianatinya di masa depan.
“Katakanlah,” Ucap Mattias, Alena berjalan menuju kursi kamarnya yang di ikuti oleh Mattias.
“Saya berasal dari masa depan, mungkin ini terdengar aneh bagi anda. Namun beberapa hal bisa saya ceritakan hingga anda akan faham situasinya.” Alena akhirnya menceritakan tentang kejadian yang akan menimpanya di masa depan, tepatnya di kehidupan sebelumnya yang pernah di lalui oleh Alena.
“Begitu ceritanya, awalnya saya Ragu. Atas dasar apa anda mencintai saya hingga sangat besar seperti itu.” Mattias terdiam dan berpikir, terdapat masa di mana Kerajaan ini akan hancur nampaknya.
Apa yang dilakukan Mattias di masa depan adalah bentuk bunuh diri sekaligus menghancurkan semua orang, setelah dirinya tiada. Rakyat pasti memberontak, pemberontakan akan terus terjadi hingga perang antar Kerajaan terjadi.
Karena Kerajaan sudah melemah secara internal, alhasil Kerajaan akan jatuh ke tangan musuh. Mattias menghela nafas, akan begitu banyak korban yang berjatuhan setelahnya. Melihat kemungkinan terbesar bila Carli yang selalu mementingkan dirinya sendiri di atas segalanya.
Mattias mengepalkan tangannya, benarkah apa yang saat ini tengah dia lakukan. Meski di masa depan dia bisa melindungi Alena, namun apakah orang lain akan baik-baik saja. Para Ksatria-nya, dan juga Ayahnya yang begitu mencintai dirinya.
“Alena, apa menurut anda keputusan saya benar?” Tanya Mattias, Alena terdiam menatap wajah sendu Mattias.
“Apa yang paling akan anda sesali seharusnya telah anda atasi dengan sangat baik, apa lagi yang anda harapkan akan menjadi harapan saya di masa depan.” Bisik Alena, Mattias menghela nafas kian panjang namun juga lega.
“Saya mencintai anda Alena,” Bisik Mattias, dia memeluk Alena dan membiarkan kerusuhan di hatinya melebur menjadi satu. Biarlah urusan esok untuk esok dan malam itu Mattias ingin beristirahat dengan tenang.
Pagi tiba, Mattias terbangun di kamar tamu. Mattias terdiam, padahal dia ingat bila dirinya tertidur di kamar Alena semalam. Apa yang sebenarnya terjadi? Pikir Mattias, namun jawabannya telah dia dapatkan saat melihat dua Ksatria Naga Putih berada di sana.
“Kalian yang melakukannya?” Tanya Mattias, keduanya mengangguk membenarkan.
“Apa Duke Arganta telah menawarkan kerja sama?” Tanya Mattias, keduanya mengangguk.
“Apa jawaban kalian?” Tanya Mattias, kedua orang itu terdiam sejenak.
“Kami hanya berada di bawah perintah anda, Tuan.” Mattias mengangguk, dia juga tak ingin membiarkan ayah mertuanya dalam bahaya selama musuh masih berada di sekelilingnya.
“Selama 4 tahun kedepan, kalian sebaiknya tetap berada di bawah perintah Duke Arganta. Kalian bisa kembali pada Ksatria Naga Putih saat waktu 4 tahun itu usia, ini perintah!” Ucap Mattias, keduanya terkejut dan langsung bersikap sigap.
“Baik Tuan!” Ucap keduanya patuh, keduanya mundur dan keluar dari kamar itu. Mattias melihat keluar, nampak Duke Arganta tengah mempersiapkan kepindahan putrinya sendiri.
Mattias tersenyum lembut, meski salju turun namun pria tua itu masih sangat memperhatikan kondisi putrinya. Hal apa lagi yang membuat Mattias tidak berterima kasih padanya, dia juga menjalankan segala sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh Mattias. Memberikan perlindungan dengan menempatkan dua Ksatria Naga Putih adalah pilihan yang tepat pikir Mattias.
Mattias bersiap, karena pagi itu mereka juga harus melakukan sarapan bersama sekaligus perpisahan Alena. Sedangkan bisnis yang saat ini tengah dijalankan Alena dia perintahkan untuk terus berada di bawah Alena.
Kini mereka berempat ada di meja yang sama, Alena, Mattias, Duke Arganta dan juga Elena ada di sana. Alena memperhatikan adiknya yang sejak tadi selalu curi-curi pandang pada suaminya.
‘Benar-benar tak tahu malu!’ Gertak Alena dalam hati, dia tak mengerti bagaimana bisa ada manusia yang hidup setelah urat malunya putus seperti itu.
Sedangkan Mattias sendiri tampak acuh tak acuh, dan justru terus memperhatikan dirinya, tak menyia-nyiakan kesempatan. Alena justru terus bermesraan di hadapan dua orang itu bersama dengan Mattias.
“Ayah, mungkin saya akan sering menjenguk ayah di sini. Saya juga akan membalas surat yang anda berikan. Satu bulan mendatang, acara pernikahan akan dilaksanakan.” Ucap Alena, Duke Arganta mengangguk dan tak tahan lagi membendung air matanya.
“Putriku sudah besar, aku tak menyangka akan melepaskan dirimu dengan begitu cepat.” Ucap Duke Arganta, Alena tersenyum. Setelah sarapan bersama, mereka akhirnya menuju ke arah kereta kuda.
Para bawahan Alena ada di sana dan akan ikut ke kediaman Duke Mattias, sedangkan Elena nampak menyeringai. Alena bukan tidak tahu hingga membiarkan gadis itu akan berbuat onar, namun hal itu juga merupakan kesempatan yang baik untuk sang Ayah agar dapat mendidik Elena dengan baik.
Keduanya akhirnya berangkat menuju kediaman Duke Mattias, Alena terdiam memperhatikan salju yang tidak turun namun jalanan masih tertutup salju kala itu.