Pernikahan kekasihnya dengan seorang Panglima membuat Letnan Abrileo Renzo merasakan sakit hati. Sakit hatinya membuatnya gelap mata hingga tanpa sengaja menjalin hubungan dengan putri Panglima yang santun dan sudah mendapat pinangan dari Letnan R. Trihara. R. Al-Ghazzi.
Disisi lain, Letnan Trihara yang begitu mencintai putri Panglima pun menjadi patah hati. Siapa sangka takdir malah mempertemukan dirinya dengan putri wakil panglima yang muncul di tengah rasa sakit hatinya yang tak terkira. Seorang gadis yang jauh dari kata santun dan kekanakan.
KONFLIK TINGGI, HINDARI jika tidak tahan dengan cerita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Perkara baru.
"Sudah ada Abri, kenapa harus Abang yang jemput." Jawab Bang Hara enggan melirik Rena lagi.
Rena yang mendengarnya sampai merasa tersinggung, ia hanya bisa memainkan jemari nya dengan gelisah.
"Bisa kita bicara sebentar saja, Bang?"
"Boleh, silakan..!!" Rintis tersenyum tapi cakarnya semakin kuat menancap, mungkin ibaratnya sudah sampai menembus jantung.
Bang Hara hanya bisa meringis menahan kuku tajam 'kucing betina' kesayangannya.
"Saya tidak ada waktu untuk meladeni perempuan lain, lagipula tidak baik pria beristri bertemu dengan seorang wanita tanpa ijin dari istrinya." Jawab tegas Bang Hara.
Terang saja jawaban Bang Hara begitu menyakiti hati Rena. Perasaannya pada Bang Hara masihlah begitu besar.
"Kita tidak berjodoh, silakan tinggalkan tempat bersama Abri..!! Tolong jangan masuk dan ganggu rumah tangga saya dengan Rintis."
Sungguh kali ini Rena tidak bisa menahan perasaan sedihnya, ia menangis. Ada sesal dalam hatinya namun juga ia tidak ingin kehilangan pria yang masih ada di dalam hatinya.
"Apakah Abang tidak mengingat apa yang pernah kita lalui selama ini. Enam tahun lamanya bukan waktu yang singkat. Susah senang kita hadapi bersama. Kita janji akan saling memaafkan jika salah satunya melakukan kesalahan yang masih bisa di perbaiki. Lantas kenapa sekarang tiba-tiba Abang menikah dengan perempuan lain? Bukankan Abang tidak menyukai wanita yang terlalu muda dan kekanakan??"
Bang Hara tersenyum sinis mendengar semua ucap Rena, mantan kekasihnya. Kini Bang Katana mulai paham duduk permasalahan yang belum ia ketahui sebelumnya. Ternyata senior yang pernah menjalin hubungan dengan adiknya adalah mantan kekasih Letnan Trihara.
"Kesalahan yang masih bisa di perbaiki. Apa contohnya??? Melakukan hubungan terlarang sampai mengandung darah daging sahabat calon suamimu??" Ucap Bang Hara tanpa.ada yang di tutupi lagi.
Rena semakin kaget dan berusaha menutupi perutnya. Gesturenya mulai gelisah tidak nyaman.
Kali ini Bang Abri angkat bicara, ia berdiri di hadapan Bang Hara dan mengarahkan Rena ke belakang punggungnya. Sudah sejauh ini perjuangannya bisa keluar dari tugas pengawalan panglima untuk bisa mengantar Rena kembali pada Bang Hara namun ternyata pria tersebut sudah bersama wanita lain.
"Saya minta maaf, memang saya yang salah. Apa boleh saya memberi masukan?"
Kini Bang Katana berdiri di samping Bang Hara dan menatap tajam wajah seniornya.
"Masukan apa?"
"Rena adalah putri panglima, orang tuanya akan malu jika berita kehamilan Rena ini tersebar. Bisakah kamu menjaga dan menikahi Rena juga, kita ubah nama di berkas riwayat hidupmu. Saya janji akan bantu biayai kehidupanmu dan anak di dalam kandungan istrimu jika kamu mau mengangkat nama Rena dalam berkas riwayat hidupmu." Pinta Bang Abri.
