NovelToon NovelToon
Langit Yang Redup

Langit Yang Redup

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Keluarga / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Trauma masa lalu
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: rahma qolayuby

Kelanjutan Novel 'Sepucuk Surat'
Khusus menceritakan kisah kakak Ifa, putri pertama Farel dan Sinta. Namun, Alurnya akan Author ambil dari kisah nyata kehidupan seseorang dan di bumbui pandangan Author untuk menghiasi jalan cerita.
Semoga kalian suka ya🥰🥰

------------------------

"Haruskah aku mengutuk takdir yang tak pernah adil?"

Adiba Hanifa Khanza, Seorang gadis tomboy tapi penurut. Selalu mendengarkan setiap perkataan kedua orang tuanya. Tumbuh di lingkungan penuh kasih dan cinta. Namun, perjalanan kehidupan nya tak seindah yang di bayangkan.

"Aku pikir menikah dengannya adalah pilihan yang terbaik. Laki-laki Sholeh dengan pemahaman agama yang bagus tapi ..., dia adalah iblis berwujud manusia."

Mampu kan Ifa bertahan dalam siksa batin yang ia terima. Atau melepas semua belenggu kesakitan itu?

"Kenapa lagi, kau menguji ku Tuhan?"

Ikutin kisahnya yuk, jangan sampai ketinggalan.

Salam sapa Author di IG @Rahmaqolayuby dan Tiktok @Rahmaqolayuby0110

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 Sesak

Ifa di bawa pulang setelah Akmal pergi. Keadaan Ifa begitu memperihatinkan. Namun, Ifa masih berusaha tetap baik-baik saja di depan semuanya. Ifa tak mau membuat keluarganya sedih. Ifa berusaha tetap kuat walau dirinya sedang rapuh.

Tak ada yang berani bertanya lebih pada Ifa. Semuanya nampak diam. Mereka masih belum percaya dengan apa yang di alami Ifa selama ini. Mereka pikir, semuanya baik-baik saja. Nyatanya tidak.

Sesampai di kediaman, Ifa langsung istirahat di kamarnya. Selang infus menggantung di samping Ifa. Sudah memeriksa keadaan sang kakak. Harfa langsung keluar. Membiarkan Ifa istirahat.

Abi Farel dan ummah Sinta duduk termenung di ruang tamu.

"Abi, ummah."

Ucap Harfa membuat kedua orang tuanya melirik. Namun, tak bicara apapun. Harfa langsung duduk di samping ummah Sinta. Menggenggam tangan ummah Sinta lembut.

"Nak, lebih baik kamu kembali ke rumah sakit?"

"Baik, ummah."

Harfa tak membantah. Ia kembali ke rumah sakit mengingat kedua orang tuanya pasti lebih shok dari pada Harfa.

Apalagi kondisi Ifa begitu memperihatinkan. Harfa tak menyangka, kakak nya akan mengalami hal seperti itu. Harfa berharap, Akmal mendapatkan karmanya sendiri. Bahkan lebih dari yang Ifa rasakan.

"Semua salah, Abi."

Ucap Abi Farel merasa orang yang paling bersalah atas apa yang terjadi pada Ifa.

Ummah Sinta meremas jemarinya. Tak tahu harus bicara apa. Ummah Sinta masih shok dengan apa yang terjadi pada putrinya. Ummah Sinta tak bisa membayangkan bagaimana sakitnya Ifa.

Ummah Sinta pikir, semua baik-baik saja. Nyatanya satu bulan tak bertemu keadaan Ifa begitu mengenaskan.

Andai waktu bisa berputar, ummah Sinta dan Abi Farel tak akan memojokkan Ifa untuk menikah. Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Semua di luar kendali. Itu takdir yang harus Ifa jalani.

"Sekarang bagaimana? Ummah tak mau Kakak Ifa menderita."

"Abi tak tahu. Kita tunggu keputusan kakak Ifa. Abi tak akan mencegah apapun. Walau bagaimanapun kakak Ifa yang berhak menentukannya."

