Dila tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi pendamping seorang pendakwah, satu satunya cucu laki laki dari Kyai pemilik pondok pesantren dan sosok inspiratif yang terkenal di media sosial melalui perjodohan balas budi. Selain itu, ia tidak menduga bahwa laki laki yang biasa disapa Ustadz Alfi itu menyatakan perasaan kepadanya tanpa alasan. Dila akhirnya luluh karena kesungguhan dari Ustadz Alfi dan bersedia untuk menjadi pendamping dalam keadaan suka maupun duka.
Bagaimana kisah selanjutnya? Ikuti terus kelanjutannya hanya di sini setiap Rabu, Jumat & Minggu pukul 17.00
[Salam Hangat Dari Dybi😉]
[Bunga Matahari Biru x @chocowrite_22]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunga Matahari Biru (Dybi), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Taruhan
Hari sudah berganti kembali, dengan kebiasaan baru dalam hidup seorang Dila. Banyak belajar dan terus beradaptasi dengan dunia perkuliahan. Apalagi masih semester awal dari semester lainnya. Namun tidak ada kata lelah dan menyerah dalam menuntut ilmu.
Ilmu itu tidak ada batasnya. Dari segi waktu, materi, dan perantaranya banyak sekali. Bahkan ketika seorang muslim menuntut ilmu akan dinaikkan derajatnya, diampuni dosanya dan dimudahkan jalannya menuju surga.
Jadi sebenarnya tidak ada alasan untuk siapa saja yang ingin menuntut ilmu. Mau tua atau muda, mau laki laki atau perempuan tentu saja boleh menuntut ilmu setinggi tingginya. Kata siapa laki laki saja yang hanya boleh menuntut ilmu?
Laki laki memang diwajibkan berilmu karena ia akan menjadi kepala keluarga untuk mendidik istri dan anaknya menuju jalan kebaikan yang diridhoi Allah. Jikalau perempuan, ia harus juga berilmu setinggi tingginya agar dapat menjadi madrasatul ula bagi anak anaknya nanti.
Kembali ke Dila, saat ini dirinya bersama Vira masih berkutat dengan bahan presentasi minggu depan. Mereka berdua bahkan tidak peduli dengan tatapan meringis dari Caca yang jari jari tangannya masih setia bermain online.
"Em, kalian gak mau istirahat dulu gitu? Gw traktir nasi kuning sama teh manis yaa. Noh gorengan juga nganggur"ungkap Caca yang tidak tahan lagi dengan pikirannya saat ini.
"Nanti saja ah, nanggung nih"tolak Vira yang kemudian disambung dengan suara Dila juga.
"Iya Ca, makasih yaa tawarannya. Tapi, ini sedikit lagi udahan kok"senyum Dila yang menatap Caca lalu fokus kembali dengan bukunya.
Caca menghela napasnya. Ia tidak habis pikir dengan kinerja otak dan lambung dua sahabatnya ini. Saat ini sudah masuk waktu makan siang dan mereka berdua belum makan siang. Terlalu fokus sampai berhentinya saja ketika sholat Dzuhur tiba.
"Haisss, tidak mau makan gratis yaa"pikir Caca kembali diam dan berniat ikut membantu menyusun kerangka power point di laptopnya. Laptop yang sejak tadi dianggurin olehnya itu mungkin saja sudah bisa berbinar senang karena digunakan si pemilik. Namun, kefokusan mereka bertiga buyar sebab ada mahasiswi senior yang ingin menyampaikan sesuatu untuk Caca. Catat, hanya untuk Caca.
"Eh, Mbak Rini ada apa nyari Caca"sapa Caca terlebih dahulu.
"Kamu dicariin sama Kak Zainal di depan perpus, segera yaa katanya penting"ungkap Rini, mahasiswa senior yang dikenal oleh Caca.
"Hanya gw aja Mbak?"tanya Caca ulang untuk memastikannya. Mbak Rini pun mengangguk.
"Cieee, ada angin apa Caca sampai dipanggil Kak Zainal? Ngomong ngomong beliau dari Makassar loh, seperti tempat lahirmu Ca. Jangan jangan kalian em… baru aja masuk kemarin, udah ada aja yang naksir sama kamu"ledek Vira yang membalikkan lembar halaman buku yang dibacanya.
"Ihh mana ada. Lagian Kak Zainal aja gabut pake manggil gw segala"sungut Caca
"Huss, gak boleh gitu. Mungkin memang benar benar penting. Kamu turuti aja Ca, lagipula anggap beliau adalah guru kita juga. Tidak etis kalau dibicarakan seperti itu. Nanti ilmu kita tidak mendapat berkahnya"nasehat Dila secara perlahan dan menatap penuh Caca saat ini kemudian mengambil alih laptop Caca yang menampilkan microsoft power point.
