Karena takut dikeluarkan dari sekolah dan dicabut beasiswanya, Dara terpaksa menyembunyikan kehamilan dan melahirkan bayinya di sekolah.
Dara tidak sendirian tapi dibantu oleh ayah sang bayi dan anggota geng motornya. Bisakah mereka menyembunyikan dan membesarkan bayi itu sampai mereka semua lulus sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi Sasaran
Semester satu sudah dilalui dengan baik tapi memasuki semester kedua, Dara mulai merasakan kesulitan karena perutnya mulai membuncit dan bayinya aktif bergerak.
"Pakai ini saat ke sekolah," ucap Fiona seraya memberikan sebuah korset celana.
"Apa tidak berbahaya?" tanya Dara meragu.
"Berbahaya kalau kau ketahuan hamil," balas Fiona.
Hanya beberapa jam saja memakainya jadi tidak masalah, sebenarnya tubuh Dara tidak mengalami perubahan yang signifikan. Hanya saja dia perlu berjaga-jaga apalagi perutnya bergerak-gerak sendiri.
"Ayo berangkat!" ajak Fiona.
Memang Dara melarang Galang untuk datang ke asrama jadi gadis itu lebih banyak menghabiskan waktu bersama Fiona supaya terlihat normal.
Namun, ketika jam istirahat mereka selalu berkumpul di kantin sekolah.
"Makanlah," ucap Galang perhatian. Dia sudah membeli beberapa menu kesukaan Dara.
Semenjak trimester kedua, Dara mempunyai nafsu makan yang tinggi jadi gadis itu bisa menghabiskan beberapa menu makanan.
Fiona bersama Satria dan Morgan menggelengkan kepalanya bersama, mereka masih tidak percaya dua orang yang di depan mereka akan menjadi orang tua di usia sekolah.
"Apa kau juga mau makan seperti Dara? Akan aku belikan," ucap Morgan.
"Kalau begitu, aku yang akan membelikan minumnya," timpal Satria.
Fiona langsung menolak dengan tegas. "Tidak perlu, aku punya tangan dan kaki sendiri jadi kalian tidak perlu repot-repot!"
"Kau masih marah pada kami?"
"Jelas, kalian semua menyebalkan. Kalau bukan karena Bibu, aku pasti akan mengadukan kalian ke dewan sekolah!"
"Dasar tukang adu!"
"Biarin!"
Perdebatan ketiga orang itu membuat Galang dan Dara tertawa, setidaknya mereka ada dipihak pasangan itu.
Rupanya keakraban mereka diawasi oleh seseorang dan orang itu melaporkan pada Inge.
Inge melihat video bagaimana tiga pemuda dari kalangan atas menurunkan level mereka pada gadis-gadis berstatus rendah.
"Rasanya tidak masuk akal, bukan?" tanggap Inge. Dia memperlihatkan video mereka pada kekasihnya yang juga seorang ketua geng motor, Zayad namanya.
"Pantas saja V tidak pernah ikut balapan liar dan event lagi," tanggap Zayad.
"Rupanya mereka sibuk dengan gadis kampung!"
"Seleranya rendahan, bukan? Karena gadis itu aku dan teman-temanku harus keluar dari sekolah," Inge masih sangat membenci Dara.
"Apa kau ingin membalasnya? Setidaknya dia harus keluar dari sekolah supaya adil, bukan?" Zayad semakin memanasi. Dia juga ada dendam pribadi dengan Galang.
Kalau mereka merusak wanitanya pasti akan menghancurkan pemuda itu.
"Mereka tidak sepolos itu, aku dengar Dara suka mengunjungi basecamp atau Galang yang diam-diam datang ke asrama," ucap Inge. Setelah keluar dari sekolah, dia mencari informasi dari sumber yang terpercaya.
"Kalau begitu, gadis itu mudah untuk digoda," Zayad jadi ingin bermain-main dengan Dara.
Keesokan harinya, Zayad melancarkan aksinya itu. Dia mengikuti Dara yang pada saat itu akan kembali ke asrama bersama Fiona.
Tiba-tiba saja langkah kedua gadis itu terhenti oleh sebuah motor yang pengemudinya tak lain adalah Zayad.
Pemuda itu memakai seragam sekolah lain.
"Hai," sapa Zayad seraya tebar pesona.
"Kau itu sebenarnya bisa membawa motor atau tidak?" kesal Fiona.
"Maaf, mataku mendadak silau karena melihat temanmu," balas Zayad sambil memandangi Dara.
Demi apapun Dara merasa geli, dia sebenarnya trauma dengan laki-laki tipe buaya darat seperti itu.
"Boleh kenalan?" tanya Zayad. Dia mengulurkan tangannya.
"Maafkan aku, tapi aku harus kembali ke asrama," tolak Dara. Dia buru-buru menarik tangan Fiona untuk pergi.
"Sombong sekali gadis kampung itu," batin Zayad tidak terima.