Ummah Sinta terdiam. Mereka memang tak bisa memutuskan sesuatu akan Ifa. Karena Ifa sudah menikah. Maka Ifa berhak memutuskan langkah apa yang akan di ambil.

Jika boleh marah, Abi Farel dan ummah Sinta tak mau Ifa melanjutkan pernikahan yang baru tunas berdiri.Tapi, semua kembali lagi pada Ifa.

"Apa kita bawa saja kakak Ifa sejenak. Agar Akmal tidak menemui kakak Ifa dulu. Kakak Ifa pasti terguncang akan semuanya."

"Baiklah, Abi setuju. Kakak Ifa butuh suasana tanpa ada yang mengganggunya."

"Biarkan kakak Ifa tenang dan berpikir. Langkah apa yang akan di ambilnya. Abi tak akan melarang."

Abi Farel dan ummah Sinta sepakat. Akan membawa kakak Ifa menjauh dari Akmal sejenak. Kakak Ifa pasti butuh waktu untuk memulihkan kondisinya.

Tak mudah hari-hari yang di lalui Ifa. Namun, Ifa begitu kuat sampai bertahan sejauh itu. Mungkin, di sana titik terendahnya.

Ifa termenung dalam lamunannya. Menatap tangan yang begitu lemah.

Perjalanan pernikahannya, sendari awal memang sudah tak sehat. Nafsu Akmal yang besar tak bisa Ifa turuti lagi. Tubuh Ifa sudah tak kuat menerimanya. Tubuh yang dulu nampak berisi, kini daging-daging yang memperindah telah tersurut di makan batin. Terlihat tulang belulang, kondisi yang benar-benar memperihatinkan.

Siksaan batin nyatanya lebih mengerikan dari pada pisik. Bahkan, rusaknya begitu cepat.

Tubuh Ifa selalu sakit setiap kali Akmal menggaulinya. Memang kewajiban Ifa. Tapi, jika harus melayani nafsu Akmal yang tak ada habisnya. Bahkan tak peduli bila Ifa sakit dan kelelahan. Itu sama saja penyiksaan. Tak ada harganya Ifa di mata Akmal.

Akmal seenaknya saja memperlakukan Ifa. Jika di teruskan mungkin, lama-lama Ifa bisa mati.

Jalan apa yang harus Ifa tempuh. Sedang Ifa begitu memandang keluarganya. Bagaimana dengan kedua orang tua di pandangan orang.

Dalam keadaan begini, Ifa masih memikirkan pandangan orang lain.

Rasanya Ifa ingin sejenak istirahat. Tubuh nya butuh istirahat.

Terbayang sudah Ifa memutar ulang memori perjalananya. Tak ada secuil pun perlakukan Akmal yang menghormati nya sebagai seorang istri. Memperlakukannya sebagai seorang pasangan. Akmal seolah memandang Ifa adalah pelacur yang harus terus melayaninya.

Tak memikirkan bagaimana perasaan Ifa di perlakukan seperti itu. Tak ada kelembutan di dalamnya. Andai, ada setitik kelembutan saja, mungkin Ifa akan berusaha menerima. Tapi, kelembutan itu tak ada. Lantas, apakah Ifa masih bisa terus bertahan di dalam belenggu nafsu itu.

Bahkan yang paling Ifa benci, ketika Akmal melakukan hal itu di waktu yang tidak di perbolehkan. Ini sudah keluar jalur aturan agama.

Ifa tidak bisa mempertahankannya lagi. Ifa ingin lepas dari belenggu itu.

Ifa pikir, Akmal akan menuntunnya ke jalan yang benar. Mendekatkan Ifa pada Allah. Akmal malah membuat Ifa merasa malu di hadapan Allah. Ifa merasa berdosa. Tapi, apalah daya Ifa yang lemah itu.

Tapi, kata-kata Akmal yang akan menanggung dosa itu membuat Ifa sedikit merasa bebannya terangkat. Walau Ifa tak bisa mengelak jika ia juga merasa bersalah.

