Nandini, adalah wanita kampung yang di nikahi oleh pria tampan dan kaya. Orang-orang mengira jika Nandini bak Cinderella di dunia nyata, yang mana gadis miskin yang di persunting oleh Pangeran..
Namun, semua orang tidak tau bahwa Nandini tersiksa di rumah megah bak istana itu... ia tak ayal layaknya pembantu yang berstatuskan istri dari seorang pengusaha di salah satu kota ternama.
Pernikahan tahun kelima, membuat Nandini lelah dan memberontak. Dimana sang suami membawa wanita baru kedalam rumah, yang mana membuat Nandini memiliki pikiran licik untuk membalaskan dendam atas pengabdian yang mereka sia-siakan.
Apa yang akan Andini lakukan?
Sedangkan di sisi lain, Pangeran yang asli tengah menunggu kehadiran dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aryani_aza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15 : Mertua vs menantu
Masih di rumah Seno...
Di sana masih terlihat tegang dan saling tuduh menuduh, namun tidak ada satu orang pun yang bersuara karena memang bukan mereka yang mengambilnya.
Namun Ibu Sonia tetap bersi kukuh bahwa Siska lah yang mengambil semua uang dan perhiasannya, serta bukti pun sudah ada di depan mata dimana kedua orangtua Siska memakai perhiasan miliknya.
Sungguh rencana Nandini benar-benar hebat. Bagaimana tidak, keluarga ini yang tadinya harmonis dan saling menyayangi satu sama lain ... kini saling tuduh menuduh. Bahkan kini Ibu Sonya terlihat benci pada Siska karna tidak mau mengaku.
Begitulah sekiranya jika orang terzalimi dan membalaskan dendamnya, maka semua rencana yang telah di susun akan lancar seperti jalan tol.
''Lebih baik kalian pergi dari sini! Aku muak melihat kalian.'' Sentak Ibu Sonya yang sudah lemas karna sedari tadi berteriak dan menangis.
Kini ibu Sonya harus menjaga kesehatannya sendiri, karna Nandini sudah tidak ada di sini yang otomatis tidak ada yang akan mengingatkan dirinya tentang kesehatannya.
''Tunggu apa lagi? Pergi kalian dan bawa sekalian pencuri itu.'' tunjuknya pada Siska.
Ayahnya Siska yang sejak tadi diam kini berdiri dengan marah, ia sudah kesal karna terus di tuduh yang tidak-tidak oleh besannya.
''Ibu Sonya! Sedari tadi saya diam dan saya hanya mendengarkan anda yang terus saja menghina dan menuduh anak saya pencuri. Tapi ketahuilah bahwa kami bukanlah pencuri uang! Apa anda yakin jika anak saya yang benar-benar mencurinya? bukankah disini masih ada istri pertama Seno dan anak perempuan anda.''
Ibu Sonya yang mendengar itu lantas mendelik dengan marah lalu berkata, '' Apa anda tidak tahu, apa anak anda belum cerita jika menantu pertama saya sudah diusir dan ditalak oleh anak saya! Dan asalkan anda tahu kalau menantu pertama saya pergi tanpa membawa apapun dari rumah saya! Bahkan dia pergi dengan baju yang hanya dia pakai saja.
Apakah anda pikir wanita kampung seperti Nandini bisa mencuri uang sebanyak itu? dengar ini baik-baik Pak Ridwan ... jika anak anda lah yang mengetahui password brankas kami. Jika bukan anak Anda pelakunya, siapa lagi? Sudahlah, tidak usah mengkilah serahkan saja uangnya.''
''Apa yang harus kami serahkan Ibu Sonia! uangnya saja kami tidak tau dan tidak pernah melihatnya, lagian kehilangan uang sebanyak itu kenapa nggak lapor polisi.'' tutur Ayahnya Siska.
Ayahnya Siska benar-benar gram dengan tingkah laku Ibu Sonia sebagai besannya ... dia tidak bisa melihat mana yang benar dan mana yang salah, mana yang mengambil dan mana yang tidak mengambil.
''Seno! Kamu ini sebagai kepala rumah tangga bagaimana? tidak tegas sama sekali.''