Seketika emosi Bang Katana memuncak. Jelas hal bo*oh tersebut akan merugikan adik perempuannya secara utuh. Bang Katana hendak menghajar seniornya namun Bang Hara melarangnya.
"Mungkin dompet saya tidak setebal dompetmu, Bri..!! Tapi saya tidak akan melepaskan istri saya walaupun kau berikan seluruh harta bahkan nyawamu padaku." Jawab Bang Hara. "Bukankah di dalam rahim Rena adalah darah dagingmu, kalian bertukar keringat bersama, lantas kenapa kau tidak menikahinya?"
"Karena kami tidak saling cinta. Saya pun akan tetap membiayai anak yang ada di dalam kandungan, saya hanya butuh kepastian hukum untuk anak ini." Kata Bang Abri.
Bang Hara tak menggubris 'omongan gila' dari Bang Abri. Ia segera membawa Rintis pergi dari ruangannya. Memang sebenarnya keadaan Rintis belum begitu baik, apalagi saat ini istrinya itu mendengar sesuatu yang sebenarnya amat sangat tidak layak untuk di dengar.
"Kita pulang, sayang..!!" Ajak Bang Hara.
"Selesaikan dulu masalah Abang, baru kita pulang..!!" Kata Rintis.
"Nanti Abang selesaikan, kamu butuh istirahat..!!" Bang Hara menyentuh perut Rintis, agaknya ada hati yang mulai meyakini bahwasannya di dalam rahim itu sudah tumbuh makhluk kecil yang sebenarnya begitu di nantikannya.
"Nggak mau..!! Abang mau kawin sama Mbak Rena, kan??"
Bang Hara segera memeluk istri kecilnya yang pastinya sedang resah. Dengan lembut Bang Hara mengusap punggung sang istri.
"Apapun yang terjadi, Abang tidak akan pernah mengkhianatimu. Abang tidak akan pernah menikah lagi dan Abang tidak pernah punya pikiran untuk menduakanmu. Cukup kamu satu untuk selamanya. Istri Abang mungkin tidak baik di mata orang lain tapi istri Abang adalah wanita terbaik, istri yang kuat dan ibu yang hebat." Bujuk Bang Hara di hadapan semua orang di ruangan kerjanya.
"Kalau begitu cepat katakan kalau Abang tidak mencintainya..!!!!" Pinta Rintis menatap kedua bola mata Bang Hara dengan kesal.
"Sejak mengenal kamu, nama Rena sudah terhapus dari pikiran dan hati Abang. Setelah bersamamu, hanya ada namamu, dirimu dan semua tentangmu yang Abang kenal. Jangan pernah menyangka namanya mampu menggesermu di dalam hati Abang." Jawab Bang Hara tegas dan terdengar jelas tanpa ada paksaan sedikitpun.
Rintis mencari kesungguhan dalam ekspresi wajah Bang Hara. Hatinya memang menyimpan rasa kesal namun entah kenapa ia merasa Bang Hara mengucapkan kata indah itu sungguh dari dasar perasaan. Hal yang langka begitu mendengar suaminya bisa mengucap banyak kata di hadapannya bahkan di hadapan Abang dan kedua 'tamunya'.
"Abang.. Eneng hukum, Gendong Eneng sekarang juga..!!" Perintah Rintis kemudian.
"Minta di panggul pun Abang sanggup, Neng..!!" Tanpa peduli dengan yang lainnya, Bang Hara segera mengangkat Rintis hingga ke mobil.
Bang Abri kembali hendak angkat bicara tapi Bang Katana menghalangi.
"Sekarang Abang berurusan dengan saya..!! Kita selesaikan masalah gilanya Abang..!! Apakah harus selesai dengan baku hantam, atau selesai di rumah sakit jiwa..!!" Ucapnya tegas.
.
.
.
.
semoga lancar persalinan ya.. sehat ini dn baby ya.. 🤲🏼😍