Jika sudah seperti itu, tak ada yang bisa di pertahankan lagi.

"Assalamualaikum,"

"Kakak mau apa?"

Kaget ummah Sinta, baru saja masuk, melihat Ifa mau membuka jarum infus.

"Kamar mandi."

"Jangan di buka, nak. Sini, ummah bantu."

Ifa menurut, masuk ke kamar mandi. Guna menghilangkan hajat. Sudah selesai Ifa tak lupa mengambil air wudhu.

Ifa sholat ashar, tubuhnya yang lemah terlihat menyedihkan sekali. Membuat ummah Sinta merasa tak sanggup melihat keadaan putrinya.

Mata Ifa memerah, menahan genangan air mata agar tidak jatuh kembali. Ifa tak ingin terlihat lemah di mata ummah Sinta. Ifa kuat menghadapi ini semua.

Air mata itu terlalu berharga untuk di jatuhkan kembali. Pada akhirnya Ifa hanya bisa merapatkan bibirnya kuat-kuat. Menghela nafas, dengan pikiran entah kemana.

Tak ada doa yang Ifa lantunkan, seolah Ifa bingung harus mengadu apalagi.

Engkau yang maha tahu?

Hanya itu yang bisa Ifa jerit kan dalam kalbu. Ifa sudah pasrah di titik terendahnya.

Ifa tersenyum tipis, membuat ummah Sinta terhenyak. Dadanya terasa sesak melihat senyum kesakitan itu. Ummah Sinta merasa tak suka akan senyum itu. Ummah Sinta ingin putrinya mengadu dan berkeluh kesah padanya. Tapi, apa yang ummah Sinta lihat. Putrinya selalu saja bersikap seolah semua baik-baik saja.

"Kamu tangguh, sayang."

"Ummah yang lebih hebat."

Rasanya ummah Sinta ingin menangis, menarik kakak Ifa dalam pelukannya. Kenapa putrinya malah bersikap begitu membuat ummah Sinta tak suka. Ummah Sinta merasa dirinya benar-benar gagal menjaga Ifa.

Tak sadarkah ummah Sinta. Jika didikan nya lah yang membuat Ifa setangguh itu. Tak sadarkah ummah Sinta. Jika nasihatnya lah yang membuat Ifa sehebat itu.

Ummah Sinta sudah jadi ibu hebat yang berhasil mendidik putrinya menjadi wanita tangguh. Tapi, kenapa ummah Sinta ingin Ifa mengandalkannya. Ingin Ifa merengek padanya.

Rasanya tak rela jika Ifa sedewasa itu. Ummah Sinta ingin Ifa tetap menjadi putrinya yang dulu.

Bagi setiap ibu, sedewasa apapun seorang anak. Tetap anak kecil di matanya.

Tapi, ummah Sinta tak menemukan itu di diri Ifa.

Antara bangga dan sedih melihat Ifa yang sekarang. Bangga, jika putrinya begitu hebat berdiam dalam keadaan menyakitkan. Sedih karena merasa ummah Sinta tak di andalkan lagi.

Bersambung ...

Sesak hati Author 🥺🥺🥺

Jangan lupa tinggalkan jejak ya 🙏

1
DISTYA ANGGRA MELANI
Oh malang sekli hidup zain kecil, smg hnya prank aja, smg ada kesembuhan untuk baby kecil... Smngt
Siti Wiharti
bagus ceritanya jadi terbawa ikut ngerasa jadi Ifa😭
Rahma Qolayuby: Alhamdulillah, terimakasih kakak. Jangan jadi Ifa ya🤭
total 1 replies
Jumi Saddah
👍👍👍👍👍👍👍👍😍
Jumi Saddah
ntar lahir jgn mirip bapak tpi mirip ibu nya,,,
Rahma Qolayuby: Aamiin 🥰
total 1 replies
Diah Bundayaputri
dasar biadab😡😡😠😠😠👹👹👺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!