Anna seorang gadis desa yang memiliki paras cantik. Demi membayar hutang orang tuanya Anna pergi bekerja menjadi asisten rumah tangga di satu keluarga besar.
Namun ia merasa uang yang ia kumpulkan masih belum cukup, akan tetapi waktu yang sudah ditentukan sudah jatuh tempo hingga ia menyerah dan memutuskan untuk menerima pinangan dari sang rentenir.
Dikarenakan ulah juragan rentenir itu, ia sendiri pun gagal untuk menikahi Anna.
"Aku terima nikah dan kawinnya...." terucap janji suci dari Damar yang akhirnya menikahi Anna.
Damar dan Anna pada hari itu di sah kan sebagai suami dan istri, Namun pada suatu hari hal yang tidak di inginkan pun terjadi.
Apa yang terjadi kelanjutan nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MomoCancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
"Kapan kamu datang, mas?" Tanya Anna.
Mereka kini duduk berdampingan disebuah gubuk tempat para petani beristirahat, mengeringkan peluh yang bercucuran saat bekerja.
Damar menatap sendu wajah Anna, kelopak mata itu masih sembab. Anna terus menangis dan membiarkan dirinya larut didalam kesedihan yang begitu dalam.
Hela nafas sejenak Damar kemudian menghembuskan nya lagi secara perlahan. "Kemarin malam."jawab Damar.
"Orang rumah tahu, mas Damar datang kemari?"
Damar menggeleng. "Hanya si mbok, dia yang minta aku buat bawa kamu kembali." Ucap Damar, seraya menatap Padang persawahan seluas mata memandang.
"Mbok, si mbok memang baik. Dia tulus menyayangiku seperti anaknya sendiri," lirih Anna.
"Kamu betul. Dia seperti ibu pengganti bagiku juga. Membesarkanku tanpa mengeluh, jasanya tidak akan pernah sanggup aku bayar dengan apapun. Dia orang paling berjasa didalam keluargaku. Semalam dia menangis, dia mau ketemu kamu." Ucap Damar seraya menatap wajah wanita, yang saat ini tengah berada disampingnya.
"Ya Allah si mbok, aku juga kangen banget sama dia. Kalau mas nanti pulang, tolong titip salam buat si mbok juga bapak Suryo."
Damar bergeming.
"Mas, kapan pulang ke kotanya?"tanya Anna memandangi wajah Damar, tampak begitu sejuk menikmati angin sepoi-sepoi dari persawahan.
"Siapa bilang aku mau pulang?"celetuk Damar seketika membuat Anna terheran.
"Maksudnya?" Penasaran.
"Aku akan pulang, kalau kamu juga ikut pulang." Jelas Damar, tatapan matanya begitu membuat jantung Anna berdegup kencang.
Anna segera memalingkan wajahnya dari Damar, dia terlihat gugup seketika setelah kedua pasang mata itu saling bertemu.
"Ke-kenapa, begitu, mas?" Gugup bercampur aduk tidak karuan.
"Niat aku datang kemari, yang kedua untuk turut berduka, yang ketiga untuk bawa kamu pulang."
Anna mengeryit tidak mengerti. "Yang pertamanya, apa?"
"Kamu tahu jawabannya," cetus Damar.
Hening tercipta sesaat. Entah mengapa pikiran nya langsung terkoneks pada satu tujuan Damar, yang menginginkan kembali.
Damarpun ikut turut larut dalam lamunannya, ia memang ingin wanita itu pulang bersamanya. Namun tidak terlihat jika ia menginginkan itu.
"Anna,"Damar mencairkan kembali suasana.
Anna berdehem. Iya masih dengan kepalanya yang menunduk, tanpa membalas tatapan Damar yang kini dekat disamping nya.
"Setelah pengajian ibu kamu selesai, kita akan pulang bersama ke Jakarta. Aku tidak akan biarkan kamu melanjutkan, niat gila kamu." Tegas Damar menekan ucapannya.
Seketika Anna dibuat terperanjat, mendengar Damar berkata demikian. Ia bingung yang dimaksud Damar, mungkinkah dia tahu. Tentu pasti si mbok yang memberitahukan, kini gadis itu kelimpungan apa yang harus ia jawab.
Pria itu masih menunggu, dan memandangi nya penuh arti dan makna. Ada ketulusan yang terpapar dari sinar matanya.
"Aku gak ngerti," Anna tahu kearah mana pembicaraan Damar.
"Aku gak yakin, kalau kamu gak ngerti maksud aku. Tapi apapun alasannya aku gak akan membiarkan kamu menikah dengan siapalah itu, dan aku pastikan itu tidak akan terjadi."ucap Damar dengan mantap.
