Ayu menggugat cerai suaminya karena tak ingin dimadu. Memiliki tiga orang anak membuat hidupnya kacau, apalagi mereka masih sangat kecil dan butuh kasih sayang yang lengkap, namun keadaan membuatnya harus tetap kuat.
Sampai pada suatu hari ia membanting setir menjadi penulis novel online, berawal dari hobi dan akhirnya menjadi miliarder berkat keterampilan yang dimiliki. Sebab, hanya itu yang Ayu bisa, selain bisa mengawasi anak-anaknya secara langsung, ia juga mencari wawasan.
Meskipun penuh rintangan tak membuat Ayu patah semangat. Demi anak-anaknya ia rela menghadapi kejam ya dunia sebagai single Mom
Bergulirnya waktu, nama Ayu dikenal di berbagai kalangan, disaat itu pula Ikram menyadari bahwa istrinya adalah wanita yang tangguh. Berbagai konflik pun kembali terjadi di antara mereka hingga masa lalu yang kelam kembali mencuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah paham
"Ayu…" teriak suara berat dari deretan mobil yang terjebak macet.
Ayu menoleh ke arah sumber suara. Bibirnya mengulas senyum melihat seseorang yang terus melambaikan tangannya.
Mobil melaju menghampiri Ayu yang masih duduk menunggu kendaraan umum.
"Calvin, ngapain kamu di sini?" tanya Ayu diiringi dengan senyuman manis.
Calvin turun dari mobil lalu duduk di samping Alifa yang nampak berkeringat dan lelah.
"Rumahku dekat dari sini." Menunjuk ke arah ujung jalan. "Kamu ngapain di sini?" tanya Calvin balik. Merapikan rambut Alifa yang sedikit acak-acakan.
"Tadi aku dari toko buku. Ini lagi nungguin angkut," ujar Ayu.
"Pulang bareng yuk! Kita kan searah," ajak Calvin antusias.
Ayu menggeleng seketika. Bukan menolak, namun ia memang tidak mau merepotkan orang lain.
"Kenapa? Kasihan anak kamu. Cuacanya juga panas, nanti mereka capek." Calvin terus membujuk. Mengangkat tubuh mungil Alifa dan membawa ke pangkuannya.
"Gak usah, aku bisa pulang sendiri." Ayu tetap kekeh dan menolak ajakan Calvin.
Calvin menggendong Alifa dan membawanya ke mobil tanpa persetujuan dari Ayu.
"Ikut, atau aku akan bawa anak kamu pulang," ancam Calvin sembari menutup pintu mobil.
Terpaksa Ayu berdiri dari duduknya dan masuk ke mobil Calvin.
Sepanjang jalan, Alifa nampak bahagia, setelah berbulan-bulan hanya bisa naik angkot, akhirnya ia naik mobil mewah. Meskipun bukan milik papa nya, setidaknya bisa merasakan naik kendaraan mewah. Terlebih, Calvin sangat baik dan ramah padanya.
"Alifa mau beli mainan?" tanya Calvin menatap Alifa dari pantulan spion yang menggantung.
Alifa melirik ke arah Ayu, kemudian menundukkan kepalanya.
"Alifa jangan takut sama mama, hari ini kita akan borong mainan."
Calvin berputar arah menuju ke pusat perbelanjaan. Tak mempedulikan wajah Ayu yang nampak datar, baginya membahagiakan Alifa jauh lebih penting dari kemarahan wanita itu.
Mobil berhenti di depan Mall terbesar, namun Ayu belum juga turun membuat Calvin harus membujuknya lagi.
"Ayolah, Yu. Kasihan anak kamu, kita sudah di sini." Calvin membungkuk, mengulurkan tangannya ke arah Adiba yang ada di gendongan sang mama.
"Tapi aku gak mau ngerepotin kamu, Vin," bantah Ayu tanpa turun.
"Aku gak merasa direpotkan, Yu. Anggap saja ini traktiran."
Melihat Alifa yang nampak kegirangan membuat Ayu tak tega dan akhirnya ia ikut turun.
Calvin terus mengikuti Alifa sambil menggendong Adiba, sedangkan Ayu membawakan beberapa mainan yang dibeli. Di mata orang lain, mereka seperti pasangan suami istri yang romantis, meskipun tak ada hubungan apapun, Calvin sangat perhatian pada kedua anak Ayu.
"Alifa, ini sudah banyak."
Alifa meletakan mobil-mobilan di tempat nya. Teguran Ayu adalah peringatan yang wajib dipatuhi.
"Kalau mau ambil saja," suruh Calvin.
Alifa mendongak menatap Calvin yang berdiri di belakangnya.
"Ini untuk kak Hanan, Om," ucapnya penuh harap.
Calvin mengambil beberapa mainan untuk anak laki-laki lalu membawanya ke kasir. Mengabaikan Ayu yang terus berteriak menolak pemberiannya.
"Pokoknya setelah ini kita pulang," ucap Ayu menegaskan.
