NovelToon NovelToon
Istri Simpanan Tajir

Istri Simpanan Tajir

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Konflik etika / Nikah Kontrak / Kehidupan di Kantor / Keluarga / Pihak Ketiga
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: mommy JF

Kembali lagi mommy berkarya, Semoga kalian suka ya.

Mahreen Shafana Almahyra adalah seorang ibu dari 3 anak. Setiap hari, Mahreeen harus bekerja membanting tulang, karena suaminya sangat pemalas.

Suatu hari, musibah datang ketika anak bungsu Mahreen mengalami kecelakaan hingga mengharuskannya menjalani operasi.

"Berapa biayanya, Dok?" tanya Mahreen, sebelum dia menandatangani surat persetujuan operasi.

"500 juta, Bu. Dan itu harus dibayar dengan uang muka terlebih dahulu, baru kami bisa tindak lanjuti," terang Dokter.

Mahreen kebingungan, darimana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?

Hingga akhirnya, pertolongan datang tepat waktu, di mana CEO tempat Mahreen bekerja tiba-tiba menawarkan sesuatu yang tak pernah Mahreen duga sebelumnya.

"Bercerailah dengan suamimu, lalu menikahlah denganku. Aku akan membantumu melunasi biaya operasi, Hanin," ucap Manaf, sang CEO.

Haruskah Mahreen menerima tawaran itu demi Hanin?
Atau, merelakan Hanin meninggal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15: Surat Cerai

Pagi itu, Olaf datang secara khusus menemui Manaf. Karena memang sudah di perintahkannya jika surat cerai Mahreeen jadi segera menyusul.

Malam sebelum keberangkatannya sudah melaporkannya jika Olaf akan datang besok pagi. Dengan membawa pesanan Manaf juga, karena ada proyek di negara ini.

Tok!

Tok!

"Masuk!" pinta Manaf dari dalam.

Memasuki ruang kerja Manaf dengan ekspresi tenang namun profesional. Di tangannya terdapat sebuah map yang telah ditutup rapat.

“Tuan Manaf, ini bukti surat cerai yang sudah ditandatangani oleh Peros. Semua sudah selesai, dan ini berkas yang anda minta,” ucap Olaf sambil menyerahkan map tersebut kepada Manaf.

Manaf membuka map itu, melihat dokumen resmi yang ada di dalamnya. Matanya menelusuri setiap kalimat, memastikan semua sudah sesuai dengan kesepakatan. Setelah itu, ia menatap Olaf.

“Dan uangnya? Sudah kamu serahkan?” tanya Manaf dengan nada tegas namun tenang.

“Sudah, Tuan. Peros sudah menerima uang 1 miliar sesuai kesepakatan, dan seperti perintah Anda, saya juga telah menutup akses bagi kedua anak Bu Mahreeen di dalam negeri. Mereka sudah dipindahkan sementara ke sekolah asrama yang aman dan nyaman selama Bu Mahreeen tidak ada di sini,” jawab Olaf.

Manaf mengangguk pelan, merasakan sedikit beban terangkat dari pundaknya.

“Bagus. Pastikan semuanya berjalan dengan lancar. Jangan ada celah bagi Peros untuk mengganggu lagi. Kita harus memastikan keselamatan mereka,” perintah Manaf dengan tegas.

“Tentu, Tuan. Semua sudah diatur dengan baik. Saya akan terus memantau perkembangan ini,” jawab Olaf sebelum meninggalkan ruangan.

Akhirnya, kamu sudah bisa aku miliki dalam kurun waktu tiga bulan kedepan. Batin Manaf.

Setelah Olaf pergi, Manaf menarik napas panjang. Dia tahu, saatnya telah tiba. Dengan langkah mantap, dia menuju kamar tempat Mahreeen merawat Hanin. Sesampainya di sana, Mahreeen sedang duduk di samping tempat tidur putrinya yang tertidur lelap.

“Mahreeen,” panggil Manaf dengan suara lembut namun serius.

Mahreeen menoleh, melihat Manaf yang berdiri di dekat pintu. Wajahnya tenang, tapi ada sesuatu yang dalam di matanya.

“Apa ada yang ingin kamu bicarakan, Manaf?” tanyanya pelan, suaranya hampir tanpa emosi, seolah semua energinya telah terkuras selama beberapa hari terakhir.

Manaf mengangguk, lalu duduk di kursi di samping Mahreeen.

“Aku ingin bicara empat mata denganmu,” ucapnya, mengambil napas dalam sebelum melanjutkan.

“Peros sudah menandatangani surat cerai. Kamu resmi bercerai darinya. Aku juga sudah memenuhi kesepakatan, memberikan uang yang dia minta. Anak anakmu juga sudah dipindahkan ke asrama. Mereka aman sekarang, Mahreeen. Semua sudah beres.”

Mendengar kata kata Manaf, Mahreeen terdiam. Bukannya merasa lega, hatinya justru terasa semakin berat. Dia menunduk, menatap lantai tanpa benar benar melihat apa apa. Pikiran dan perasaannya berkecamuk, tapi tidak ada kata kata yang bisa dia ucapkan.

“Semuanya sudah beres,” ulang Manaf, suaranya lebih lembut kali ini, seperti sedang mencoba menenangkan dirinya sendiri dan Mahreeen.

Namun, bagi Mahreeen, kata kata itu seperti duri yang menusuk hatinya.

“Beres,” pikirnya.

