Hubungan asmaranya tak seindah kehidupannya. Hatinya sudah mati rasa karena selalu dipermainkan oleh para pria. Namun, seorang pria yang baru pertama kali ia jumpai malah membuat hatinya berdebar. Akankah Violet membuka hatinya kembali?
Sayangnya pria yang membuat hatinya berdebar itu ternyata adalah pria yang menyebalkan dan kurang ajar. Gelar 'berwibawa' tidaklah mencerminkan kepribadian si pria ketika bersamanya.
"Kau hanyalah gadis manja, jangan coba-coba untuk membuatku kesal atau kau akan tau akibatnya." — Atlas Brixton Forrester.
****
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
...Sebelum membaca wajib LIKE! ☺️...
...***...
Violet menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi penumpang dengan wajah tertekuk. Dia sedang menunggu Atlas yang masuk ke dalam supermarket.
"Lama sekali!" Gadis itu berdecak, dia menatap ke arah supermarket tersebut untuk mencari Atlas.
Hingga tak lama kemudian, pria itu keluar sambil menenteng plastik yang entah berisi apa.
Sesampainya di dalam mobil, Atlas meletakkan plastik itu di pangkuan Violet. Sontak saja alis Violet mengerut bingung.
"Apa ini?" tanyanya.
"Untukmu," jawab Atlas. Dia meneguk minuman soda nya sebelum menyalakan mesin mobil dan melajukannya.
Violet yang penasaran pun mulai membuka plastik putih itu. Seketika matanya berbinar.
Bagaimana dia bisa tau camilan kesukaanku?! Apa ini? Es krim juga?! Batin Violet. Dia menatap Atlas dengan mata melebar.
"Makanlah," ucap pria itu.
"Semuanya untukku?" tanya Violet, nadanya begitu antusias. Padahal beberapa menit yang lalu dia terlihat kesal pada Atlas. Ternyata menjinakkan betina tidak sesusah itu, hanya dengan sekantong plastik camilan, semuanya akan kembali normal.
"Kalau bukan untukmu, aku tidak mungkin memberikannya padamu," balas Atlas.
Violet menyengir lebar. "Terimakasih!" katanya. Atlas menjawab dengan deheman singkat.
Violet membuka kemasan es krim cone dan mulai memakannya. Dia sangat menikmati perjalanan malam ini.
Atlas sendiri tak masalah kalau Violet lebih fokus pada semua makanannya, yang penting gadis itu tidak cemberut lagi.
"Malam ini mau tidur di apartemenku lagi?" tanya Atlas. Tapi terdengar seperti sebuah tawaran.
"Memangnya boleh?" tanya Violet.
Atlas hanya mengangguk sebagai jawaban.
Bukan apa-apa, Violet hanya merasa aman kalau tidur di apartemen Atlas. Violet agak trauma dengan kejadian kemarin.
"Mau!"
Atlas tersenyum tipis mendengar seruan lucu dari si gadis.
****
Setelah sampai apartemen, Atlas langsung mandi, begitupun Violet yang memilih mandi di apartemennya. Dan setelah mandi, Violet segera menuju apartemen Atlas yang jaraknya 5 meter dari apartemennya.
Violet datang membawa 2 cup mie instan. Dia ingin makan malam bersama Atlas.
Menyadari bahwa Atlas belum selesai mandi, Violet pun berinisiatif membuat mie tersebut. Jadi sekarang dia sedang berada di dapur Atlas, merebus air untuk membuat mie.
"Sedang apa?"
Suara itu mengejutkan Violet. Untung saja dia sedang duduk santai.
"Membuat mie," jawab Violet.
Atlas mengangguk paham. Dia berjalan menuju kulkas dan mengambil kopi kaleng yang ada di sana. Sebelah tangannya sibuk mengusap rambutnya yang basah menggunakan handuk kecil.
Violet terpesona melihat ketampanan pria itu. Selain tampan, Atlas juga wangi. Mungkin wangi khas Atlas akan menjadi wangi favorit Violet mulai sekarang.
"Airnya sudah mendidih." Lagi-lagi Violet tersentak saat mendengar suara bariton pria itu.
Buru-buru dia mematikan kompor. Namun, karena saking tidak fokusnya, Violet mengangkat teko tesebut tanpa kain, al hasil tangannya menjadi korban kecerobohannya sendiri.
"Akhh!" pekik gadis itu. Dia mengibaskan tangannya dan segera menjauh.
Atlas bergerak cepat untuk membasahi tangan Violet dengan air wastafel. Dia menatap Violet yang sudah berkaca-kaca.
"Itulah akibatnya kalau sering melamun," ucap Atlas yang semakin membuat Violet hampir menangis.
"Tidak akan melepuh. Jangan menangis," lanjut pria itu. Dia membuka laci meja dapur dan mengambil salep khusus luka melepuh, lalu mengoleskannya pada tangan Violet yang sudah ia lap dengan tisu kering.
"Pedih, Atlas...," rengek Violet.
"Pedih nya hanya sebentar," ujar Atlas masih fokus mengolesi tangan Violet dengan salep.
Violet menggigit bibir bawahnya. Rasa perih dan panas mulai membuatnya kesakitan.
Atlas meniup tangan gadisnya setelah selesai mengolesi dengan salep.
