NovelToon NovelToon
Lonceng Cinta

Lonceng Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Angst / Romansa / Slice of Life
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Alya harus menjalani kehidupan yang penuh dengan luka . Jatuh Bangun menjalani kehidupan rumah tangga, dengan Zain sang suami yang sangat berbeda dengan dirinya. Mampukah Alya untuk berdiri tegak di dalam pernikahan yang rumit dan penuh luka itu? Atau apakah ia bisa membuat Zain jatuh hati padanya?

Penasaran dengan cerita nya yuk langsung aja kita baca....

yuk ramaikan....

Update setiap hari....

Sebelum lanjut membaca jangan lupa follow, subscribe, like, gife, vote and komen ya...

Buat yang sudah baca lanjut terus , jangan nunggu tamat dulu baru lanjut. Dan buat yang belum ayo buruan segera merapat dan langsung aja ke cerita nya, bacanya yang beruntun ya, jangan loncat atau skip bab....

Selamat membaca....

Semoga suka dengan cerita nya....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

"Tiket? Untuk apa, Pa?" tanya Zain terkejut.

Alya tidak bertanya, ia hanya duduk dengan diam. Pasangan suami-isteri itu diminta untuk menemui Usman di taman belakang, ada yang ingin Usman bicarakan dengan keduanya.

"Bulan madu, lah, Zain. Kau dan Alya sudah cukup lama menikahnya, dan kau sibuk bekerja. Pergilah berlibur Zain, kalian harus berbulan madu. Papa sudah memesan hotel di Bali untuk kalian berdua. Urusan perusahaan, biar Papa yang tangani. Jangan risau, fokuslah memberikan Papa cucu," jawab Usman.

Alya bersemu mendengar permintaan Usman, ayah mertuanya ini tak tahu bagaimana kehidupan rumah tangga dirinya dan Zain. mereka tidak tidur seranjang, Zain hanya memperlakukan Alya dengan baik di depan keluarganya saja. Terutama di depan Usman dan Adam-pengacara.

"Tapi, Pa! Aku-"

"Kau tak menikah hanya karena warisan, bukan? Jangan sampai orang-orang berpikir demikian Zain. Kalian berdua memang dijodohkan, tetapi bukan berarti kalian berdua mempermainkan sakralnya pernikahan. Jangan coba-coba bermain dengan pernikahan, kalau tidak mau nantinya hati kalian ikut dipermainkan," potong Usman cepat.

Sorot matanya jatuh ke arah wajah Zain si sulung, dengan ekspresi wajah yang sulit untuk dijelaskan. Namun, satu yang pasti. Kata-kata itu tertuju untuk Zain.

***

Zain menatap curiga ke arah Alya, gadis itu menyusun pakaian. Merasa ditatap dengan tatapan intens, Alya menoleh ke belakang. Zain masih menatap Alya dengan pandangan yang sebegitu tajamnya, dahi Alya dibuat mengerut.

"Ada apa, Mas?" tanyanya langsung.

"Apa kau mengatakan hal yang tidak-tidak kepada, Papa? Kenapa Papa tiba-tiba meminta kita untuk bulan madu ke Bali? Tidak ada hujan-badai. Malah sudah pesan tiket pesawat dan booking hotel," tuduh Zain sebegitu gampangnya pada Alya.

Kegiatan tangan Alya yang ingin melipat baju gamis itu langsung terhenti, apakah di mata Zain sendiri sosoknya adalah perempuan yang mudah mengadu. Agaknya selama mereka berdua menikah tidak sekali pun Alya mengatakan apapun pada ayah mertuanya, termasuk perbuatan ibu mertua sampai adik iparnya sendiri.

"Apakah selama ini aku terlihat seperti itu di mata, Mas Zain?" tanya balik Alya.

"Ya, mana tahu. Papa bisa bertindak langsung seperti itu. Biasanya beliau bukan orang yang mudah ikut campur, apalagi pada rumah tangga putranya," balas Zain.

Alya diam, ia tidak tahu menahu. Jangan, kan Zain. Alya sendiri pun merasa terkejut dengan keputusan ayah mertuanya, yang sudah menyiapkan segala sesuatu.

Hingga Alya tidak bisa membantah apa yang diinginkan oleh ayah mertuanya, Alya mengembuskan napas kasar.

"Aku sama sekali tidak tahu apa yang membuat Papa mempersiapkan itu semua. Dibanding dengan aku, apakah Mas Zain tidak mencoba mencari tahu sendiri. Siapa tahu kalau itu pun berasal dari Mas, sendiri. Hingga Papa langsung menyiapkan itu secara mendadak, coba ingat-ingat apa yang membuat Papa bisa melakukan itu," ujar Alya.

Tangan Alya kembali bergerak, Zain menarik sebelah sisi alis mata tebal yang tersusun rapi itu ke atas.

"Kau mengatakan pada Papa kalau Mira ke kantor kemarin, huh?"

Kelopak mata Alya langsung terkatup perlahan, mulai lagi. Zain memberikan tuduhan yang tidak berdasar kepada Alya, perihal kedatang mantan kekasih sang suami ke perusahaan. Alya sama sekali tidak membahas itu, bagaimana caranya Alya mengatakan itu pada Usman.