Mbak Rini pamit dengan menahan tawa sedangkan Vira sudah tertawa lepas dengan ekspresi Caca saat ini. Memang Dila lah yang paling mengayomi dan tegas di antara mereka bertiga. Kalau salah ya harus ditegur dan kalau prestasi sekecil apapun ya harus diapresiasi. The best lah pokoknya.
"Yaudah, gw pamit dulu yaa. Kalian harus pesan makanan, awas aja gw balik belum makan."ucap Caca yang diangguki patuh oleh Vira dan Dila.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam"
Singkat Cerita
Seorang Gadis tersenyum terpaksa setelah mendengar ucapan dari laki laki yang harus dihormati. Di depan perpustakan kampus dan pot tanaman menjadi saksi atas rasa kesal dirinya saat ini. Bagaimana tidak kesal, dirinya dipanggil hanya untuk...
"Apa kesukaan Dila?"
"Apa hobi Dila?"
"Oiya, Dila suka tipe laki laki seperti apa?"
"Apa ada impian Dila untuk berkencan di tempat seperti apa?"
"Apa kamu tahu media sosialnya Dila?"
Begitulah pertanyaan dari seorang Zainal yang membuat Caca hampir saja menendang asisten dosen tersebut. Membuat kepala pening saja dan tidak disangka sangka. Benar benar diluar nurul, tidak masuk haikal dan diluar perkiraan BMKG.
"Jadi kak Zainal memanggil saya hanya untuk itu? Apakah itu penting?"sarkas Caca yang tersenyum formal dan mempertahankan kewarasannya saat ini.
"Jelas penting Caca, saya ingin pendekatan dengan sahabat kamu. Dila susah didekati, bahkan yang menjadi penanggung jawab pelajaran saja kamu. Dia menolak pesona saya"ungkap Zainal yang penuh kepercayaan yang tinggi. Caca mendelik tidak percaya lalu kemudian menetralkan kondisi wajahnya.
"Kak, Dila itu tidak mau ber-pa-ca-ran. Menurutnya, pacaran itu jelas jelas melanggar 17:32 kak. Jadi kubur harapan kakak buat Dila, saya pastikan semua usaha pendekatan kak Zainal tidak akan membuahkan hasilnya."Jelas Caca yang membuat Zainal mendekati tubuhnya.
Caca yang terkejut reflek memundurkan tubuhnya hingga menghantam dinding. Zainal menatapnya dengan kondisi wajah kesal. Gadis di depannya berani beraninya menyuruh dirinya mundur, sungguh melukai harga dirinya.
"Hm.. Kita lihat siapa yang benar benar pemenangnya Caca. Saya tidak main main dengan ucapan saya untuk mendekati Dila. Dan, saya yakin Dila akan takluk dengan pesona yang saya miliki"tegas Zainal seketika membuat Caca terdiam namun ia tertantang untuk bertaruh.
"Ouh, kita lihat saja siapa pemenangnya. Saya yakin sekali bahwa anda akan kalah."balas Caca yang berani sampai ikut memojokkan Zainal.
"Kalau saya kalah taruhan, kamu akan menjadi istri saya."ucap Zainal tersenyum penuh rasa percaya dirinya.
"Idih siapa yang mau jadi istri kak Zainal"kilah Caca tidak suka.
"Siapa juga yang mau jadi suami kamu. Karena saya yakin Dila akan takluk dengan saya dalam kurun waktu maksimal 3 bulan. Tunggu tanggal mainnya"sambung Zainal menekuk kedua tangannya di depan dada.
"Okey Deal."setuju Caca dengan menyodorkan jabatan tangan ke arah Zainal.
"Deal."balas Zainal yang menjabat tangan yang disodorkan Caca.
Sedangkan Dila dan Vira, mereka sudah selesai makan siang namun Caca belum kunjung kembali dari perpustakaan. Mereka jujur saja khawatir tapi mana mungkin Caca berada dalam keadaan bahaya di kampus yang ramai orang begini.
"Caca kok lama yaa Ila?"ungkap Vira melihat mahasiswa mahasiswi berlalu lalang di depan meja kantin.
"Em, aku gak tahu Vir. Mungkin, Caca sama Kak Zainal lagi bicarain tentang materi pembelajaran. Caca kan asistennya Kak Zainal"balas Dila yang berpikir positif.
"Ila, kamu kok kelihatannya pucat yaa?"tanya Vira yang menatap selidik kearah Dila.
"Ah masa sih, aku baik baik saja"jawab Dila sekenanya.
"mungkin"lanjut Dila dalam hati. Dirinya pun tak yakin.
Tidak lama Caca muncul dengan raut wajah cerianya (bohong, dia pura pura ceria). Vira dan Dila pun lega melihat Caca sudah menghampiri mereka.
Bersambung....
mampir juga dinovelku jika berkenan/Smile//Pray/