Wajah Anna bersemu merah, namun tetap saja meskipun Damar melarang nya dia tetap dan harus menikahi orang itu. Walaupun dia tahu hatibya kini terpaku pada pria yang kini tengah berada disampingnya.
"Mas, maaf urusan menikah. Ini memang keinginan ku, bukan siapapun yang paksa aku, ini sudah menjadi keputusan ku sendiri. Sebaiknya, mas tidak perlu mencampuri nya."
"Sebegitu mudahnya kamu memutuskan, kamu gak berpikir tentang mereka yang sayang sama kamu? Kamu gak kasihan dengan ...."
"Dengan aku yang mencintaimu kamu. "Hatinya pun ikut merasakan sakit, seketika mendengar keputusan Anna yang akan menikah dengan orang yang sudah beristri, hanya demi membayar hutang keluarga.
"Mas sebaiknya kamu pulang, aku tidak mungkin kembali kesana."lirih Anna menunduk.
Hatinya ingin pergi, namun tidak dengan tanggung jawabnya terhadap keluarga nya yang sudah tiada.
"Maaf mas, kali ini aku gak bisa pulang."
"Anna, semuaa pasti ada solusinya. Bukan begini caranya, sampai kapanpun aku tidak akan membiarkan kamu menikahi tua Bangka itu." Sentaknya Damar bersikukuh untuk tidak membiarkan Anna dengan keputusan yang bodoh bagi Damar.
"Apa hak kamu, mas?"sayup-sayup suara bergetar, menahan tangis yang hendak pecah. "Kamu gak punya hak, apapun. Aku bukan siapa-siapa kamu. Kamu gak perlu melarang keras apa yang sudah aku putuskan."
"Karena aku peduli sama kamu Anna!"
"Peduli atau kasihan, mas. Itu beda tipis, itu hanya sebuah alasan karena kamu kasihan sama aku, iya kan."
"Kamu salah Anna, karena aku sayang sama kamu. Aku gak rela kau nikah sama orang lain, aku cinta sama kamu. Aku datang kemari untuk cinta ini, cinta yang baru aku sadari, jika selama ini aku sudah menaruh hati sama kamu."
Gadis itu tertegun. Sontak tidak percaya apa yang ia dengar dari Damar sendiri, apa perasaan aneh yang berdesir didalam tubuhnya.
"Anna, aku cinta sama kamu." Ucap lagi Damar. Ia meraih kedua tangan Anna, memegangnya dengan erat, menatap penuh harap jika cinta nya akan terbalas.
Kedua pasang mata itu bertemu, Anna bahkan sulit untuk berkata-kata, hatinya memang berbunga namun kenyataannya tidak. Cintanya harus ia kubur dalam-dalam beserta dengan harapannya.
"Gak mas, itu tidak mungkin." Melepaskan genggaman Damar.
"Apanya yang tidak mungkin, Anna?"
"Kamu sudah memiliki mba Bella, lagi pula kita itu bagai Langit dan bumi tidak mungkin bersatu."
"Kamu tidak k percaya sama aku? Kita bisa lalui semua bersama. Asal kamu cabut kembali keputusan kamu untuk menikah."
Anna menggeleng.
Ada perasaan putus asa, Anna berlari pergi tanpa menghiraukan Damar yang masih berdiri menunggu jawaban nya. Sementara Anna hanya bisa tergugu melihat kepergian Anna dengan air mata.
Damar sengaja tidak mengikuti nya, berusaha memahami yang sedang dirasakan Anna saat ini, mungkin ini terlalu cepat atau membuatnya tidak nyaman.
Setidaknya dengan memberikan sedikit waktu, Anna bisa membuka pikiran nya juga hatinya untuk berpikir lebih tenang dan mengambil keputusan dengan bijak.
Damar duduk diam disana, sampai malam menjelang, pria itu masih belum beranjak dari sana. Tidak memperdulikan sekitar yang sudah tidak ada setitik cahaya disana, hanya diterangi seberkas sinar bintang dan rembulan yang tampak begitu tenang.
Beberapa suara jejak kaki, terdengar. Damar bangun dari duduknya dalam kegelapan ia tidak bisa melihat siapa yang tengah menghampiri nya, namun yang jelas ia mendengar langkah kaki itu menuju kearahnya dalam beberapa orang.
"Siapa disana?" Tanya Damar merogoh kantung celananya mencari keberadaan handphone nya, namun tidak ia temukan.
"Hajar!" Perintah seseorang..
"Siapa kamu!"
Duk!
Bruh!
Damar dipukul, oleh beberapa orang suruhan untuk menghajar nya namun, sayang Damar tidak bisa melihat siapa orangnya yang sudah menyuruh mereka.
Pria itu dihajar habis-habisan, kening hingga mulutnya berdarah. Ia tidak bisa melawannya, tubuhnya tergolek pasrah ditanah hingga tidak sadarkan diri.
***