Pewaris Tahta Utara

...Bab 29...

Aston Martin edisi khusus yang bekerjasama dengan brand Hermes berhenti di sebuah Villa yang dibangun di sebuah area perbukitan bernama Shelter Hill.

Walaupun Villa ini tidak bisa dikatakan Villa terbaik diantara Villa kelas satu yang terletak di puncak bukit, namun Villa kelas dua ini juga termasuk sangat lumayan.

Secara keseluruhan, komunitas Shelter Hill ini dirancang dan dibangun oleh perusahaan Brownson group yang bekerjasama dengan perusahaan Northern autonomy yang bernaung dibawah Sky Provider.

Ryan sendiri, memiliki satu unit Villa di area kelas satu yang sampai saat ini dia masih belum berkesempatan untuk mengunjungi Villa miliknya yang dihadiahkan kepadanya oleh Tuan besar Brownson alias Morley. Bagaimana dia punya waktu, waktunya dihabiskan di kampung misterius selama enam tahun. Kemudian dia menghabiskan waktunya di camp tentara untuk belajar di sana. Bisa dikatakan, sekolah dasarnya adalah di kemiliteran sampai dia berusia dua puluh tahun. Setelah dia kembali ke Utara, sebulan penuh waktunya dia habiskan untuk menghajar para petarung yang dimiliki oleh Spektrum Club kepunyaan Thunder sebelum dia menjadi mahasiswa di Wilbur University, kemudian bertemu dengan Violet lalu ditodong oleh gadis itu untuk menjadi pacar bohongan.

Di depan pelataran Villa keluarga Salazar tersebut, sudah tampak beberapa mobil diparkir di sana.

Ketika melihat mobil sport Aston Martin, apa lagi itu edisi khusus, maka penjaga pintu pun tidak bertanya dan langsung mempersilahkan.

"Ini Villa keluarga mu?" Tanya Ryan dengan santai kepada Violet.

Violet mengangguk sebagai jawaban.

"Kalau hanya seperti ini, bagaimana Bobby bisa sombong? Benar-benar katak dibawah tempurung," cibir Ryan dengan suara pelan. Akan tetapi Violet mendengar dan berkata, "Bobby sudah lama dimanjakan. Dia adalah cucu kesayangan kakek. Nanti, harap jangan tersinggung jika ada dari anggota keluarga ku yang menyinggung mu ya!" Bujuk Violet.

"Aku adalah seseorang yang terhormat. Jika aku memperdulikan semua ocehan orang dan membalasnya, itu bukan gaya ku. Aku, selalu menarik garis lurus dengan jenis manusia berpikiran rendah seperti itu. Jika tidak, bagaimana bisa aku dibandingkan dengan mereka? Walaupun begitu, bukan berarti aku adalah sirsak lembut yang bisa diremas sesuka hati. Kalau aku tidak bisa membalas sepuluh kali lipat dari yang dilakukan oleh orang lain kepadaku, bukan nenek moyang julukan ku,"

"Itu konsepnya apa?" Tanya Violet bingung.

"Kau bingung, apa lagi aku?!"

Keduanya langsung tertawa.

"Hust. Jaga temperamen mu. Dandanan sudah layaknya seorang pangeran, malah tertawa terbahak-bahak!" Tegur Violet.

"Apa kau jatuh cinta dengan pangeran ini?"

"Mimpi saja!" Cibir Violet yang langsung melengos pergi.

"Eh.., gadis ini?!" Ryan ingin menggaru kepalanya. Tapi urung dia lakukan karena khawatir jabrik nya akan berdiri. Susah payah dia menidurkan jabrik nya itu.

Di dalam Villa, Tuan Salazar sibuk menjilat dihadapan tuan muda dari keluarga Patrick

Demi usahanya untuk pansos, alias panjat sosial, dia tidak malu-malu sebagai seorang yang telah berumur tujuh puluh tahun dia mengabaikan usianya demi menyenangkan hati Arthur Patrick.

Berulang kali Tuan Salazar melirik kearah Lazuard Salazar menanyakan mengapa Violet masih juga belum tiba. Dan jawaban Lazuard dengan cara mengangkat pundaknya membuat orang tua itu menjadi tidak senang.

