Kisah ini bermula ketika JAPRI (Jaka dan Supri) sedang mencari rumput untuk pakan ternak mereka di area hutan pinus. Sewaktu kedua bocah laki-laki itu sedang menyabit rumput, beberapa kali telinga Supri mendengar suara minta tolong, yang ternyata berasal dari arwah seorang perempuan yang jasadnya dikubur di hutan tersebut. Ketika jasad perempuan itu ditemukan, kondisinya sangat mengenaskan karena hampir seluruh tubuhnya hangus terbakar.
Siapakah perempuan itu? Apa yang terjadi padanya? dan siapakah pembunuhnya?
Ikuti kisahnya di sini...
Ingat ya, cerita ini hanya fiktif belaka, mohon bijak dalam berkomentar... 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15 Jaka Sakit
Setelah pihak kepolisian setempat memeriksa akun instagram Wahyu, mereka mendapati jika akun instagram itu memang palsu adanya.
Saat ini polisi sedang mengalami jalan buntu, karena pihak kepolisian dari Surabaya belum juga berhasil menemukan pemuda yang terekam kamera CCTV bersama Murni ketika di Bandara Juanda.
Akun instagramnya palsu? arwah Murni merasa tidak percaya.
"Iyo Mbak, Pak Polisinya sudah memeriksa akun instagramnya Wahyu. Mereka bilang akunnya palsu. Mbak Murni pernah gak video call an dengan Wahyu?" tanya Supri.
Tidak pernah... Wahyu menolak video call an karena takut paketannya nanti cepet habis, sahut arwah itu.
"La terus bagaimana ini? Pihak kepolisian dari Surabaya juga belum menemukan pemuda yang bersama Mbak Murni waktu di bandara. Mbak Murni beneran gak kenal dengan pemuda itu?" lanjut si gembul.
Aku tidak tahu siapa pemuda itu. Waktu itu aku merasa linglung sampai tidak ingat apa yang terjadi, tutur arwah Mbak Murni apa adanya.
"Mbak Murni sudah tidak punya petunjuk lain nih?" imbuh anaknya Pak Bedjo.
Untuk sesaat arwah Murni tampak sedang berpikir.
Sewaktu kalian dikejar oleh 3 orang pembunuh, sebenarnya aku sempat membuntuti salah satu dari mereka, tapi karena kekuatanku sangat menipis aku tidak bisa membuntutinya sampai tuntas, sesal arwah itu.
"Mbak Murni membuntutinya sampai dimana?" Jaka yang sedari tadi hanya menyimak sekarang gantian bertanya.
Aku tidak bisa menceritakan secara detail pada kalian, tapi aku bisa menunjukkan arahnya, balas arwah si Murni.
"Kalau begitu kita harus menghubungi Pak Bambang lagi, Mbul," ujar anaknya Pak Rahmat.
*
Malam ini adalah malam purnama, dimana bentuk rembulan bulat penuh dan memancarkan cahaya temaram yang menerangi gelapnya hutan.
Tampaklah makhluk bermata kuning, berkaki empat dan berbulu sedang berjalan dari hutan menuju ke arah perkampungan.
Makhluk itu kemudian berhenti sejenak di halaman rumah Pak Rahmat, lalu melanjutkan langkahnya hingga menembus dinding dan sampailah dia di kamar Jaka.
Ya, makhluk itu adalah seekor harimau yang merupakan khodam milik Mbah Wongso.
Tiba-tiba saja, makhluk tersebut berubah wujud menjadi asap, yang tak lama kemudian asap itu merasuk ke tubuh Jaka.
Di saat asap tersebut masuk ke raga bocah laki-laki itu, tubuh Jaka tersentak dan mengejang selama beberapa detik.
Keesokan paginya...
"Le, Jaka, ini sudah hampir jam 5 lo. Kamu kok belum bangun to?" kata Bu Ida setelah membuka pintu kamar anaknya.
Hening. Tidak ada jawaban.
Karena tidak ada pergerakan dari Jaka, wanita paruh baya itu pun menghampiri anaknya.
"Loh, badanmu kok panas banget, Le."
Bu Ida yang awalnya ingin mengguncang tubuh anaknya agar terbangun menjadi terkejut ketika tangannya menyentuh lengan Jaka yang ternyata panas sekali.
"Le, Jaka...," sekali lagi wanita paruh baya itu berusaha membangunkan anaknya, tapi nihil, tubuh Jaka tidak bereaksi sama sekali.
Seketika Bu Ida pun menjadi panik, lalu dengan segera dia mencari keberadaan suaminya.
"Paak, Bapak!" seru wanita paruh baya itu dari ambang pintu belakang rumah.
Karena tidak mendapat jawaban, Bu Ida pum langsung melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ke kandang kambing
"Paak, Bapak!" sekali lagi wanita paruh baya itu memanggil suaminya.
