"Kamu tidak perlu tahu bagaimana luka ku, rasa ku tetap milik mu, dan mencintai tanpa pernah bisa memiliki, itu benar adanya🥀"_Raina Alexandra.
Raina yatim piatu, mencintai seorang dengan teramat hebat. Namun, takdir selalu membawanya dalam kemalangan. Sehingga, nyaris tak pernah merasa bisa menikmati hidupnya.
Impian sederhananya memiliki keluarga kecil yang bahagia, juga dengan mudah patah, saat dirinya harus terpaksa menikah dengan orang yang tak pernah di kenal olehnya.
Dan kenyataan yang lebih menyakitkan, ternyata dia menikahi kakak dari kekasihnya, sehingga membuatnya di benci dengan hebat. padahal, dia tidak pernah bisa berhenti untuk mencintai kekasihnya, Brian Dominick.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mawar jingga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dusta berbalut luka
"puluhan malam, hingga ratusan, atau mungkin jutaan, hingga milyaran malam, selalu ke habiskan dengan terus meratap, Kita yang tidak akan pernah bisa menjadi satu."
🍂🍂
Terbangun karena merasa sesak, benar saja, Bara menindihnya dengan kedua kakinya. Lagi pula, bagaimana bisa, keduanya bahkan tidur dengan posisi yang sama, yaitu dengan kepala yang sama-sama di atas, namun Bara bisa berubah menjadi malang melintang, bahkan kedua kakinya berada di bagian perut, juga dadanya.
"buk!"
Kesal, Raina melempar kedua kaki Bara dengan keras kesamping, dan dia segera beranjak. Di lirik olehnya jam di dinding yang masih terkena cahaya lampu tidur, menunjukan pukul empat pagi.
Raina segera membersihkan wajahnya, setelah beberapa saat dia meraih beberapa buku di laci mejanya, dan membukanya beberapa saat, hari ini dia sudah mulai kuliah lagi, karena itu, dia mencoba membaca kembali beberapa materi yang sempat di pelajari.
Merasa cukup, Raina segera menutup bukunya, dan berjalan keluar kamar. Tujuan pertamanya adalah dapur, yang berada di samping kamarnya, akan tetapi sedikit berbelok. Sehingga, jika dari depan ruang tamu, akan terlihat sedikit pemandangan dapur itu.
"aku bikin sarapan apa ya?" ujar Raina dengan membuka isi kulkas di sana. Raina mengisi teko listrik lebih duku, dengan air dingin, karena dia terbiasa meminum air hangat setiap pagi.
"aku masak nasi duku deh, sembari aku cari-cari bahan, nasi sudah siap nanti."ucapnya lagi, Kedua tangannya segera bergerak dengan lincah. Lagi pula, memasak bukan hal sulit untuknya, karena dia selama ini bekerja di rumah makan, kadangan sebagai waiters, kadang sebagai koki, kadang juga cuci piring.
"Ra," terdengar suara dengan lirih, Raina sempat menghentikan kegiatan memotong kembang kol di tangannya. Namun, sesaat kemudian dia kembali melanjutkan, dengan menggeleng pelan.
SOP miliknya sudah selesai, dia juga menggoreng beberapa ayam, dan tak lupa dia menggoreng kerupuk, yang ada di dalam toples.
"astaga!" ujar Raina dengan terkejut, ketika melihat seseorang yang terduduk dengan bersandar pada dinding, tak jauh dari kitchen dapur berwarna serba putih itu.
"Jadi, itu beneran kamu?" tanya Brian dengan lemah.
"apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya Brian lagi.
"kamu sengaja, balas dendam kepada ku?" ujar Brian lagi, dengan tetap menatap wajah Raina dengan sendu.
"kita berjanji untuk bersama kan?"
"kata mu kamu tidak bisa berhenti merindukan ku?"
"kenapa Ra, kenapa kak Noah?"
Sementara Raina yang mendengarnya merasa sakit hingga ke ujung kakinya, bagaimana bisa Brian tega mengatakan kalau dia ingin balas dendam. Padahal, selama ini Raina tidak pernah sekalipun, melakukan hal yang di tuduhkan olehnya.
"apa maksudmu, dengan menikahi kak Noah?" tanya Brian lagi, padahal Raina belum menjawab sama sekali. Raina masih terdiam, membiarkan Brian menganggapnya jahat sedemikian rupa.
"jawab Ra, kenapa kamu diam?"
"diam mu menunjukkan bahwa apa yang ku katakan itu benar." ucap Brian lagi, dengan tersenyum miring.
"kamu ingin mendengar aku mengatakan apa?" tanya Raina akhirnya, baiklah Raina mencoba melawan kali ini, meskipun sebenarnya hatinya sakit, saat dia harus mendengar kesakitan dari bibir Brian.
Selama ini, Raina selalu diam saat Brian memarahinya, karena dia tidak tahan, ketika Brian mengucapkan hal buruk tentang dirinya, saat dia hanya diam, maka Brian akan mengakhiri sendiri ucapnya.
"ini benar aku, Raina atau bukan? jawabannya adalah iya! ini aku Raina Alexandra!" jawab Raina dengan mencoba menahan sesaknya.
"lalu, balas dendam yang kamu bilang? balas dendam yang mana, yang harus aku lakukan? kebohongan mu? ketidak perdulian mu, atau menikah dengan kekasih di masa lalu?" ujar Raina dengan menahan tangisnya, yang kali ini hampir pecah.
"kamu bahkan tahu, kalau kamu adalah orang pertama yang membuat ku cinta, dan kamu juga orang pertama yang membuat ku kecewa!" Akhirnya, rubuh sudah pertahannya, air matanya mengalir dengan deras, kedua pipinya segera berair, kedua tangannya bahkan menghapusnya dengan kasar.
"tahu apa kamu tentang aku? rasa ku, sesak ku, bahkan tangis ku, tidak pernah sedikit pun kamu perduli!"
"Lalu, kamu tiba-tiba datang setelah sekian lama, dan saat bertemu dengan ku berbicara tentang balas dendam? atau mau bahas kesetian?"
"Bahkan, gunung yang menjulang tinggi juga tahu, bahwa dia tidak berhak memiliki sungai kecil di bawahnya, karena sungai kecil hanya di takdirkan bersama lautan!" ucap Raina dengan berlalu meninggalkan Brian , yang masih terdiam, namun juga menangis.
"jangan pernah lagi kamu menampilkan wajah mu di hadapan ku, kalau kamu tidak ingin aku menghajar mu!" ujar Raina lagi, sebelum akhirnya dia membuka pintu apartemen itu, lalu berlalu pergi dengan tidak perduli.