satu wanita dengan empat pria sekaligus, memiliki wajah cantik sekaligus senyuman yang dapat memikat semua mata kaum adam yang melihat kearahnya.
kania ratu ovalia mempunyai wajah yang cukup terbilang sempurna, hingga tak ada cela sedikitpun untuk mengatakan kekurangan fisik yang gadis itu punya.
di sisi lain ke empat pria tampan dan menduduki pria-pria paling terpopuler di SMA internasional school. hidup ditengah huru hara persoalan yang sering dijumpai di sekolah umum biasanya, Garvin, Ervan, Danu, Alex , dan satu wanita yang bernama kania.
memperebutkan satu hati dari gadis biasa akan tetapi memiliki wajah sempurna. serta memiliki kepribadian yang berbeda, akan kah salah satu dari mereka dapat merebut hati kania atau malah tak ada satupun dari mereka yang dapat memenangkan hati kania.
semua tergantung seberapa besar perjuangan yang akan mereka lakukan dan berikan pada kania.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Brughhh
pyarrr
suara orang bertabrakan sekaligus suara benda pecah pun terdengar secara bersamaan, hingga semua mata yang tengah berada di kafe itu pun menatap kearah sumber suara.
wanita paruh baya yang telah terduduk di lantai, sedangkan pria muda berjas hitam dengan bekas tumpahan kopi di jas yang ia kenakan.
"dasar tidak becus, di taruh mana mata kamu ha." hardik pria berjas dengan menunjuk kearah wanita paruh baya yang telah tersungkur ke lantai.
semua mata memandang penuh iba, ada pula yang acuh dan tak ingin tahu urusan pelanggan dan pegawai di kafe itu.
"lihat jas saya, kotor gara-gara kamu. harga jas saya ini tidak akan mampu untuk kamu beli meski dengan bayaran kamu disini satu tahun." cela bahkan makian terdengar cukup keras.
berbeda dengan seluruh pelanggan di kafe yang tak ingin berbuat apapun. Kania gadis yang menjadi salah satu pelanggan itu pun mulai geram akan sikap sombong sekaligus tak sopan dari pria muda dengan jas hitam.
"eh Kania. kamu mau kemana? udah jangan ikut campur, kayak nya orang kaya deh laki-laki itu." Tasya mencoba melarang Kania agar tak ikut campur dengan urusan orang yang mungkin akan malah membuatnya malah kesusahan sendiri.
"aku nggak peduli." sentak Kania dan tetap berdiri sekaligus melangkah kan kaki nya kearah wanita paruh baya yang masih saja tertunduk ketakutan dengan posisi yang sama sejak tadi.
"mana manager kamu, orang udah tua masih di pekerjakan dasar kafe murah. mangkanya pegawainya juga murah." pria berjas itu semakin tak ingin menahan gejolak kemarahan pada dirinya cercaan tak henti-hentinya ia lontarkan pada wanita paruh baya yang ternyata adalah pelayan di kafe itu.
"hentikan!" sentak Kania.
"dasar pria muda tidak berpendidikan, ini caramu berbicara ha." imbuh Kania sembari nada cukup keras.
"ayok buk biar saya bantu." ucap Kania dengan membantu wanita paruh baya itu agar segera berdiri.
Ketika membantu wanita itu, Kania terfokus dengan tangan kanan wanita paruh baya sekaligus pelayan di kafe itu yang telah terluka akibat pecahan gelas.
"saya nggak papa kok mbak." menarik tangan kanan yang menjadi objek penglihatan Kania.
"ini salah saya karna nggak hati-hati."
"kamu dengar sendirikan, dia itu memang nggak becus. ini juga mana managernya? biar dia lihat kelakuan pegawainya yang bodoh. dan nanti saya akan bilang untuk lebih baik pecat wanita tua macam kamu."
pegawai wanita paruh baya itu pun langsung tersentak oleh ucapan pria muda yang ingin meminta pada managernya untuk memecat dirinya.
"jangan pak saya mohon jangan katakan pada manager saya, saya minta maaf saya akan mencoba ganti rugi. saya minta maaf." mohon pegawai wanita paruh baya.