''Diam semuanya, DIAM! Kalian semua buat aku pusing. Sudahlah tidak usah saling tuduh menuduh! Yang sudah hilang biarlah hilang. Toh aku nggak akan jatuh miskin.'' Bentak Seno pada akhirnya, ia pusing mendengar pertengkaran Ibu dan kedua mertuanya.
''Tapi Seno.''
''Bu, sudahlah ... tidak usah diperpanjang masalah ini, kita hanya kehilangan uang dan perhiasan saja, karena pencuri itu hanya mengambil inti dari harta kita saja, kita masih punya surat-surat tanah dan harta yang lainnya tidak usah memikirkan perhiasan nanti Seno belikan yang baru.''
''Tapi Sen.''
''Bu ... Sudahlah, jika kita sampai melapor kepada polisi, tentu saja ini akan merambat ke dalam usahaku.
Aku tidak mau usaha yang aku rintis menjadi hancur gara-gara polisi menyelidiki uang uang yang selama ini kita kumpulkan. Ibu pasti tau konsekuensi nya jika kita lapor polisi.''
Tutur Seno panjang lebar, membuat Ibu Sonya mendengus kesal saat mendengar perkataan anaknya.
Mereka benar-benar tidak bisa berkutik, jika dalam permainan catur, mereka sudah di skakmat sebelum bisa menyelamatkan sang ratu.
Seno melangkah keluar dari rumah, ia ingin mendinginkan pikirannya yang kacau ... hari ini ia benar-benar sial ketiban apes.
Belum sehari ia menceraikan Nandini, ia sudah kehilangan separuh hartanya. Apakah ini karma?
•••
''Kamu masih di sini? belum juga pergi, Hah. Kenapa belum pergi kalian!'' Delik Ibu Sonia sambil menatap garang Siska dan kedua orangtuanya.
''Bu, aku nggak mau pergi dari rumah ini, ini rumah Suamiku dan sampai kapan pun aku nggak akan pergi dari sini.''
''Berani kamu sama saya!''
''Bu, berapa kali sudah saya bilang ... bukan saya pencurinya! Ibu menuduh tanpa membukti. Saya juga bisa menuduh ibu yang mengambil semua uang suamiku.''
Ibu Sonia melotot. ''Kau!''
''Ya ... saya juga bisa menuduh Ibu, kalau ibu yang mengambil semua uang suamiku! Bisa aja kan Ibu yang mengambil dan Ibu juga yang pura-pura menjadi korban. Karena sedari kemarin hanya ibu dan Nandini yang ada di rumah ini! Jika bukan Nandini yang mengambil, siapa lagi kalau bukan ibu.'' ujar Siska menggebu-gebu.
''Atas dasar apa kau menuduhku! Lantang sekali mulutmu hah! Dasar menantu kurang ajar, menyesal saya sudah memanjakan kamu dan membuang Nandini yang baik. Kau tahu, jika Nandini selama lima tahun dia belum pernah membentak dan melawanku. Lantas siapa dirimu yang tiba-tiba baru saja menjadi menantuku sudah berani membentak dan melawanku hah!''
Ibu Sonya memuji Nandini tanpa sadar, membuat Siska menatap mertuanya dengan garang.
''Bu! kalau ibu tidak menuduhku, aku juga tidak akan membentak Ibu ... karena Ibu sudah semena-mena dan menuduhku yang tidak tidak, aku tidak terima. Kalau ibu membandingkan aku dengan Nandini, sana ... sana bawa menantumu ke sini lagi jika dia mau. Aku yakin seratus persen jika dia tidak akan sudi lagi masuk ke dalam rumah ini.''
Ibu Sonia yang geram lalu melangkah dan menampar penampar Siska.
PLAK!
Kedua orangtua Siska terkejut dan melotot.
''Besan! berani sekali anda menampar anakku.'' Ibunya Siska tidak terima.
''Ajari anakmu untuk sopan santun dan menghargai mertuanya. Berani sekali dia melawan dan menuduhku yang tidak tidak. Jika anakmu masih mau berada di sini, ikuti aturanku dan jangan pernah melawanku. Paham!''
•••
...LIKE.KOMEN.VOTE...
💯💯💯💯💯❤❤❤❤❤❤Adammmmmm💕💕💕