Alya tidak ingin ketenangan di dalam rumah besar ini, jadi hancur karena dirinya. Walaupun hatinya yang harus hancur, toh sang suami sama sekali tak pernah menganggap pernikahan mereka berdua.

Benar-benar pernikahan yang ingin dijaga, tidak untuk Alya. Ia akan tetap pada pendiriannya, untuk tetap menganggap Zain sebagai suami sebenarnya. Terlepas kalau sang suami sama sekali tidak menunaikan tugasnya, sebagai seorang suami.

Sampai detik ini Alya tetaplah seorang gadis perawan yang tidak tersentuh, Alya pun tidak membahas bagaimana rumah tangga mereka berjalan. Kelopak mata Alya kembali terbuka perlahan, menatap lurus ke arah netra tajam itu.

"Kalau aku ingin mengadu pada Papa, maka bukan perihal mantan kekasih Mas Zain yang datang ke kantor yang aku utarakan pada papanya, Mas Zain. Tetapi perihal bagaimana Mas Zain tidak menjalankan kewajiban Mas Zain sebagai seorang suami," balas Alya dengan ekspresi wajah tenang.

"Aku hanya punya dua mata, Mas. Sedangkan Papa Mas Zain memiliki banyak mata-mata yang tersebar," lanjut Alya memukul telak sang suami.

Zain tercekat mendengarnya, lalu tersenyum mencemooh.

"Kau ingin aku, sentuh?"

Alya membesarkan kedua pupil matanya, Zain masih asik dengan tawa mencemooh. Apakah sebegitu inginnya gadis desa ini disentuh oleh dirinya? Ya, bisa saja begitu. Karena siapa juga yang ingin menikah dengan perempuan kampungan seperti Alya, apalagi kalau dibandingkan dengan para gadis-gadis kota yang sangat cantik.

Dari penampilan yang memukau, wajah yang cantik dan bersih. Kulit putih pucat, paling tidak kulit kuning langsat. Berbeda sekali dengan Alya, gadis satu ini berkulit sawo matang. Style pakaian kuno sekali, warna baju dan hijab pun itu dan itu saja. Tidak lepas dari warna hitam, seakan-akan tidak ada yang lebih bagus daripada warna hitam.

"Mas! Kenapa sebegitu jahatnya mulut Mas berbicara. Aku tahu Mas tidak pernah menganggap kalau pernikahan ini benar-benar pernikahan. Melainkan perjanjian kontrak, tetapi aku ada istrinya Mas sah secara agama dan hukum, Mas," tukas Alya berbicara panjang lebar.

Zain menyeringai mendengarnya.

"Kau mudah sekali tersinggung, ah, menyebalkan sekali."

Zain membalikkan tubuhnya, melangkah keluar dari dalam kamar setelah merasa sang istri marah pada perkataannya. Pintu dibuka dan ditutup dengan cukup kasar, Alya hanya mampu beristighfar. Melihat tingkah sang suami.

***

"Mbak!" seru Farah memanggil Alya. Pergerakan langkah kaki Alya berhenti, ia membawa sorot matanya ke arah sang adik ipar. Yang kini menatap pongah ke arah Alya, kedua tangannya di lipat di bawah dada. Jari telunjuknya, bergerak-gerak meminta Alya untuk menghampiri dirinya. Alya melangkah ke arah Farah, berhenti tepat di depan gadis remaja satu itu.

"Apa apa, Far?" tanya Alya melirik adik iparnya.

Farah melirik ke arah baju yang sudah diseterika rapi yang dibawa oleh Alya, lalu ia berdecak kecil.

"Letakan pakaian ke kamarnya Mbak Alya dulu, setelah itu temui aku di luar. Aku tunggu di teras rumah, tidak boleh lama. Aku gak suka menunggu terlalu lama," ujar Farah dengan seenak hatinya.

Alya melirik adik iparnya, melihat pakai yang dipakai sebegitu rapinya. Dengan tatanan rambut yang tampak bergelombang di bagian bawah. Kunci mobil di tangannya, besar kemungkinannya kalau Farah ingin keluar rumah bersama dirinya.

"Mau ke mana, Farah?" tanya Alya lembut.

"Idih! Diam aja, sana ke kamar letakan dulu itu. Mau ke mana gak usah nanya, yang jelas Mbak Alya harus cepat turun dari kamar."

"Aku harus pamit ke Mas Zain dulu, karena ak-"

"Cih! Aku sudah ngomong sama Mas Zain. Jadi sekarang silakan naik lantai atas, itu taruh dulu. Lalu turun tak pakai lama, aku tunggu di teras rumah," potong Farah cepat.

Alya tidak memiliki pilihan lain, ia mengangguk kecil.

"Kalau begitu, aku ke atas dulu."

.

1
Annisa Rahman
Mari mari yuk mampir kesini ditinggu kedatangannya
bolu
selama baca dari chapter 1-22 jalan ceritanya sangat bagus dan fresh, tolong secepatnya update chapter ya kak ✨🌼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!