"halah, memang dasarnya orang miskin itu seperti kamu semua. udah tua, mangkanya kalau masih muda itu belajar yang pinter biar kalau tua nggak miskin kayak gini. jadi nyusahin orang tau nggak."
"apa anda sudah benar? " tanya Kania.
"apa?"
pria muda berjas yang tak tahu maksud dari pertanyaan gadis cantik yang membela pegawai itu pun balik bertanya.
"ku bilang apa yang anda lakukan ini benar? bisa-bisa nya anda menghina ibuk ini dengan kata-kata yang sangat murah itu ha. anda fikir anda paling pintar, paling muda disini atau paling serba bisa melakukan apapun. berbicara sopan saja anda tidak bisa apalagi dikatakan pintar." bentak Kania.
"ka-mu berani sama saya."
"kenapa saya tidak barani dengan anda? memangnya anda siapa ha?. tantang Kania tak ada ketakutan sama sekali dalam dirinya. selagi dirinya benar Kania akan tetap membela ketidakbenaran di hadapan dirinya.
"lihat ibuk itu tangannya terluka hingga berdarah karna pecahan gelas, sedangkan anda masih sehat dan tak terluka. hanya sedikit kotoran kopi yang bisa untuk di bersihkan." imbuh Kania.
"itu bukan urusan..... " ucapan pria muda itu terpotong.
"bukan urusan anda Iyah. memang itu bukan urusan anda. tapi ini menjadi urusan saya karna anda telah menganggu ketentraman saya yang juga menjadi pelanggan disini. kalau soal minta maaf ibuk ini sudah berikan, tapi memang dasarnya anda itu yang keras dan tak tahu cara berbicara pada seseorang." tukas Kania kini tatapan tajam pun ia berikan pada pria muda itu.
Semua pelanggan di kafe itu pun saling berbisik. sekaligus menatap sinis kearah pria muda dengan jas hitam ia kenakan.
Merasa malu akan menjadi tonton nan banyak pasang mata di kafe itu, pria yang sudah kalah talak berdebat dengan seorang gadis SMA akan tetapi memilki keberanian yang mengalahkan semua pelanggan yang terbilang cukup dewasa dibanding Kania.
"dasar orang-orang nggak berguna." Gumam pria berjas itu dan pergi melangkah keluar dari kafe begitu saja.
Kania masih menatap tajam kearah pria yang sudah hampir tak terlihat lagi wujudnya.
"makasih mbak udah bantu saya tadi." ucap pegawai wanita paruh baya itu.
belum sempat Kania menjawab tiba-tiba datang pegawai lainnya yang masih muda.
"emm, maaf dan Terima kasih sudah membantu salah satu pegawai disini. sekarang manager saya lagi meeting dan tadi tidak ada yang berani untuk ikut campur. sekali lagi saya ucapkan terima kasih."
tak henti-hentinya gadis yang masih terbilang cukup muda dan menjadi pegawai di kafe itu, mengucapkan terima kasih pada Kania.
Merasa terlalu berlebihan mendapat ucapan terima kasih. Kania langsung berbicara dengan nada cukup sopan.
"tidak perlu minta maaf, itu semua sudah menjadi tanggung jawab saya sebagai manusia terhadap manusia lainnya. dan tolong mbaknya obatin luka ditangan ibuk ini akibat pecahan gelas tadi." ucap Kania.
"ah iya, kalau gitu saya permisi. sekali lagi saya ucapkan terimakasih." ucap gadis muda yang juga pegawai di kafe itu.
kedua pegawai itu pun pergi meninggalkan Kania.
Kania segera melangkah kearah tempat Tasya berada.
"widih, kamu bener-bener hebat banget Kania. the best deh pokoknya." puji Tasya sembari memberi dia jempol yang ia tujukan untuk Kania.
sementara di lain sisi, pria tampan dengan memakai kaos lengan pendek bewarna hitam sekaligus di padukan celana yang hanya sebatas lutut menatap kearah Kania sembari tersenyum.
"menarik." Gumam pria tampan itu.
Bersambung.