Kali ini Calvin mengangguk. Ia tak ingin membuat Ayu lebih marah lagi. Bahkan, membatalkan rencananya untuk makan di luar, namun tetap membelikan makanan untuk mereka.
Hampir dua puluh menit, Ayu dan Calvin sudah tiba di kontrakannya.
Calvin terkejut melihat rumah sederhana yang ada di depannya. Ia tak menyangka, cinta pertamanya itu hidup menderita.
"Jangan bilang kalau kamu kasihan sama aku," cetus Ayu membuka pintu.
"Meskipun aku tinggal di rumah kecil seperti ini, aku tetap bahagia karena bisa bersama dengan anak-anak," imbuhnya lagi. Meyakinkan Calvin untuk tidak mengasihaninya.
Mereka berbincang di teras depan rumah. Ayu tidak mau semua orang berprasangka buruk padanya.
"Aku tahu kamu perempuan yang hebat, Yu. Kamu pasti bisa bangkit tanpa bantuan siapapun."
Calvin tak pernah lupa siapa wanita yang duduk di depannya itu. Wanita yang beberapa kali memperoleh juara kelas dan penghargaan berbagai lomba itu pasti bisa melewati sulitnya tanpa orang lain.
Calvin melihat jam yang melingkar di tangannya.
"Aku pulang dulu ya, Yu. Kayaknya sudah waktunya Devi pulang," pamit Calvin.
"Salam untuk istri kamu." Ayu ikut berdiri dari duduknya.
Calvin hanya mengangkat jempolnya tanda setuju.
Setelah mobil Calvin menghilang, Ayu masuk ke rumah. Ia melihat ada sedikit kebahagiaan di wajah kedua putrinya. Setelah sekian lama terdesak oleh keadaan yang mengimpit, kini mereka bisa merasakan layaknya anak yang lain.
Tok tok tok
Pintu diketuk dari arah luar. Ayu bergegas membukanya.
"Kamu sudah pu __"
Ucapannya terpotong. Senyumnya pun redup saat melihat seseorang yang berdiri di depan pintu.
"Anda mencari siapa?" tanya Ayu ramah.
Wanita itu melipat kedua tangannya seolah-olah memandang Ayu rendah. Melirik ke arah Adiba dan Alifa yang sibuk di ruang tamu.
"Namaku Devi." Wanita itu menyebut namanya.
"Jadi kamu menggunakan anak-anakmu untuk mendekati Calvin. Memperalat mereka untuk mendapatkan uang dari dia."
Ayu mengernyitkan dahi. Ia tak mengerti dengan ucapan wanita itu yang seolah menyudutkannya.
"Apa maksud kamu?" Ayu tak terima. Sebab, sedikit pun ia tak bermaksud melakukan itu. Bahkan berulang kali menolak pemberian Calvin.
"Jangan pura-pura sok manis." Menunjuk dada Ayu. "Aku tahu, kamu hanya menggunakan jilbab sebagai kedok untuk menutupi keburukanmu yang suka menggoda suami orang."
Plak
Ayu melayangkan tamparan di pipi Devi. Ia tak terima dihina dan direndahkan hanya karena sesuatu yang tak dilakukannya.
Devi mengusap pipinya yang memerah. Menatap Ayu tajam mengibarkan bendera perang.
"Asal kamu tahu, aku tidak pernah melakukan apa yang kamu katakan," jelas Ayu serius.
Devi tak terima dan mendorong tubuh Ayu hingga terhempas di dinding. Mengambil beberapa mainan yang ada di depan Alifa dan Adiba.
"Apa ini? Calvin menghabiskan banyak uang hanya demi anak-anak kamu. Dia rela menguras dompet hanya untuk kalian. Kalau bukan karena rayuanmu, tidak mungkin dia melakukan itu," pekik Devi dengan lantang.
Ayu melangkah maju lebih mendekat. Sedikitpun tak takut karena ia merasa tak bersalah.
"Jadi kamu istrinya Calvin?" ujar Ayu. Ia menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, namun Devi tak percaya dan terus menuduh Ayu menggoda suaminya.
"Terserah, percaya atau gak, itu hak kamu. Yang penting aku sudah bicara jujur." Ayu mengumpulkan semua mainan yang tadi dibelikan Calvin dan meletakkan di depan Devi.
"Kalau kamu gak ikhlas, bawa pulang."
Bukan mengambil mainan itu, Devi justru mengambil tas milik Ayu dan membongkar semua isinya. Ia tidak menemukan apa-apa selain beberapa buku.
Tanpa aba-aba, Devi mengeluarkan korek api dan membakarnya, kemudian melemparnya ke arah luar.
Melihat kejadian itu, Ayu menggiring anaknya menuju kamar. Lalu, mengusir Devi dari rumahnya dengan cara kasar.
Ya Allah, kuatkan aku dari cobaan ini.
Memejamkan mata sejenak, menghampiri kedua anaknya yang ada di kamar.
kueh buat orang susah ga harus yg 500rb
servis sepedah 500rb
di luar nalar terlalu di buat2