"Masih perih?" tanya Atlas.
Violet mengangguk cepat. Air matanya sudah mengalir deras. Inilah sifat buruk manusia, menangisi kesalahannya sendiri. Tapi hati Violet malah menyalahkan Atlas. Gara-gara ketampanan pria itu, dia jadi terkena teko panas.
Atlas mengajak gadis itu duduk ke sofa agar lebih tenang.
"Masih mau makan mie?"
Violet mengangguk. "Masih..."
Atlas menghela nafas. "Tunggu di sini sebentar," katanya sebelum bangkit kembali menuju dapur untuk menyeduh mie.
Violet meniup-niup tangannya yang mulai berangsur membaik. Semoga saja tidak melepuh. Kalau sampai melepuh, hilang sudah citra kemulusan nya.
Violet merasa semenjak bertemu Atlas dia selalu jadi orang yang ceroboh. Atau perasaannya saja? Tapi, sebelumnya dia memang gadis yang teliti, buktinya dia bisa mendirikan restoran besar impiannya.
Lamunan Violet buyar ketika Atlas kembali membawa nampan berisi dua cup mie ramen. Pria itu juga membawa air dingin untuk mereka minum.
Atlas meletakkan nampan itu ke atas meja. Dia menatap Violet dan menatap tangan gadis itu.
"Makanlah." Atlas menyodorkan cup mie itu ke arah Violet.
Kini Violet menatap tangannya dan cup mie itu bergantian. Dia bingung mau makan bagaimana. Yang sakit adalah tangan kanannya, tidak mungkin dia makan dengan tangan kiri, kan?
"Suapi..." Matanya menatap penuh permohonan pada Atlas.
Atlas sudah menduga hal itu. Tanpa menolak, dia menyuapi Violet dengan telaten.
"Aku tidak merepotkan mu, kan?" tanya Violet di sela kunyahannya.
"Tidak sama sekali." Padahal di dalam hati Atlas menjawab iya kau sangat merepotkan dan ceroboh!
Violet tersenyum senang. Dia kembali membuka mulutnya untuk menerima suapan dari si pria.
"Apakah tanganku benar-benar tidak akan melepuh?" tanya Violet. Dia merasa canggung jika hanya diam saja ketika bersama Atlas.
"Tidak," jawab Atlas, singkat sekali.
Violet menelan makanannya sebelum kembali berkata, "Atlas, teman-temanmu orang kaya semua, kan?" Dia membahas hal lain.
"Tidak tau," jawab Atlas. Dia kembali menjejalkan sosis ke mulut Violet hingga mulut gadisnya mengembung.
"Akwu—"
"Kunyah dan telan dulu sebelum berbicara," potong Atlas dan Violet menurutinya. Dia mengunyah dengan cepat lalu menelannya.
"Aku ingin minta tolong, boleh kan?"
"Minta tolong apa?" tanya Atlas.
"Karena teman-temanmu adalah orang kaya, maka rekomendasikan lah restoranku pada mereka agar mereka berkunjung ke sana. Biasanya orang kelas atas sering memesan banyak makanan. Rekomendasikan juga pada Grey dan yang lain," ucap Violet. Entah ide konyol dari mana, dia hanya mengikuti apa kata hati saja.
"Itu bisa menjadi peluang agar restoranku dilirik banyak orang. Terlebih teman-temanmu adalah orang-orang yang cukup terkenal," lanjut Violet.
"Berani memberiku berapa dollar?" tanya Atlas. Tangannya kembali menyuapi Violet. Suapan terakhir.
Mendengar itu, Violet mencebikkan bibirnya. "Masih tunangan saja kau sudah berani meminta imbalan padaku, apalagi kalau sudah menikah!" sinisnya.
"Masih tunangan saja kau berani meminta promosikan restoran, apalagi kalau sudah menikah," balas Atlas membalikkan ucapan Violet.
"Itu beda! Nanti aku adalah istrimu, aku tanggungjawab mu, wajar kalau aku meminta pertolongan!" balas Violet tak mau kalah.
"Meminta pertolongan juga harus tahu diri."
Violet berdecak kencang. Dia meminum air dingin yang Atlas sediakan hingga habis 1 gelas.
"Pokoknya kau harus merekomendasikan restoranku pada teman-temanmu!" desak Violet.
Atlas diam, dia mengambil cup mie ramen jatahnya lalu dia duduk anteng di sofa sambil bersandar.
"Atlas!"
"Kenapa tidak kau sendiri yang merekomendasikan nya?" tanya Atlas.
"Itu kan temanmu!"
"Itu kan restoranmu, kenapa harus aku yang turun tangan?"
Entah sampai kapan mereka terus seperti ini. Perdebatan seolah menjadi hal biasa bagi mereka. Anehnya, itulah yang membuat hubungan keduanya semakin dekat dan tak canggung. Ada si Violet yang mencairkan suasana, dan ada Atlas yang selalu merespon apa yang Violet katakan.
Bukankah dalam sebuah hubungan, kita harus saling melengkapi? Itulah yang dilakukan Violet dan Atlas saat ini.
***
Terimakasih yang masih bertahan sampai bab ini🥺💕
Jangan lupa like dan komennya yaaa🥰👋
kalau ky gitu mlah mirip binaragawan