NovelToon NovelToon
Prince Gubee (Pangeran Pengubah Takdir)

Prince Gubee (Pangeran Pengubah Takdir)

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sci-Fi / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Epik Petualangan / Dunia Lain
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: R M Affandi

Gubee, Pangeran Lebah yang ingin merubah takdirnya. Namun semua tidaklah mudah, kepolosannya tentang alam membuatnya sering terjebak, dan sampai akhirnya menghancurkan koloninya sendiri dalam pertualangan ini.

Sang pangeran kembali bangkit, mencoba membangun kembali koloninya, dengan menculik telur calon Ratu lebah koloni lain. Dan keputusannya itu membuat kemelut baru dalam cerita ini. Apa yang terjadi pada Gubee selanjutnya?

Terus ikuti ceritanya hingga Gubee terlahir kembali di dunia peri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R M Affandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Melayang Menuju Harapan

“Aku?

Laba-laba tua tersenyum.

“Bukankah kau katakan, aku tidak bisa lagi mengawini Ratu lebah? Tubuhku beracun!

“Jika kau tidak menghisap nektar bunga Edelweis lagi, racun di tubuhmu akan hilang dalam kurun waktu lima puluh hari. Kau akan menjadi lebah penjantan kembali,” ungkap laba-laba tua.

“Benarkah itu Pak tua?” Gubee tampak senang mendengar kata-kata itu.

Laba-laba tua tersenyum kembali, menambahkan keyakinan di hati Gubee.

Selama tiga puluh hari Gubee mencoba bertahan hidup di sekitar rumah itu, menumpang bermalam di sarang Laba-laba tua, dan mecari makan di nektar bunga-bunga semak belukar yang tumbuh subur.

Setiap hari yang berlalu di hutan gunung Alpen, selalu menghadirkan keajaiban alam yang terus berubah. Cuaca yang berbeda sepanjang hari-harinya, mendung yang tiba-tiba, dan hujan ringan yang sering turun, Gubee lalui dengan penuh kesabaran sambil menunggu saat yang dinantikan itu tiba.

Setiap pagi ia selalu memandangi pohon tinggi yang tak jauh dari rumah tempatnya berdiam, mengintip aktivitas lebah-lebah yang ada di atasnya.

Terkadang, tiba-tiba saja Gubee merindukan koloninya, saat senja hutan gunung Alpen menghadirkan bongkahan-bongkahan awan keemasan yang tampak seperti koloni lebah yang mengerumuni langit. Namun, Laba-laba tua selalu datang menghiburnya, bercerita tentang kisah-kisah kehidupan di sekitar hutan gunung Alpen. Dan tanpa terasa, tiga puluh haripun berlalu di lubang kecil rumah tua itu.

Pagi itu, Gubee telah siap untuk mengunjungi pohon tinggi yang selalu dipadangnya selama tiga puluh hari di tempat itu.

“Aku pergi sekarang Pak tua,” ucapnya pada Laba-laba yang selalu menemaninya sepanjang hari di hutan itu.

“Pergilah. Aku akan sangat merindukanmu Gubee,” ucap laba-laba tua.

“Tenang saja Pak tua. Aku akan kembali berkunjung kesini,” jawab Gubee tersenyum.

“Berkunjunglah kapanpun kau mau. Tapi, jangan bersedih jika mungkin kau tidak menemukanku lagi.

“Apa maksudmu Pak tua? Gubee sedikit heran mendengar kata-kata Laba-laba itu.

“Apa kau akan pergi?” tanyanya lagi.

“Ahh, tidaak. Aku hanya menggodamu Gubee. hahaha,” Laba-laba tua tertawa.

“Berhati-hatilah di sana. Jika mereka tidak memberimu telur itu, maka pergilah dari sana. Jangan memaksa, karena jika mereka merasa mulai terganggu, mereka tidak akan segan-segan menyerangmu!” pesan Laba-laba tua kemudian.

Gubee mengangguk, lalu terbang tinggi menuju pohon itu. Tak butuh waktu lama, sarang lebah hutan yang terletak di pucuk pohon tinggi yang menjulang di tengah hutan lebat itu, telah berada di hadapan Gubee.

Sarang itu bulat memanjang, berwarna kuning kecoklatan, menyatu dengan warna alami kulit pohon dan dedaunan di sekitarnya. Sarang itu tergantung kokoh di cabang pohon yang paling tinggi, terlindung dari sinar matahari, dan suasana di sekelilingnya juga terasa sejuk dan nyaman.

“Apa yang kau lakukan disini?” Dua ekor lebah penjaga menghadang langkah Gubee yang telah sampai di depan sarang koloni lebah hutan.

“Aku ingin menemui Ratu kalian,” jawab Gubee.

“Ada perlu apa kau dengan Ratu kami lebah madu?” tanya mereka lagi.

“Koloniku sedang menghadapi masalah besar. Hanya Ratu kalianlah yang bisa menolong koloniku. Aku mohon! izinkan aku menemui Ratu,” pinta Gubee dengan wajah mengiba.

“Baiklah! Tunggu disini, aku akan melapor kepada ratu.” ucap salah satu lebah penjaga, lalu pergi memasuki sarang itu.

Tak lama kemudian, lebah itu kembali. “kau boleh masuk!” ujarnya.

Gubee diantar oleh lebah penjaga menuju ruangan Ratu lebah hutan. Di setiap langkah yang dilaluinya di sarang itu, Gubee terus memperhatikan setiap aktivitas lebah-lebah hutan yang sibuk di dalamnya. Mereka terlihat sangat bersemangat memperluas sarang mereka di pucuk pohon yang tinggi itu. Dan wadah-wadah yang berisi nektar segar yang akan diolah menjadi madu, menumpuk di setiap sudut sarang.