"Ada apa to, Mak?" sahut Pak Rahmat yang tiba-tiba muncul dari samping kandang.
"Jaka Pak, badannya panas banget. Emak sudah berusaha membangunkan dia, tapi dia tidak bergerak sama sekali," terang Bu Ida dengan panik.
Tanpa banyak bicara lagi, pasangan suami istri itu dengan segera berlari menuju ke kamar anak mereka.
"Padahal kemarin itu dia sehat-sehat saja, kok sekarang tiba-tiba badannya jadi panas banget," ucap Pak Rahmat.
"Mending Bapak segera pergi ke rumah Pak Mantri. Takutnya Jaka terkena demam berdarah atau penyakit apa gitu," kata Bu Ida yang langsung dituruti oleh suaminya.
Sambil menunggu suaminya pulang dengan Pak Mantri, wanita paruh baya tersebut segera mengompres dahi anaknya menggunakan air es.
40 menitan kemudian, Pak Rahmat kembali pulang dengan mengajak Pak Mantri Cakra.
Segera saja Pak Mantri itu memeriksa tubuh Jaka dan mengukur suhu badannya, yang ternyata panas tubuhnya mencapai 40°C.
Tak lama kemudian, Mantri Cakra pun memberi suntikan penurun panas pada Jaka lalu menyerahkan beberapa jenis obat pada Bu Ida.
"Bu Ida, obat ini nanti silahkan diminumkan ke Jaka sebanyak 3 x sehari sesudah makan. Jika obat ini habis tapi Jaka belum sembuh juga, silahkan cari saya lagi," kata Pak Mantri.
"Inggih Pak Mantri, terimakasih banyak. Maaf lo sudah mengganggu Pak Mantri pagi-pagi begini," ucap wanita paruh baya itu.
"Tidak perlu mengucapkan terimakasih, Bu Ida. Mengobati orang sakit itu kan sudah tanggung jawab saya," timpal Pak Cakra yang kemudian membereskan perkakas miliknya lalu memasukkannya ke dalam tas.
"Kalau begitu saya pamit pulang dulu Pak Rahmat, Bu Ida. Mudah-mudahan Jaka cepat sembuh," lanjut Pak Mantri tersebut yang tak berapa lama meninggalkan kamar Jaka menuju ke halaman dengan diantar oleh Pak Rahmat.
Namun hingga siang hari, Jaka belum juga sadarkan diri. Otomatis kedua orang tuanya menjadi tambah panik. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk membawa Jaka ke rumah sakit.
Ketika Pak Rahmat sedang menggotong tubuh anaknya untuk dimasukkan ke dalam mobil, lewatlah Pak Ustadz Somad yang baru saja pulang dari masjid untuk sholat Dhuhur berjama'ah.
"Jaka kenapa, Bu Ida?" tanya Pak Ustadz begitu sudah ada di samping wanita itu.
"Kami mau membawanya ke rumah sakit, Pak Ustadz. Dari pagi badannya panas sekali dan belum sadarkan diri juga, padahal kami tadi sudah mengundang Pak Mantri Cakra," jawab Bu Ida dengan raut wajah cemas.
Tanpa meminta ijin terlebih dahulu, Pak Ustadz pun mendekati tubuh Jaka dan menempelkan telapak tangannya pada dahi bocah itu.
"Astaghfirullah al haziim...," wajah Pak Ustadz tiba-tiba menegang.
"Ada apa, Pak?" tanya Pak Rahmat kebingungan.
"Pak Rahmat, sebaiknya Jaka jangan dibawa ke rumah sakit. Ini bukan penyakit biasa, tapi Jaka sudah kemasukan sesuatu," jelas Ustadz Somad.
Mendengar penuturan Pak Ustadz, Pak Rahmat, Bu Ida dan Mang Udin pun terkejut.
"Kemasukan sesuatu bagaimana maksudnya, Pak Ustadz?" Pak Rahmat semakin panik.
"Silahkan Jaka dibawa ke kamarnya dulu Pak Rahmat, nanti akan saya jelaskan."
Tanpa bertanya lagi, Pak Rahmat pun kembali membaringkan tubuh anaknya di atas kasur.
"Jadi begini Pak Rahmat, Bu Ida. Setelah tadi saya menerawang sebentar, Jaka ini ternyata sudah kemasukan khodamnya Mbah Wongso," jelas Pak Ustadz yang membuat Pak Rahmat, Bu Ida dan Mang Udin tambah kaget.
"Kalau tidak salah ingat Pak Ustadz pernah cerita tentang Mbah Wongso yang punya khodam seekor harimau. Jadi yang masuk ke tubuh anak saya ini seekor harimau, Pak Ustadz?" Pak Rahmat tampak sangat cemas.
"Betul sekali, Pak Rahmat," jawab Ustadz Somad.