"Rumah tanggaku sudah selesai, hanya dengan sebuah tanda tangan." Dia merasa hancur, seolah seluruh hidupnya dipecah menjadi serpihan kecil yang tak bisa dipulihkan lagi. Peros, suaminya selama bertahun tahun, pria yang pernah dia cintai, kini hanyalah bagian dari masa lalu. Dan dalam tiga bulan ke depan, dia akan menjadi istri pria di depannya. Meskipun dia bersyukur bisa terlepas dari Peros yang telah mengecewakannya, luka di hatinya tetap terasa begitu dalam.

Mahreeen menutup matanya sejenak, mencoba menenangkan diri.

“Manaf,” ucapnya pelan, suaranya terdengar rapuh.

“Aku tahu ini sudah menjadi jalan yang harus aku tempuh. Aku tahu, demi Hanin, aku rela melakukan ini. Tapi... tidak bisa kujelaskan betapa sakitnya perasaanku saat ini. Rasanya seperti... aku menjual diriku sendiri. Bukan karena aku tidak mau memenuhi perjanjian kita, tapi hatiku... hatiku hancur, Manaf.”

Matanya mulai berkaca kaca, tapi dia menahan air mata yang hampir jatuh.

Manaf merasakan kepedihan dalam setiap kata yang diucapkan Mahreeen. Diaa ingin mengatakan sesuatu yang bisa menenangkan wanita di hadapannya, tapi dia tahu bahwa tidak ada kata kata yang bisa menghapus luka yang telah tergores di hatinya.

“Aku mengerti, Mahreeen,” jawab Manaf dengan suara pelan. “Aku tidak pernah ingin menyakitimu. Aku hanya ingin memastikan bahwa kamu dan anak anakmu aman. Aku akan melakukan apa saja untuk melindungi kalian.” ucap Manaf.

Mahreeen tersenyum pahit, air matanya akhirnya jatuh perlahan di pipinya.

“Aku tahu, Manaf. Aku tahu kamu berusaha yang terbaik untuk kami. Aku hanya... butuh waktu untuk bisa menerima semuanya. Hatiku... terlalu lelah.”

Dia menghapus air matanya dengan punggung tangannya, berusaha tetap tegar.

“Kamu tidak harus menghadapi ini sendirian,” ucap Manaf, mencoba mendekatkan dirinya pada Mahreeen.

“Aku akan selalu ada di sini untukmu, untuk Hanin, dan untuk anak anakmu. Kita akan melewati ini bersama sama. Aku berjanji.” lanjut Manaf.

Mahreeen menatap Manaf dengan mata yang penuh kesedihan namun juga harapan.

“Terima kasih, Manaf. Aku beruntung bisa punya seseorang sepertimu di saat saat seperti ini.” Dia terdiam sejenak, lalu menambahkan dengan suara pelan, “Tapi aku tidak bisa membohongi diriku sendiri. Kehilangan pernikahan ini... meski dengan semua yang terjadi dengan Peros, tetap saja meninggalkan luka yang dalam.” lanjutnya.

“Aku tahu. Dan aku tidak akan memaksamu untuk merasa berbeda. Tapi aku akan ada di sini, kapan pun kamu siap. Apa pun yang kamu butuhkan.” ucap Manaf mengangguk, memahami perasaan Mahreeen.

Diam mengisi ruangan di antara mereka. Masing masing tenggelam dalam pikiran dan perasaan yang sulit diungkapkan. Manaf ingin menenangkan Mahreeen, tapi dia juga tahu bahwa proses penyembuhan itu tidak bisa dipaksakan.

Sementara Mahreeen, meski hatinya hancur, merasa ada sedikit kekuatan dalam kenyataan bahwa Manaf selalu ada untuknya, memberikan dukungan tanpa syarat.

Akhirnya, Mahreeen mengangguk pelan.

“Baiklah, Manaf. Aku akan berusaha. Demi anak anak, demi Hanin... dan demi diriku sendiri.” ucap Mahreeen.

“Kita akan melewati ini bersama sama, Mahreeen. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu sendirian.” ucap Manaf tersenyum lembut, merasa sedikit lega.

***

Malam hari di kamar Hanin, setelah selesai sholat malamnya Mahreeen berdoa pada Allah SWT.

Ya Allah, kini aku telah bercerai dengan bapaknya anak anak, Peros. Mulai hari ini aku menjadi janda, hanya tiga bulan karena setelah itu aku menjadi istri simpanan bosku.

Ya Allah, apakah jalanku ini sudah benar? Sudah ku jalani yang menurutku benar, tapi apakah menurutMu Ya Robb ini juga benar? Aku meminta petunjukmu Ya Robb.

Aku bersimpuh dan mengadu segala hal yang sudah aku lakukan. Semata mata demi anak anakku, jika memang ini jalan yang Engkau ridhoi maka tuntun lah hatiku padanya. Tapi jika bukan, maka jangan pernah hatiku luluh padanya.

...****************...

Hi semuanya!! Jangan lupa ya dengan meninggalkan komentar kalian disini.

1
Enny Nuraeni
ok bgt
ziear: terima kasih kak
total 1 replies
dapurAFIK
lanjut Thor makin penasaran aza...
ziear: siap kak
total 1 replies
dapurAFIK
bertemu calon madu🤭
ziear: 😅 bener bgt kak
total 1 replies
dapurAFIK
peros manusia ga waras
ziear: cung yang setuju Peros ga. waras☝
total 1 replies
ziear
siap kak
bentar lagi up ya di tunggu
dapurAFIK
semangat mahreeen..... semoga ada jln terbaik...
ziear
Karya Mommy selanjutnya.
Yang suka boleh lanjut dan kasih bintang ⭐⭐⭐⭐⭐
Dan yang ga suka boleh skip aja ya.
Terima kasih para raiders ku.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!