“Apa yang bisa kubantu lebah madu?” tanya Ratu lebah hutan kepada Gubee yang telah berada di depan singgasananya.

Gubee tak menjawab. Ia terpesona memandangi wajah Ratu lebah hutan yang anggun. Kecantikan Ratu itu melampaui kecantikan Ratu yang dulu hidup di koloninya. Matanya berwarna hijau zambrud, bercahaya, memancarkan kecerdasan dan ketenangan yang dalam. Warna tubuhnya perpaduan emas tua dan hitam pekat, melambangkan kewibawaan. Sayapnya berkilau seperti permata, dan antenanya yang panjang dan halus, berayun lemah gemulai.

“Apa kau mendengarku!?” Ratu itu menaikan nada bicaranya.

“Ah! Iya, aku mendengarmu Ratu,” jawab Gubee tersengih.

“Apa yang terjadi di kolonimu, sehingga membawamu sampai ke tempat ini?

“Ratu di koloniku telah mati, dan kami kehilangan sosok Ratu untuk melanjutkan kehidupan.

“Lalu, apa hubungannya denganku? Aku tidak punya kemampuan untuk menghidupkan lebah yang telah mati.” Raut wajah Ratu lebah hutan terlihat biasa saja mendengar kabar itu. Tak sedikitpun ia memperlihatkan tanda-tanda kepedulian terhadap lebah lain.

“Kau telah membuang-buang waktuku. Ku kira kau membawa kabar yang sangat penting,” sambungnya, mulai menampakkan kesombongan.

“Ini sangat penting bagiku Ratu! Aku mohon..! Bantu aku!” Gubee bersimpuh di hadapan Ratu lebah hutan itu.

“Aku tidak bisa menghidupkan Ratumu! Apa yang bisa kubantu!?

“Beri aku telur pengganti Ratu di koloniku. Ratu kami mati sebelum bertelur! Aku mohon…” pinta Gubee terus menghamba.

“Apa yang kau bicarakan!? Kau pikir telur-telurku untuk dibagikan!?” bentak Ratu lebah hutan. Wajahnya tampak kesal mendengar permintaan Gubee.

“Bawa dia keluar!” serunya kemudian pada lebah penjaga.

Lebah penjaga memaksa Gubee untuk keluar. Tubuhnya yang lebih besar, membuatnya tak kesulitan mengekang tubuh Gubee yang kecil.

Gubee terus memohon-mohon di sela-sela langkahnya yang terus diseret keluar sarang, namun Ratu lebah hutan tak sedikitpun mempedulikannya.

“Sebaiknya kau segera pergi dari sini, sebelum Ratu memerintahkanku untuk menyerangmu!” saran lebah penjaga pada Gubee yang terus meronta-ronta.

Akhirnya Gubee tak punya pilihan, selain membawa harapan hampanya meninggalkan pucuk pohon yang tinggi itu. Pohon yang selalu dibayangkannya akan memberi kehidupan baru pada koloninya, rupanya hanyalah hayalan semata.

Ratu lebah hutan yang anggun, ternyata tak memiliki kepedulian kepada lebah lain. Entah karena permintaan Gubee yang terlalu berlebihan, atau memang Ratu lebah hutan yang tak memiliki rasa belas kasihan. Yang pasti, kehidupan dari koloni Gubee sepertinya telah berakhir.

Gubee kembali menuju sarang laba-laba tua. Ia ingin menceritakan kenyataan yang sangat meremukkan hatinya itu. Ia masih berharap, Laba-laba tua masih punya jalan lain untuk membantu kelangsungan koloninya.

Namun, hari itu sepertinya kepahitan datang bersamaan melanda kehidupan Gubee. Laba-laba tua yang selalu menjadi tempatnya bercerita akhir-akhir ini, juga telah pergi. Tubuh Pak tua telah kaku, dan terbaring di tengah-tengah jaring sutranya.

Ternyata pagi itu, adalah hari terakhirnya berbicara dengan Laba-laba tua. Arakhnida yang baik hati, telah sampai di penghujung umurnya.

Gubee pergi dari lubang papan rumah itu. Ia terus melayang di udara tak tentu arah, tanpa peduli pada bunga-bunga yang menawarkan nektarnya di bawah sana. Matanya terpejam, menyatu dengan angin, meresapi bayangan kisah-kisah indah di koloninya.

Terbayang olehnya saat-saat ia baru keluar dari pupa, tersenyum manja di pelukkan lebah pekerja. Teringat suasana di ketika ia baru belajar terbang bersama pangeran lebah lainnya, terkenang juga masa-masa di mana ia berebut madu di sarangnya bersama teman-temannya. Dan bayangan Ratu lebah di koloninya, turut hadir dalam ulangan kisah dibenaknya itu, membuat matanya yang lelah, kembali menderaikan air bening yang sekejap hilang terbawa angin.

Lanjut Bab 16

1
Anonymous
👌
Marissa
Cerita dongeng tapi buat yang udah remajaa... gaya bahasanya tinggi wkwkwk lanjut gass
Robi Muhammad Affandi: terimakasih/Smile/
total 1 replies
Robi Muhammad Affandi
Bosan dengan cerita drama ceo? mari kembali ke masa kecil, sejenak masuk ke dunia para serangga di hutan Alpen
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!