"Kakak pertama. Kali ini kau harus baik-baik dalam mendidik putri mu. Jangan sampai Tuan muda Patrick merasa tidak senang. Kalau keluarga kita sampai dihancurkan oleh Keluarga Patrick, kau akan menjadi pendosa dalam keluarga kita," Robby memberikan peringatan kepada Lazuard. Sekilas dia hanya memperingati. Namun, jika dipikirkan, jelas dia mengatakan bahwa memangnya kenapa kalau kau adalah anak tertua? Bagaimanapun, pada akhirnya anak ku lah yang kelak mewarisi seluruh keluarga. Dan jangan gara-gara ulah putrimu, putra ku hanya mewarisi cangkang kosong.

Lazuard mendengus. Ingin rasanya dia mencekik leher adiknya itu. Tapi saat ini seluruh keluarga hadir di Villa Salazar. Jadi, sekuat tenaga dia menahan kemarahan dihatinya.

"Ayah. Makan malam akan dimulai. Tapi lihatlah Violet masih belum juga tiba. Ayah harus menegur kakak pertama, bagaimana cara dia mendidik anak!"

Robby masih belum ingin melepaskan Lazuard. Sebisanya dia ingin memojokkan nya hingga ke dasar tanah sekalian.

Tuan Salazar melirik ke arah Lazuard dan istrinya dengan mata menyipit.

"Bukankah aku sudah memerintahkan kepadamu untuk menelepon putri mu. Mengapa masih belum sampai juga?"

"Ayah. Seperti yang ayah perintahkan, saya sudah menelepon Violet. Mungkin saat ini sedang dalam perjalanan," jawab Lazuard membela diri.

"Kakak pertama. Menurutmu, apakah keberadaan Tuan muda keluarga Patrick terlalu mudah untuk diabaikan? Jelas-jelas kakak meneleponnya pada pukul lima. Apakah dari Shelter road ke Shelter Hill memakan waktu tiga jam dalam perjalanan. Ayah lihat sendiri. Beginilah cara kakak pertama mendidik anak. Mereka jelas mengabaikan perintah ayah,"

"Robby. Jaga bicaramu. Bukan urusanmu seperti apa aku mendidik anak ku. Sebaiknya kau urus saja putra mu supaya tidak menjadi bajingan di luar sana,"

"Ayah lihat kan? Beginilah jawabannya ketika ditegur. Dia selalu mau menang sendiri. Asalkan ayah tau saja, semenjak Violet magang di perusahaan, gadis itu selalu berbuat semaunya. Datang ke kantor pukul sembilan bahkan pukul sepuluh. Dan tiga hari ini, sama sekali tidak masuk ke kantor. Kalau begini caranya, andai diberi kepercayaan pun, perusahaan akan segera bangkrut jika jatuh ke tangannya,"

"Kau Robby. Mulut mu terlalu berbisa,"

Melihat kedua putranya selalu bertengkar setiap ada kesempatan, Tuan Salazar menjadi marah. Hanya saja, kemarahannya dia tujukan kepada Lazuard. Sedangkan Robby hanya berdiri tenang dibelakang orang tua itu sambil mengejek kearah Lazuard bermaksud untuk memprovokasi.

"Dari dulu ayah memang selalu tidak adil. Selalu membedakan antara aku dan Robby. Mungkin jika tidak karena ingin menjodohkan putri ku dan tidak karena perusahaan dekorasi milik istriku yang belum ayah akuisisi, mungkin keluarga kami sudah lama ayah hapus dari silsilah keluarga Salazar," kata Lazuard. Sudah terlalu lama ganjalan dihatinya ini dia tahan. Dia tidak ingin menentang orang tuanya. Tapi semakin lama semakin menjadi-jadi kelakuan orang tua ini. Dia tidak bisa lagi menahan dan langsung mengeluarkan kata-kata yang bahkan sebagai anak yang berbakti, dia tidak pernah memprotes kebijakan orang tuanya. Tapi kali ini dia memuntahkan segalanya.

"Kurang ajar!"

Plak..!

"Berani kau mengatai aku seperti itu? Anak seperti apa kau ini. Hari ini, jika semuanya tidak berjalan sesuai dengan yang direncanakan, kalian sekeluarga bisa keluar dari keluarga Salazar. Dan aku akan mengadakan konferensi pers mengatakan bahwa kau, bukan lagi bagian dari Keluarga Salazar,"

Lazuard tidak menjawab. Dia terlalu kecewa kepada orang tua ini. Sambil mengusap pipinya bekas tamparan tadi, dia pun mundur kesamping mengabaikan tatapan seluruh anggota keluarga yang menatapnya penuh dengan cemoohan.